SEBELAS

4.2K 239 19
                                    

Tina menanyai Narulita sambil terus mengetik di komputernya, seolah-olah pekerjaannya sangat penting sampai tidak bisa ditinggalkan sebentar saja. "Jadi, apa tujuan kamu ingin menemui Pak Hartono?"

Narulita menjawab, "Kemarin sore Pak Hartono memanggil saya ke sini. Beliau katanya ingin menambah jam kerja saya sampai jam sepuluh malam. Nah—." Belum sempat mengatakan lebih lengkap, Tina sudah memotong ucapannya, membuat Narulita sedikit jengkel.

"Oh ya saya ingat! Tadi, sebelum Pak Hartono berangkat ke restoran cabang. Pak Hartono bilang ke saya, kalau beliau ingin menambah jam kerja kamu. Kata beliau, kamu mau enggak menerima tawaran kerja sampai jam sepuluh malam? Kalau misalnya kamu enggak mau, nanti saya bisa tawarkan ke karyawan lain."

Narulita mengangguk semangat. Iya! Dia mau menerima tawaran kerja sampai jam sepuluh malam, karena Adelia sudah menyetujuinya. "Iya saya mau kok Mbak."

"Kamu langsung mau? Gak kamu pikir-pikir dulu?" tanya Tina terkejut, karena Narulita langsung mengatakan 'mau' tanpa berpikir panjang dulu.

"Enggak Mbak. Saya yakin, bisa kok kerja sampai jam sepuluh malam. Pasti ada jam istirahatnya kan?" jawab Narulita diakhiri bertanya.

Tina menjawab santai, "Iya, ada jam istirahatnya."

"Saya mulai bisa kerja sampai jam sepuluh malam, sekarang atau besok mbak?" tanya Narulita tidak sabar.

"Besok saja Nur," jawab Tina sambil mengetik lalu melanjutkan ucapannya, "karena mulai besok kamu kerja sampai jam sepuluh malam, jadi besok kamu harus bawa baju ganti ya! Istirahatnya mungkin jam dua belas siang lalu dilanjutkan sampai jam empat sore."

"Iya Mbak. Saya bakal bawa baju ganti," jawab Narulita semangat, "ya sudah, sekarang saya pulang ya Mbak. Assalamualaikum." Narulita berdiri, menunggu Tina menjawab salamnya.

"Iya, wa'alaikumsalam," jawab Tina. Kemudian Narulita keluar ruangan.

...o0o...

Di luar restoran, Narulita duduk terlebih dahulu di salah satu kursi yang tersedia di teras restoran. Memang di teras restoran juga disediakan kursi dan meja, biasanya untuk pembeli yang ingin menikmati makanannya dengan tempat yang terbuka.

Narulita mengambil hapenya dari dalam tas selempang kecilnya. Ia membuka aplikasi WhatsApp dan mengetikkan pesan singkat kepada temannya yang katanya ingin menawarkan Narulita sepeda motor bekas, tapi berkualitas.

Narulita sore ini, rencanannya ingin langsung membeli sepeda motor. Ia memang tidak suka menunda-nunda waktu, apa yang diinginkannya harus segera terwujud. Kecuali jika keinginannya itu susah diwujudkan, maka dia tidak akan terburu-buru.

Selesai mengetik, ia mengirimkan pesan itu kepada temannya. Menunggu beberapa detik, pesannya langsung dibalas, membuatnya lega. Temannya mengirim pesan bahwa Narulita harus segera datang ke rumahnya, sebelum jam setengah enam sore.

Narulita pun berdiri, berjalan menuju ke tempat parkir. Ia menuntun lalu mengayuh sepedanya keluar area parkiran, menuju ke jalan raya. Sore ini jalan raya Kota Jakarta Timur semakin padat, sehingga Narulita memilih untuk mengayuh sepedanya pelan-pelan saja supaya selamat.

Tidak terasa, Narulita pun sampai di rumah temannya. Temannya yang bernama Desi itu rupanya sudah menunggu kedatangannya sedari tadi di teras rumah. Narulita menyenderkan sepeda onthel-nya
di pohon besar, lalu berjalan mendekati Desi yang sekarang duduk di kursi kayu.

Narulita pun duduk di dekat Desi. "Akhirnya sampai," ucap Narulita mengembuskan napas lega. Keringat di dahinya mengucur deras, lalu dia usap menggunakan tangan kanan.

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Where stories live. Discover now