LIMA PULUH EMPAT

5.1K 114 0
                                    

Narulita, rencananya hari Kamis ini ingin menjemput adiknya yang masih tinggal di rumahnya sendiri. Sesuai keinginan Lana, menyuruh Ade supaya tinggal di rumahnya. Narulita menyetujui keinginan bapak mertuanya itu. Lagipula Narulita tidak tega meninggalkan Ade di rumahnya sendirian. Meski masih ada bibi dan pamannya yang menjaga Ade, tapi Narulita ingin sekarang juga mengajak Ade tinggal di rumah Sultan.

"Mas, hari ini aku mau jemput Ade. Kemarin, Bapak suruh Ade tinggal di rumahnya," kata Narulita sambil membuka pintu kulkas, mengambil satu botol air mineral. Wanita itu sehabis sarapan bersama suaminya.

Setelah menyeruput teh hangat, Sultan menjawab, "Iya aku setuju banget. Ade tinggal di rumah Bapak sama Ibu. Biar mereka enggak kesepian."

Narulita duduk di kursi sebelah Sultan, lalu menuangkan air mineral dingin yang ada di dalam botol itu ke gelas. Kemudian ia meminumnya sampai habis. Seketika itu dia merasakan kelegaan.

"Mau aku anterin, jemput Adik kamu?" tanya Sultan.

"Nanti aku sendiri aja Mas yang jemput Ade. Kamu hari ini kan harus ke kantor," ucap Narulita kemudian tersenyum tipis.

Sultan berpikir sebentar. Iya, hari ini dia memang harus pergi ke kantornya untuk mengurus pekerjaan di toko berliannya. Tetapi Sultan ingin sekali mengantarkan istrinya itu menjemput adiknya. Sultan pun akhirnya berpikir, dia bisa datang ke kantornya setelah mengantar istrinya.

"Oh atau gini aja. Gimana kalau aku antar kamu duluan, setelah itu aku pergi ke kantor," ucap Sultan.

"Emang enggak ganggu kerjaan kamu?"

"Enggak sayang," jawab Sultan kemudian tersenyum.

"Iya deh Mas, terserah kamu," kata Narulita kemudian berdiri, berniat mencuci piring dan sendok yang sehabis digunakan.

"Mas, sini piring kamu. Aku cuci." Narulita mengambil piring dan sendok milik suaminya kemudian ditumpuk di atas piringnya.

Sultan akan mencegah Narulita agar tidak mencuci piring. Karena itu sudah menjadi tugas Bi Sari atau Bi Laksmi. Biasanya setelah Sultan makan, piring dan sendoknya akan dicuci Bi Sari.

"Enggak usah sayang, biar Bi Sari atau Bi Laksmi yang cuci piringnya. Mending kamu sekarang siap-siap ganti baju, nanti kita sama-sama jemput Ade," ucap Sultan kalem.

Narulita menolak. Ia dari dulu sudah terbiasa mencuci piring sendiri, tanpa bantuan orang lain. Jadi buat apa membutuhkan bantuan asisten rumah tangganya. Selagi punya tangan yang masih berfungsi, itu harus dimanfaatkan dengan baik. Lagipula hanya dua piring, Narulita tidak keberatan mencucinya.

"Enggak Mas, biar aku sendiri saja. Ini cuman dua piring," kata Narulita kemudian berjalan mendekati wastafel dan menaruh dua piring itu beserta sendok di atas wastafel.

Bi Sari yang mengetahui nyonya-nya akan mencuci piring, dengan langkah cepat wanita paruh baya itu mendekati Narulita.

"Nyonya," panggil Bi Sari kepada Narulita yang bersiap-siap akan menuangkan sabun cuci piring ke atas spon.

Narulita menoleh ke belakang lalu tersenyum, mendapati Bi Sari ada di sampingnya sedang menunduk. Bi Sari ternyata pendek, tinggi wanita paruh baya itu hanya sebatas leher Narulita.

"Iya ada apa Bi?" tanya Narulita kalem.

"Biar saya saja yang mencuci piring, Nyonya. Tuan Sultan, menyuruh Nyonya siap-siap berganti baju," jawab Bi Sari masih sedikit menundukkan kepalanya, bermaksud menghormati majikannya. Meski Narulita umurnya lebih muda, tapi sebagai asisten rumah tangga, Bi Sari harus tetap menghormati majikannya.

Narulita tersenyum tipis lalu kembali menuangkan sabun cuci piring ke atas spon, berlanjut menyalakan keran air di wastafel itu dan mulai mencuci piring serta sendok.

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang