ARAZKHA 39. | PENOLAKAN AZKHA

1.2K 80 0
                                    


Jangan lupa vote ya bestieeeee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote ya bestieeeee ... 

Sudah beberapa menit berlalu, namun Ara masih begitu betah memandangi rumah besar milik Abah Rahman dan Ummah Fatimah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah beberapa menit berlalu, namun Ara masih begitu betah memandangi rumah besar milik Abah Rahman dan Ummah Fatimah. Rumah dominan cat warna hijau itu mempunyai empat kamar tidur berukuran sedang, ruang tamu, ruang TV, dapur, dua kamar mandi, dan cuci jemur. Untuk beberapa saat Ara jadi teringat masa awal kedatangannya di pesantren Ar – Rahman.

Rumah Abah Rahman adalah satu – satunya rumah asing yang pernah Ara jadikan tempat untuk pulang. Beristirahat disaat semua permasalahan hidup sedang menimpanya. Bahkan setelah melalui banyak hari di asrama, Ara masih bisa merasakan bagaimana nyamannya tinggal di rumah Abah Rahman.

Ara memutuskan untuk masuk setelah mengucapkan salam hingga beberapa kali. Ia melangkah pelan, melewati ruangan demi ruangan yang terlihat sepi. Entah kemana perginya, Ara tidak tahu. Yang jelas tidak ada satu orang pun di dalam rumah ini, kecuali dirinya.

Tidak lama kemudian, Ummah masuk dari pintu belakang sembari merangkul satu ikat daun pisang yang terlihat sangat segar.

"Eh, Nduk, baru sampai?" tanya Ummah kaget.

"Hehe, iya, Ummah. Yang lain pada kemana, Ummah?" tanya Ara basa-basi. Kemudian mendekat ke Arah Ummah dan menawarkan diri untuk membantu, "Ara bantu cuci daun pisangnya, ya, Ummah?"

"Wes, ndak usah. Duduk aja." Sesekali Ummah menoleh ke arah Ara, "rumah lagi sepi. Abah lagi ada hajatan di kampung sebelah, kalo Azkha gatau, cah bagus satu itu, kan, sukanya keliling sekitar pesantren, Nduk."

"Maksud Ara, santri yang biasanya bantu Ummah di sini," ucap Ara dengan nada guyon.

Ummah pun tertawa pelan. "Ummah kirain tanya soal Abah sama Azkha. Yang biasa bantuin Ummah urusan dapur itu Vivi, yang lain bantu lap-lap saja sama nyapu." Ummah mengulurkan daun pisang yang sudah di cuci, lalu meminta bantuan Ara untuk memotongi daun pisang sesuai ukuran.

"Tapi sekarang Vivi ndak bisa bantu. Dia baru saja di khitbah sama laki-laki yang akan jadi suaminya. Tanggal pernikahan juga sudah di tentukan. Jadi .. hari ini dia ijin karena mau fitting baju."

ARAZKHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang