ARAZKHA 5. | SEKOLAH BARU

1.3K 113 1
                                    


Jangan lupa vote dan follow ya! oh, tinggalin komen komen juga, Gamsahamnida

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan follow ya! oh, tinggalin komen komen juga, Gamsahamnida

Jangan lupa vote dan follow ya! oh, tinggalin komen komen juga, Gamsahamnida

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Weird school!

Ara mendengkus kesal, saat mengamati sekolah barunya. Dilihat dari gerbang saja, sekolah dihadapannya sama sekali tidak menarik dan biasa saja. Kalau sudah begini, ia tidak yakin akan betah bersekolah lama – lama di sini. Warna temboknya sama seperti pesantren, bangunannya juga tidak tingkat, lapangan tidak terlalu luas, dan banner promosi penerimaan murid baru yang tidak menarik perhatian. Sangat berbeda dengan sekolahnya di Jakarta—yang untuk tingkat SMP saja, kurikulumnya sudah setara sekolah internasional.

Menghembuskan napas kasar, mau, tidak mau. Ara berjalan memasuki sekolah barunya. Ada banyak murid yang sudah berlalu lalang disekitarnya, lengkap dengan seragam sekolah dan atributnya. Sebagian dari mereka murid senior dan sisanya adalah murid baru seperti Ara. Yang membedakan hanya tampilan kain seragam yang mereka pakai; seragam para senior, kain-nya terlihat lebih jatuh dan sedikit pudar warnanya. Sedangkan seragam murid baru, kain-nya masih sangat kaku dan mempunyai warna sangat pekat. Membuat siapa saja, termasuk Ara sangat tidak nyaman memakainya.

Astaga! Kain seragamnya bikin kulit gue gatel, keluh Ara dalam hati.

Tapi ia tidak mempunyai pilihan lain, kecuali Ara kuat menanggung malu karena tidak memakai seragam. Itu akan lebih membuat ia lebih mencolok daripada murid yang lain.

"Ini, nyokap bokap ... gue gak salah apa?" dumel Ara seorang diri, "Masa, gue gak disekolahin di SMA?"

Sepanjang jalanan paving menuju aula, Ara sama sekali tidak menemukan kata 'SMA' tertulis di setiap banner. Hanya ada tulisan 'Selamat Datang di Madrasah Aliyah AR – RAHMAN'—yang ia sendiri tidak tahu apa artinya Madrasah Aliyah. Yang jelas, Ara yakin sekolah ini tidak sama seperti SMP, SMA, atau sejenisnya. Nama sekolahnya saja sudah aneh, apalagi cara belajarnya?

"Mbak, namae sinten?" tanya cewek bertubuh kecil yang tiba – tiba saja muncul. (Mbak, Namanya siapa?)

"Dih, aneh." Ara melengos begitu saja, mempercepat langkah kakinya agar tidak bertemu dengan si cewek aneh.. Selain tidak ingin berurusan dengan cewek itu, Ara juga malas untuk mengartikan bahasanya. Sudah tahu ia anak Jakarta, malah di ajak ngomong Bahasa Jawa. Mana paham?

ARAZKHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang