TIGA PULUH ENAM

2.6K 128 22
                                    

Malam ini Sultan dan Narulita berjalan berdua melewati jalan setapak di taman kota. Taman kota saat ini ramai dikunjungi banyak orang. Ada yang berpasangan, ada yang sendirian, dan kebanyakan adalah anak-anak remaja seusia sekolah sedang berpacaran.

Sultan iri dengan anak remaja yang sudah pandai berpacaran. Sedangkan dirinya, berpacaran satu kali saja belum pernah. Mungkin malam ini adalah waktunya untuk menghilangkan status jomblonya yang sudah berkarat selama bertahun-tahun, karena sebentar lagi Narulita akan menjadi miliknya.

Sultan sudah meyakinkan dirinya untuk mengutarakan isi hatinya kepada wanita itu. Ia tidak bisa berlama-lama hidup sendiri tanpa seorang kekasih. Narulita adalah wanita yang menurutnya pantas untuk menjadi kekasihnya sekaligus pendamping hidupnya.

Narulita yang berjalan di sebelah Sultan, merasakan jantungnya berdetak kencang, hatinya merasakan kebahagiaan tiada tara. Sedari tadi Narulita tersenyum-senyum sendiri, membayangkan bagaimana jadinya bila ia menjadi kekasih Sultan. Sungguh, itu yang Narulita harapkan. Malam ini keinginannya untuk menjadi kekasih pria itu akan terwujud. Percayalah! Narulita tidak akan menolak pria itu, jika memang pria itu mengungkapkan perasaannya.

...o0o...

Sultan mengajak Narulita duduk di bangku taman yang terletak tidak jauh dari jalan setapak yang mereka lewati sekarang. Di sebelah bangku taman itu terdapat lampu taman berbentuk bundar dan memiliki tiang setinggi dada orang dewasa. Selain itu, juga ada sebuah pohon mangga yang rindang, letaknya tepat di belakang bangku.

Sultan duduk terlebih dahulu. Narulita malu akan duduk di sebelah pria itu. "Sini, duduk di sebelah saya," ucap Sultan sambil menepuk-nepuk bangku taman.

Narulita masih ragu. "Tapi, Mas. Kita kan buk—."

"Enggak apa-apa," ucap Sultan memotong ucapan Narulita. Ia dengan perlahan menarik tangan Narulita. Terpaksa Narulita duduk di sebelah Sultan.

Sultan dan Narulita sempat terdiam karena tatapan mereka bertemu. Cukup lama saling menatap, hingga akhirnya Narulita tersadar, dan langsung mengerjapkan matanya berkali-kali. "Ma-af, Mas," ucapnya sangat gugup sambil menunduk.

Sultan hanya tersenyum mengamati reaksi Narulita. Ia tahu wanita itu sangat gugup duduk di sebelahnya. Jujur! Sebenarnya Sultan juga canggung dan malu, tapi ia mencoba untuk terlihat percaya diri di hadapan Narulita.

Sultan memulai obrolan supaya suasana tidak sunyi. "Kamu, ingat gak waktu pertama kali, kita ketemu?" Sultan memberanikan diri untuk mengatakan 'kamu' ke Narulita.

Narulita yang menunduk langsung mendongak menatap wajah Sultan. Ia tidak terlalu mendengar ucapan pria itu, barusan. "Mas, bilang apa?"

Sultan tersenyum tipis lalu mengulangi perkataannya tadi, "Kamu masih ingat, waktu pertama kali kita bertemu?"

Narulita terkejut sekaligus tidak percaya, Sultan memanggil 'kamu'. Apa benar di hadapannya ini adalah Sultan? Tidak bermimpi kan? Rasanya seperti mimpi, tapi memang kenyataan. Terdengar aneh ketika Sultan memangilnya 'kamu'. Karena selama ini Sultan sering memanggilnya 'Mbak'. Narulita benar-benar tidak menyangka akan hal ini.

"Saya masih ingat, Mas. Iya, waktu itu pertama kali kita ketemu di restoran," jawab Narulita lalu menunduk, tak kuasa menatap wajah Sultan lebih lama.

Sultan tersenyum merasakan kebahagiaan. Sikap wanita di sampingnya itu menunjukkan bahwa wanita itu sama sekali belum pernah berdekatan dengan seorang pria. Ini adalah pertama kalinya dia dan wanita itu berdekatan.

Sultan perlahan menyentuh pundak Narulita dengan kedua telapak tangannya. Manik matanya menatap lekat wajah cantik Narulita. Tatapan Sultan mampu membuat Narulita terpaku, badannya kaku seolah tak dapat digerakkan, jantungnya berdetak kencang, hatinya merasakan kebahagiaan, dan pelipisnya mulai mengeluarkan keringat dingin karena gugup. Matanya berserobok dengan mata Sultan cukup lama, sampai akhirnya ...

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Where stories live. Discover now