LIMA PULUH SATU

2.9K 111 5
                                    

Narulita memasukkan semua baju dan barang-barang pentingnya ke dalam koper berukuran besar, karena sekarang ia sudah resmi menjadi istri Sultan, tentu saja ia harus tinggal di rumah Sultan. Narulita nanti akan menitipkan rumahnya kepada Paman Farhan dan Bibi Fitri. Kebetulan paman dan bibinya itu ingin menginap di rumah Narulita selama dua hari.

Ade duduk di atas kasur, melihat kakaknya yang sedang sibuk melipat beberapa baju lalu dimasukkan ke dalam koper. Ade tidak ikut kakaknya ke rumah Sultan. Karena Ade bisa tinggal di rumahnya sendiri selama ada paman dan bibinya. Jika nanti paman dan bibinya sudah pulang, Ade memutuskan ikut kakaknya tinggal di rumah Sultan.

"Kak, mulai malam ini Kakak tinggal di rumah Mas Sultan ya?" tanya Ade.

Narulita menoleh ke belakang sambil menutup resleting koper baju itu. "Iya Dek. Soalnya aku kan udah sah jadi istrinya Mas Sultan. Jadi aku harus tinggal di sana, Dek," jawab Narulita sambil tersenyum.

"Suruh Mas Sultan tinggal di rumah kita aja lah Kak. Aku sebenarnya enggak mau Kakak ninggalin aku, huuaa," ucap Ade merengek. Ia tak ingin kakaknya yang selama ini selalu tinggal bersamanya, sekarang harus meninggalkannya.

Narulita tertawa pelan mendengar ucapan Ade. Sultan disuruh tinggal di rumahnya? Yang benar saja. Mana mau pria itu tinggal di rumahnya yang sederhana ini?

"Haha, Dek. Mas Sultan enggak mungkin mau tinggal di rumah kita yang sederhana ini," jawab Narulita.

Ade memikirkan ucapan kakaknya. Benar sekali apa yang diucapkan kakaknya. Sultan orang kaya. Jelas saja akan menolak jika disuruh tinggal di rumahnya yang sederhana. "Eh ya bener Kak."

"Nah makanya itu. Tenang Dek, Paman Farhan sama Bibi Fitri kan menginap di rumah kita selama dua hari. Jadi kamu enggak usah takut ya?"

Ade mengangguk lalu berucap, "Tapi kalau Paman Farhan sama Bibi Fitri udah pulang. Aku ikut Kakak ke rumah Mas Sultan ya? Boleh gak, Kak?"

Narulita diam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Boleh. Tapi ingat, kalau tinggal di rumah Mas Sultan, kamu jangan nakal ya? Kamu harus sopan juga."

"Iya Kak." Ade mengangguk dan tersenyum lebar.

"Ya sudah ayo keluar. Kamu bawa koper Kakak yang satunya itu. Mas Sultan kayaknya udah nunggu aku di ruang tamu," ucap Narulita lalu menyeret koper besar berisi baju itu keluar kamar. Sementara Ade menyeret koper berukuran sedang yang isinya barang-barang penting milik kakaknya.

"Nah, itu Narulita udah siap," ucap Bibi Fitri ketika melihat Narulita dan Ade keluar kamar, berjalan menuju ke arah ruang tamu.

Refleks Paman Farhan dan Sultan langsung mengalihkan perhatian ke arah Narulita dan Ade. Sultan tersenyum melihat Narulita.

Narulita menatap wajah Sultan seolah meminta persetujuan. Sultan mengangguk kemudian berdiri. "Ya sudah Paman, Bibi. Saya pamit mau pulang dulu sama Narulita."

Paman Farhan dan Bibi Fitri ikut berdiri. "Iya Nak Sultan, kamu jaga Narulita baik-baik ya? Kamu sudah ada tanggung jawab menjaga istri kamu itu," ucap Bibi Fitri melihat wajah Sultan kemudian beralih menatap wajah Narulita. Bibi Fitri tersenyum tipis, Narulita juga ikut tersenyum.

"Iya Bi. Saya pasti akan selalu menjaga istri saya," ucap Sultan dengan nada bersemangat.

Bibi Fitri hanya mengangguk merespons ucapan Sultan. Kemudian wanita paruh baya itu mendekati Narulita lalu tangan kanannya memegang pundak Narulita.

"Nak, kamu baik-baik di rumah suami kamu ya? Bibi sama Paman nanti yang jaga Adik kamu sama rumah ini. Jangan khawatir, Nak," ucap Bibi Fitri lemah lembut dan lirih yang hanya bisa didengar Narulita.

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Where stories live. Discover now