ARAZKHA 8. | HARUS ANTRI?

978 89 2
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari kedua Ara di pondok pesantren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari kedua Ara di pondok pesantren.

Pagi – pagi sekali Ara sudah dibuat kesal dengan jadwal kegiatan pesantren. Ia dibangunkan pukul setengah empat dini hari, dengan alasan agar bisa mandi sebelum waktu sholat subuh. Padahal saat di Jakarta, ia terbiasa bangun pukul enam pagi.

"What the f*ck?! Dasar Ulfa sialan." Ara terus mengomel sepanjang jalan menuju kamar mandi umum. Sendirian.

Sesampainya di kamar mandi bersama. Ara kembali dibuat misuh – misuh tidak jelas, karena ternyata, sudah banyak santri yang juga mengantri di depan tiap bilik. Bahkan tidak sedikit dari mereka menggunakan gayung warna – warni sebagai kursi, sembari menunggu giliran antrian. Mau, tidak mau, Ara akhirnya ikutan jongkok di belakang antrian. Masih ada empat santri lain, di depannya. Untuk beberapa saat Ara sempat teringat peraturan pondok pesantren yang mewajibkan setiap santri ikut sholat berjamaah.

"Bodo amat lah, sholat sendiri juga bisa. Yang penting antrian gue gak hilang." Ara mendumel seorang diri.

Waktu terasa begitu lama bagi Ara. Ia hanya duduk menunggu antrian, tanpa tahu harus berbuat apa. Saking gabutnya, Ara sampai menyanyi lirih dengan pasta gigi sebagai mic gadungan. Masih ada dua orang antrian lagi. Tapi begitu adzan subuh berkumandang, Ara seperti mendapat rejeki nomplok. Dua orang di hadapan Ara langsung kalang kabut untuk mengambil air wudhu. Sepertinya mereka berusaha untuk tidak ketinggalan sholat jamaah, dengan begitu Ara bisa mendahului antrian mereka.

"Eh, udah pada balik?" sapa Ara santai, ketika beberapa anggota kamar yang lain masuk ke kamar. Lengkap dengan ekspresi wajah tanpa dosa, meskipun ia baru saja melakukan sebuah kesalahan.

"Kamu gak jamaah sholat subuh?" tanya Mbak Meylan, selaku ketua kamar.

Ara menggeleng. Kemudian meletakkan handuk merah mudahnya di gantungan dan duduk di depan lemarinya. Ia harus segera bersiap – siap pergi ke sekolah. Mulai dari mengganti seragam, menata buku, berakhir dengan memoles wajahnya menggunakan makeup.

"Lain kali, sholat jamaah, Ra," pesan Mbak Meylan sebelum akhirnya sibuk mengurus keperluannya sendiri.

"Hm. Thanks."

ARAZKHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang