ENAM BELAS

3K 172 13
                                    

Sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, sekarang waktunya bagi Sultan untuk segera pergi ke panti asuhan. Sultan berjalan ke ruang tengah yang ada di lantai satu, menghampiri Santoso dan Totok yang duduk di sofa sambil mengobrol.

Santoso dan Totok langsung berdiri, mengetahui tuannya sudah ada di hadapan mereka berdua. "Berangkat sekarang Tuan?" tanya Santoso langsung ke intinya. Sultan tersenyum, Santoso sepertinya langsung tahu tujuannya adalah pergi ke panti asuhan.

"Iya ayo!" ucap Sultan lalu berjalan keluar rumah. Santoso dan Totok dengan sigap mengikuti tuannya tersebut. Santoso dan Totok pagi ini memakai baju dan celana serba hitam, layaknya bodyguard pada umumnya. Kebanyakan bodyguard orang-orang kaya memang memakai baju dan celana serba hitam, kalau perlu memakai kacamata hitam juga.

Sampai di luar rumah, Sultan dan Totok langsung berjalan mendekat ke arah mobilnya yang sudah ada di halaman. Sementara Santoso masih mengunci pintu rumah, lalu menyusul masuk ke mobil. Kini ketiga pria itu sudah ada di dalam mobil.

Pak Dodik sebagai sopir, menoleh sebentar ke belakang. "Bagaimana Tuan muda? Berangkat sekarang atau Tuan muda cek dulu, jika ada barang yang tertinggal?" tanya Pak Dodik, lebih tepatnya mengingatkan Sultan.

Sultan berkata, "Sebentar saya cek dulu!" Lalu membuka koper hitamnya yang berisi uang puluhan juta. Setelah mengecek dan menutup koper, Sultan pun mengeluarkan dompetnya dari dalam saku celananya. Jangan sampai dompetnya tertinggal, karena dompet itu penting dan harus selalu dibawa saat bepergian. Ia memasukkan lagi dompetnya ke dalam saku celana. Setelah yakin tidak ada yang tertinggal, Sultan berucap, "Tidak ada yang tertinggal Pak. Ayo berangkat sekarang!"

Pak Dodik tidak percaya begitu saja dengan ucapan tuan mudanya itu. Memangnya tuan mudanya itu membawa hape? Sepertinya tidak. "Tuan muda, sepertinya tidak membawa hape."

Sultan tersadar langsung menepuk jidatnya cukup kasar. Santoso dan Totok ingin tertawa, tapi ditahan karena harus menghormati majikannya itu. Jangan sampai tertawa di depan majikan, nanti bisa-bisa mereka kena marah atau mungkin dipecat.

Sultan akan membuka pintu mobil, tapi ditahan oleh Santoso yang duduk di samping kanannya. Sedangkan Totok duduk di samping kiri. "Tunggu Tuan! Biar saya saja yang ambilkan hape," ucap Santoso sambil menahan lengan Sultan agar tidak membuka pintu mobil.

Sultan kembali duduk dengan tenang lalu berucap, "Terimakasih Santoso."

Santoso menjawab, "Iya Tuan." Lalu ia keluar mobil, langsung berlari kecil menuju ke dalam rumah untuk mengambil hape milik tuannya. Santoso hapal betul di mana tuannya itu menaruh hape.

Beberapa menit menunggu, Santoso akhirnya keluar lalu mengunci pintu rumah dan setengah berlari ke arah mobil. Santoso masuk ke mobil sembari menyerahkan hape kepada Sultan. "Ini Tuan!"

"Iya terimakasih." Sultan menerima hapenya, kemudian dimasukkan ke dalam saku baju.

"Sama-sama Tuan!" jawab Santoso.

Sebelum berangkat ke panti asuhan. Pak Dodik bertanya dulu kepada tuan mudanya itu. "Tuan muda, ingin pergi ke panti asuhan mana?" Yang disebut 'mana' oleh Pak Dodik adalah nama panti asuhannya, karena panti asuhan di Kota Jakarta itu tersebar di mana-mana dengan nama yang berbeda-beda.

"Panti asuhan Asih. Tahu kan?" jawab Sultan diakhiri bertanya.

Pak Dodik belum tahu Panti Asuhan Asih tempatnya di mana. Ia menjawab, "Saya belum tahu itu tempatnya ada di mana."

"Nanti saya tunjukkan tempatnya, ayo jalan Pak!" ucap Sultan sembari membuka hapenya untuk melihat GPS atau Google Map. Sultan juga belum tahu pasti tempat Panti Asuhan Asih ada di mana, dengan melihat GPS tentunya dapat membantu menemukan letak panti asuhan tersebut.

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora