DUA PULUH ENAM

2.9K 160 6
                                    

Sekarang sudah menunjukkan pukul setengah tiga malam. Namun Santoso, Totok dan kedua orang tua Sultan belum datang ke rumah sakit. Sultan berpikir positif, mungkin saja jarak antara rumahnya dan rumah sakit sangat jauh. Tidak menutup kemungkinan Santoso, Totok, dan kedua orang tuanya saat ini masih di perjalanan menuju rumah sakit.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba. Santoso, Totok, Susan, dan Lana terburu-buru memasuki ruangan pasien nomor 112. Mereka khawatir dengan keadaan Sultan, terlebih saat resepsionis rumah sakit tadi mengatakan bahwa orang yang bernama Sultan ada di ruangan 112.

Namun alangkah terkejutnya Santoso, Totok, Susan, dan Lana saat mengetahui Sultan malah berdiri di samping kasur tempat seorang wanita terbaring. Apa yang dilihat saat ini tidak sesuai dengan pikiran mereka. Mereka pikir Sultan sakit, ternyata tidak. Dan jelas mereka kebingungan mendapati seorang wanita terbaring di atas kasur. Lalu siapa wanita itu? Mengapa Sultan menunggu wanita itu? Pikir mereka.

Mereka menyadari bahwa resepsionis rumah sakit tadi memberi informasi tidak sesuai kenyataan. Resepsionis tadi mengatakan bahwa Sultan ada di ruangan pasien 112, buktinya Sultan sehat-sehat saja. Sepertinya mereka yang gagal paham atau tidak paham dengan ucapan resepsionis rumah sakit. Maksud resepsionis tadi adalah, Sultan memang ada di ruangan pasien, tapi bukan berarti sakit.

"Nak, Nak! Kamu kenapa? Kamu sakit?" tanya Susan sangat panik.

"Tenang, Buk, tenang. Aku sebenarnya gak sakit," ucap Sultan menenangkan ibunya yang bingung sekaligus panik.

"Lalu, siapa wanita ini?" tanya Susan sembari menunjuk Narulita yang terbaring lemas di atas kasur.

Sultan pun menyuruh bapaknya, Santoso, dan Totok untuk lebih mendekat ke arahnya. Ia akan menceritakan kejadian tadi dari awal sampai akhir. Dengan percaya diri, Sultan menjelaskan, "Jadi, sebenarnya wanita itu, pas di jalan tadi, gak sengaja ketabrak mobil, yang nyetir Pak Dodik. Akhirnya saya sama Pak Dodik membawa wanita itu ke rumah sakit. Berhu—." Belum sempat Sultan mengucapkan lebih lengkap, Susan sudah berkata, memarahi Pak Dodik yang berdiri di dekat jendela. Alhasil Sultan tidak jadi menceritakan kejadian tadi.

"DODIK!! KAMU INI!! Kalau nyetir mobil, hati-hati dong!! Terus gimana nasib wanita itu!?" Susan marah membuat Pak Dodik ketakutan dan semakin menempelkan tubuhnya ke dinding. Pak Dodik benar-benar takut dimarahi oleh nyonya-nya itu. Bahkan sekarang tubuhnya gemetar, keringat dingin mulai menetes di dahinya. Usia Susan tentu jauh lebih tua daripada Pak Dodik. Maka jangan heran Pak Dodik ketakutan saat dibentak, apalagi itu adalah majikannya.

"Maaf, Nyonya. Tadi saya tidak sengaja menabrak wanita itu," ucap Pak Dodik dengan nada gemetar.

Susan langsung memalingkan muka, enggan menatap wajah Pak Dodik lebih lama.

Sultan menenangkan ibunya agar tidak emosi. "Buk, udah! Jangan marahi Pak Dodik. Dia tadi gak sengaja menabrak wanita itu, Buk!"

Susan langsung mengalihkan pandangan ke arah Sultan. "Iya terus, nasib wanita itu gimana, Nak? Apa keluarganya sudah tahu kalau wanita itu ada di rumah sakit?"

Sultan menggeleng pelan. "Belum Buk. Aku juga gak tahu, siapa keluarga wanita itu."

Susan memijit kepalanya yang terasa pening hanya gara-gara memikirkan masalah ini yang datang mendadak. "Tuh kan! Kalau begini siapa yang susah? Kita semua yang susah, Nak!!" Susan membentak anaknya. Ia benar-benar frustrasi karena masalah ini.

Sultan sudah terbiasa dibentak. Dia tidak terkejut saat ibunya membentaknya. "Tenang, Buk tenang, jangan emosi. Besok, aku bakal ke rumah Pak Hartono buat nanya soal keluarga wanita itu. Aku yakin Buk, Pak Hartono tahu siapa keluarga wanita itu."

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Where stories live. Discover now