ARAZKHA 25. | TA'ARUF

752 72 0
                                    

Jangan lupa vote, komen, follow aku ya bestie  - bestie <3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa vote, komen, follow aku ya bestie  - bestie <3

Jangan lupa vote, komen, follow aku ya bestie  - bestie <3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kha!"

Salah satu pengunjung rumah makan Bu Leni mengangkat tangan tinggi – tinggi, dengan maksud teman prianya yang baru saja masuk bisa melihat keberadaannya. Suasana rumah makan yang sudah berdiri puluhan tahun itu cukup ramai. Hampir semua meja dan kursinya terisi oleh pengunjung, salah satunya pria yang baru saja melambaikan tangan.

"Udah lama, Ham?" tanya Azkha saat bergabung di meja Ilham, sahabat lamanya.

"Baru aja. Sini duduk sek, pasti sampean capek," jawab Ilham sembari menunjuk kursi yang kosong.

Azkha menurut saja. Lantas dia duduk di kursi yang berada di hadapan Ilham. "Wes pesen ta?" (Sudah pesen ta?)

Ilham menggeleng pelan. Kebetulan sekali tidak lama setelahnya Bu Leni melintas di sebelah meja mereka, jadi kedua pria seumuran itu langsung menghentikan wanita berbadan gemol pemilik warung. Usai memesan beberapa jenis makanan dan minuman, mereka melanjutkan saling bincang selagi menunggu makanan mereka matang.

"Gimana, Ham? Kamu ... terima saran dari Abah?" Azkha membuka topik pertama kali.

Ilham tidak langsung menjawab, melainkan diam sekitar satu atau dua menitan. Kemudian mengangkat bahu, "Aku masih bingung. Menurut sampean gimana?"

"Calonnya sudah tau belum?" tanya Azkha.

Ilham menggeleng mendengar pertanyaan Azkha—yang mana malah membuat Azkha jadi ikutan bingung menyikapinya. Ingin memberi saran, tetapi dia tidak pro dalam permasalahan ini. Takut memberi saran yang salah. Azkha pikir pertanyaan siap-tidaknya menikah yang dilontarkan Abah Rahman—beberapa bulan lalu—ditujukan untuk dirinya, ternyata bukan. Abah memang mencari kandidat terbaik untuk salah satu santrinya. Dan akhirnya, kandidat terbaik itu jatuh pada Ilham. Sahabat sekaligus santri yang cukup dekat dengan Abah Rahman.

Azkha baru tahu kabar baik ini beberapa hari lalu. Ilham meminta waktu bertemu, dengan maksud berdiskusi sekaligus meminta saran terkait keputusan besar yang akan dia ambil. Sayangnya, jadwal mengajar dan controlling usaha pesantren membuat keduanya jadi sibuk dan sulit untuk bertemu.

ARAZKHA (END)Where stories live. Discover now