DUA PULUH SEMBILAN

2.7K 147 9
                                    

Sultan saat ini sedang berbincang-bincang dengan Totok di ruangan tengah, lantai satu. Mereka menonton televisi sambil membahas mengenai seseorang yang akan dipekerjakan di rumah Sultan menjadi satpam. Kemarin siang saat Sultan masih bekerja, Santoso dan Totok sudah menawarkan pekerjaan itu kepada dua orang.

"Bos, kemarin siang, saat Anda masih bekerja, saya sama Santoso sudah menawarkan pekerjaan satpam di rumah Bos, ke dua orang. Satunya teman saya, satunya lagi orang lain," ucap Totok menjelaskan.

"Mereka menerima tawaran kamu, enggak?" tanya Sultan memastikan.

Totok menjawab semangat, "Mereka menerima tawaran itu, Bos."

Sultan mengacungkan jempol, ditujukan untuk Totok. "Bagus!" Sultan memuji Totok. Membuat Totok merasa bahagia.

"Kalau begitu, nanti suruh mereka datang ke rumah. Setelah saya mengurus biaya pengobatan Narulita, di rumah sakit." Sultan mengganti channel televisi lalu melanjutkan ucapannya, "oh ya, kamu sama Santoso enggak usah ikut saya ke rumah sakit. Saya sama Pak Dodik saja."

Totok mengangguk semangat. "Siap, Bos!"

Santoso menuju ke ruang tengah, setelah beberapa menit yang lalu dari kamar mandi. Ia berjalan mendekati Sultan dan Totok yang duduk di sofa.

"San, nanti kata Bos, kita enggak usah ikut ke rumah sakit. Biar Bos, sama Pak Dodik saja yang ke sana," ucap Totok bertepatan dengan Santoso yang duduk di sebelahnya. Santoso hanya mengangguk.

Sultan, Totok, dan Santoso tidak lagi mengobrol. Mereka sama-sama diam dan fokus menonton acara televisi yang menayangkan berita terbaru. Berita itu mengulas toko emas yang berhasil dibobol oleh pencurian. Hal tersebut membuat pemilik toko emas mengalami kerugian hingga satu miliar.

Sultan sampai dibuat waspada melihat berita itu. Ia takut, jika toko berliannya juga berhasil dibobol oleh pencuri. Tetapi Sultan langsung mengusir pikiran buruk itu dari otaknya, tidak baik memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi. Ia harus bisa berpikir jernih. Beruntungnya Sultan mempekerjakan lima orang menjadi satpam di toko berliannya, sehingga toko berliannya aman dari pencurian.

Mereka bertiga terus menonton acara televisi itu sampai menunjukkan pukul setengah sembilan. Sultan ingin segera datang ke rumah sakit untuk mengurus biaya pengobatan Narulita. Ia berdiri lalu berkata, "Saya mau pergi ke rumah sakit. Tolong kalian berdua jaga rumah."

Santoso dan Totok menjawab dengan nada semangat, "Siap Tuan/Bos!"

Sultan hanya mengangguk lalu berjalan menuju ke kamarnya yang ada di lantai tiga. Setelah masuk kamar, ia langsung mandi. Beberapa menit kemudian ia sudah selesai mandi, berlanjut memilih pakaian. Sultan mengeluarkan baju kemeja lengan pendek berwarna putih dan celana hitam dari dalam lemari. Seusai itu Sultan pun memakainya. Sekarang penampilannya sudah rapi. Tidak lupa ia menyisir rambutnya, supaya tidak acak-acakan.

Sultan mengambil dompet serta hapenya yang tergeletak di atas meja, lalu dompet dan hape itu ia masukkan ke dalam saku celananya. Sultan berjalan keluar kamar, menuruni anak tangga ke lantai dua berlanjut ke lantai satu, menemui Pak Dodik yang sekarang ada di halaman belakang rumahnya sedang menyiram tanaman. Memang di halaman belakang rumah Sultan ada beberapa jenis tanaman bunga dan tumbuhan liar. Pak Dodik selain menjadi sopir pribadi Sultan, juga menjadi tukang kebun di rumah Sultan. Tentu karena pekerjaannya dobel, Pak Dodik mendapat gaji lebih besar daripada Santoso dan Totok.

Sultan mendekati Pak Dodik yang tengah asyik menyiram tanaman. "Pak!" Sultan memanggil Pak Dodik.

Pak Dodik menoleh ke belakang, lalu cepat-cepat menaruh selang air itu ke atas tanah, tidak memedulikan air yang terus memancur. Ia mendekati tuan mudanya itu.

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Where stories live. Discover now