DUA PULUH DELAPAN

3K 148 9
                                    

Ade terus mengelus-elus puncak kepala kakaknya, tanpa disadari kakaknya mulai membuka mata secara perlahan-lahan, tangannya mulai bergerak, kakinya juga ikut bergerak, suhu tubuhnya yang tadinya panas perlahan-lahan menurun. Ade menyadari ada pergerakan pada tubuh kakaknya, lalu memerhatikan wajah kakaknya.

Saat kakaknya membuka mata, Ade sangat senang. Dengan cepat ia memeluk tubuh kakaknya. Air matanya menetes. "Kak, akhirnya Kakak sadar, hiks, hiks, tadi aku khawatir banget, Kak."

Sultan, Pak Dodik, Desi, Santoso, dan Lana langsung mengalihkan perhatian ke arah Narulita dan Ade. Sultan dan Desi berjalan cepat mendekati ranjang Narulita untuk memastikan apakah Narulita sudah sadar atau belum. Sultan dan Desi bersyukur, mengetahui Narulita sudah sadar dari pingsannya.

Desi tersenyum lebar melihat wajah Narulita. Ia sangat bahagia, akhirnya sahabatnya itu kembali sadar.

Narulita mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia kebingungan dengan ruangan ini yang asing baginya. Bagaimana bisa dia ada di sini? Dan kenapa dia ada di ruangan ini? Pikir Narulita masih kebingungan. Seketika Narulita kembali mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu. Dia tertabrak mobil dari belakang, berakhir dia jatuh dari motor, setelah itu ia tidak mengingat apa-apa. Apa itu kejadian yang menyebabkan dia ada di ruangan serba putih ini? Pikirnya. Narulita sadar bahwa ia sekarang ada di rumah sakit.

Narulita merasakan sakit di bagian dahi, hidung, kedua pipinya, tangan serta kaki. Bahkan ia juga merasakan sakit di seluruh tubuhnya. Tangannya sedikit bergerak saja sudah terasa sakit. Apalagi kedua pipinya yang terasa sangat sakit, membuat Narulita tidak bisa menggerakkan bibirnya. Sekali menggerakkan bibir, rasa sakit di bagian pipi langsung menyiksanya.

Narulita meraba kedua pipinya, ada kapas dan perban yang menutupi lukanya. Berlanjut meraba dahinya dan hidungnya yang juga diberi kapas serta perban. Ia ingin menangis mengetahui dirinya terluka parah. Perlahan-lahan air matanya menetes.

Mengetahui Narulita meneteskan air mata, membuat Desi dan Ade khawatir, termasuk Sultan yang berdiri di samping kasur, sangat dekat dengan Narulita.

"Nur, kamu kenapa?" tanya Desi dengan nada kalem dan lirih.

Narulita hanya menggeleng lalu mengusap air matanya. Narulita beralih melihat seorang pria yang berdiri di samping kasurnya. Seketika Narulita membelalakkan mata karena terkejut. Bukannya pria itu yang kemarin malam ada di restoran Pak Hartono? Pikir Narulita mengingat-ingat kejadian saat ia tidak sengaja menumpahkan kopi ke baju pria itu.

Narulita menunjuk-nunjuk Sultan. Ia kesulitan berbicara, karena pipinya terasa sakit. Ia seperti orang bisu. Ade, Sultan dan Desi bingung dengan tingkah Narulita.

"Kakak, kenapa nunjuk Pak Sultan?" tanya Ade lemah lembut.

Narulita akhirnya memberanikan diri untuk berbicara walaupun kedua pipinya sakit. Ia berbicara kepada Sultan. "Anda, pria." Narulita tidak melanjutkan ucapannya saat rasa nyeri menyerang pipinya. Kemudian ia memegang kedua pipinya.

"Pipi, Kakak sakit. Jangan bicara dulu, Kak," ucap Ade menenangkan kakaknya, "Aku jelaskan, Kak." Ade menunjuk Sultan yang berdiri di sebelahnya, lalu melanjutkan ucapannya, "Ini namanya Pak Sultan, Kak. Pak Sultan yang bawa Kakak ke rumah sakit, dan Pak Sultan juga yang nantinya akan membiayai pengobatan Kakak. Sebenarnya, Pak Sultan yang udah buat Kakak celaka. Tapi tadi Pak Sultan udah minta maaf ke aku, kok, Kak."

Sultan menyahut ucapan Ade, "Iya, benar apa yang barusan diucapkan adik, Anda. Saya tidak sengaja menabrak Anda saat di jalan raya kemarin malam. Untuk itu, saya meminta maaf kepada Anda atas kejadian ini. Saya juga akan bertanggung jawab membiayai pengobatan, Anda. Sekali lagi saya meminta maaf."

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Where stories live. Discover now