Hai bestieee, jangan lupa vote dan komen ya! ini bab baru lho ... jadi gak ada di versi sebelumnya, gumawo yoo
Istirahat jam pertama mereka—Ara and the gang—habiskan di lapangan belakang MTS dan MI. Semuanya diawali dari Dhika meminta bertemu Ara. Seperti biasa, Udin sudah menyarankan Ara tidak harus mengiyakan ajakan teman pondoknya. Tapi karena Ara sendiri sedang pusing tujuh keliling, jadi ia langsung mengiyakan. Anggap saja Ara sedang healing tipis – tipis. Kapan lagi bisa menikmati jajanan SD saat di pesantren?
"Mbak, mintol ambilin caos, dong." Ulfa menunjuk botol saos warna merah yang ada di meja.
Mereka sedang menunggu kedatangan Dhika si paling suka ngaret. Ara juga tidak peduli dan memilih menikmati telur gulung di tangannya. Lagipula alasan utama mereka mengiyakan permintaan Dhika, kan, karena ingin jajan di lapangan.
"Nah." Ara memberikan botol saos sesuai permintaan Ulfa.
"Cok, ojok seng warna abang! Arek iki, rek! Tukuo dewe kono loh." Disebelah Ara, Udin sedang mengomel karena permen Marbels warna – warninya dimintai oleh Basa dan Kiki. (Jangan yang warna merah! Anak ini, kalau mau beli sendiri sana lho!)
Sekedar informasi, permen Marbels adalah permen sasetan berisi sepuluh peremen warna – warni rasa buah. Kurang lebih rasanya mirip dengan permen mentos yang rasa buah. Udin memakan permen Marbels untuk menghilangkan aroma asap rokok yang baru saja dia hisap. Meskipun hanya satu batang, aromanya tetap saja kentara. Urusannya akan panjang kalau aroma rokok itu disadari guru atau pengurus, mereka bisa terkena hukuman.
"Aku tuku gulali rambut belum jadi. Sek antri." Kiki membeli pembelaan.
Basa mengangguk. "Podo" (sama)
Udin hanya mengerling. Enaknya justru ada di Lukta. Dia dengan santainya melahap pentol di plastiknya tanpa mendapat gangguan dari teman – temannya yang lain. Lukta itu tipikal cowok yang jarang ngobrol, tapi murah senyum.
ESTÁS LEYENDO
ARAZKHA (END)
Novela JuvenilArabella Maheswari, gadis cantik Ibukota terpaksa harus melanjutkan pendidikan di Pesantren demi perjanjian aneh antara Papa dan Kakek Hilman. Dari sekian banyak anak orangtuanya, kenapa hanya Ara yang dibuang di Pesantren? Kenapa bukan Kakak sulung...