ARAZKHA 14. | PAK GURU GANTENG

927 74 1
                                    


Jangan lupa vote, komen, dan follow ya bestieee

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Jangan lupa vote, komen, dan follow ya bestieee

Jangan lupa vote, komen, dan follow ya bestieee

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

"Le," panggil Abah.

Azkha menoleh. Namun memilih tidak mengeluarkan satu kata pun sebelum Abah menyelesaikan ucapannya. Azkha memang sengaja membiarkan Abah Rahman merampungkan kalimatnya terlebih dahulu, agar tidak terkesan menyela ucapan orang yang lebih tua darinya, terlebih beliau adalah ayahnya sendiri.

"Kamu sering ketemu sama perempuan yang kamu tolong waktu itu?" tanya Abah.

Mendengar pertanyaan Abah Rahman, Azkha langsung mengalihkan pandangannya dari halaman Masjid Utama. Setiap sore, kegiatan wajib santri putra adalah piket pesantren, yakni menyapu halaman dan mengepel lantai Masjid bagi yang bertugas. Sedangkan jika tidak mendapat jadwal piket, mereka diperbolehkan untuk bermain atau istirahat di dalam kamar.

"Mboten, Bah. Azkha jarang ketemu dia, sekitar dua kali seminggu. Satu di kelas Diniyah, sedangkan satu lagi di Sekolah Umum," jawab Azkha.

Abah Rahman mengangguk pelan. Pandangan matanya menatap lurus ke arah depan. "Abah kemarin sempat ketemu sama Bapaknya. Kita cerita – cerita." Abah menoleh beberapa saat pada anak lanangnya, lalu kembali menghadap depan. "Beliau cerita, alasan menyekolahkan Ara di Pesantren."

"Papanya Ara dateng ke Pesantren, Bah?" tanya Azkha.

"Nasi kotak yang dibagikan ke anak RA dan MI kemarin, itu dari beliau. Katanya syukuran kecil – kecilan karena Ara sudah mau sekolah di Pensantren." Abah tersenyum tipis.

Kemudian Abah menceritakan semua pembahasan mereka—Abah Rahman dan Mahes—pada Azkha. Dia mendengarkan cerita Abah dengan fokus dan pada akhirnya, Azkha mampu memahami emosi diantara keduanya. Sikap dan keputusan Mahes sudah benar, beliau khawatir akan masa depan putri bungsunya. Dengan menyekolahkan Ara di Pesantren, maka Mahes tidak perlu khawatir lagi dengan pergaulan bebas anak jaman sekarang, di sisi lain, anaknya juga bisa mendalami ilmu agama lebih jauh. 

Sedangkan Ara juga tidak sepenuhnya salah di dalam kasus ini. Tinggal jauh dari kedua orangtua memang sulit untuknya, ditambah Ara terbiasa hidup mewah bersama kedua orangtuanya dan Abangnya. Alasan pemberontakan Ara waktu itu meski sejujurnya tidak sepenuhnya salah Ara, tapi tidak juga dikatakan benar.

ARAZKHA (END)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن