EMPAT PULUH SEMBILAN

2.1K 88 0
                                    

Hari pernikahan Narulita dan Sultan sudah ditentukan dua hari berikutnya setelah lamaran. Keluarga besar dari Lana dan Susan nanti akan berkumpul di acara pernikahan Narulita dan Sultan. Mereka semua ingin menyaksikan acara pernikahan Narulita dan Sultan yang akan diadakan di sebuah hotel bintang lima. Tetapi sebelum mengadakan pesta pernikahan, Sultan dan Narulita harus terlebih dahulu pergi ke KUA untuk melaksanakan ijab kabul.

Acara lamaran di rumah Narulita sepenuhnya sudah selesai, keluarga Sultan pun memutuskan untuk pulang. Termasuk Sultan. Narulita dan semua tetangganya berkumpul di depan halaman rumah, mengantar kepulangan keluarga Sultan.

Susan memeluk Narulita. "Kamu sehat-sehat ya Nak," ucapnya sambil mengelus-elus punggung Narulita.

Narulita mengangguk. "Iya Buk." Setelah itu Susan melepas pelukannya. Susan tersenyum, Narulita juga ikut tersenyum.

Keluarga Sultan sebelum pulang ke rumah, berpamitan dulu kepada orang-orang yang ada di rumah Narulita.

"Ya sudah, kami pamit pulang. Assalamualaikum," ucap Lana dengan suara cukup keras, berpamitan kepada semua orang.

Sebagian orang menjawab, "Waalaikumsalam."

Lana dan Susan berjalan mendekati mobil mereka yang dikendarai oleh Pak Budi. Om Deni, Tante Siska, Paman Sam, dan Bibi Tutik sudah menjalankan mobil mereka keluar pelataran rumah Narulita. Disusul oleh mobil yang dikendarai Pak Budi. Sementara Sultan masih ingin sedikit berbincang-bincang dengan Narulita.

Semua orang yang tadi menghadiri acara lamaran pulang ke rumah masing-masing. Kecuali Desi, Ustaz Hendra dan Ibu Mayang. Mereka bertiga masih sibuk membereskan banyak piring dan gelas yang kotor sehabis digunakan para tamu.

"Narulita, aku sekarang mau pulang. Kamu baik-baik di rumah ya. Kalau kamu kangen, nanti telpon aku," ucap Sultan dengan nada kalem.

Narulita tersenyum dan mengangguk lalu menjawab, "Iya Mas."

"Ya sudah aku pulang," ucap Sultan berniat pulang. Tetapi Narulita mencegah.

"Mas, sebentar," ucap Narulita lalu dengan cepat memegang lengan Sultan.

Sultan berbalik badan, kembali menghadap Narulita. "Ada apa?"

Narulita sempat ragu akan mengutarakan keinginannya, tapi ia mencoba untuk meyakinkan diri. Semoga Sultan tidak marah. "Mas, kita enggak usah ngadain pesta pernikahan ya? Kita ke KUA saja. Yang penting kan udah sah jadi suami-istri."

Sultan tersenyum lalu mengusap-usap kepala Narulita. "Kalau gak ngadain pesta, rasanya kurang lengkap, sayang," ucap Sultan kalem.

Narulita tersenyum tipis. "Tapi, aku maunya gitu, Mas."

Sultan menarik kedua sudut bibirnya. Ia tidak mau ambil pusing, kemudian langsung menjawab, "Ya sudah, nanti aku bicarakan sama orang tua aku."

Narulita mengangguk-angguk ragu. Ia memang tidak ingin mengadakan pesta pernikahannya dengan Sultan. Yang penting baginya adalah, ia dan Sultan sudah sah menjadi suami-istri setelah melaksanakan ijab kabul. Tetapi jika Sultan menginginkan adanya pesta pernikahan, Narulita tidak bisa membantah.

"Assalamualaikum," ucap Sultan kemudian melangkah mendekati mobilnya. Di dalam mobil sudah ada Santoso, Totok dan Pak Dodik.

Narulita baru menjawab salam setelah Sultan masuk ke mobil, "Waalaikumsalam Mas."

Narulita mengamati mobil hitam milik Sultan yang semakin menjauh dari rumahnya, semakin menjauh dan semakin menjauh sampai tidak dapat dijangkau oleh penglihatannya. Kemudian wanita itu masuk ke rumah, ikut membantu Desi dan Ade membereskan piring.

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang