ARAZKHA 36. | DITAKZIR

763 70 1
                                    

Jangan lupa vote ya bestie buat yang belum vote, isi bab ini belum ada di versi sebelumnya wkwkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote ya bestie buat yang belum vote, isi bab ini belum ada di versi sebelumnya wkwkwk

Jangan lupa vote ya bestie buat yang belum vote, isi bab ini belum ada di versi sebelumnya wkwkwk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas ngaji subuh, Ara sudah sibuk menyirami lantai kamar mandi. Mulutnya tidak bisa berhenti menyumpah serapahi Atul dan Dhika. Hampir semua nama penghuni kebun Binatang sudah ia sebutkan.

"Awas aja lo berdua!" dumel Ara.

Kalau saja mulut Dhika tidak ember, Atul tidak akan percaya diri melawan Ara. Apalagi bukti yang dia punya hanya sebatas surat dan pengakuan ambigu Vivian. Kalau sudah seperti ini, demi menjaga citranya tetap bagus dan menjatuhkan citra Atul di depan santri, Ara jadi terpaksa membuang waktu dan tenaganya yang berharga untuk membersihkan kamar mandi dan WC selama dua minggu. Ditambah lagi, Ara harus memakai potongan kain berwarna kuning bertuliskan 'DI TAKZIR' sebagai kerudung.

Bagi warga pesantren, takzir kuning adalah hukuman paling berat dan memalukan.

"Mbak, sudah tak kasih sitrun. Tunggu bentar, habis itu kita bilas ya." Ulfa datang memberi laporan.

Gadis dengan balutan gamis coklat—yang sengaja diangkat hingga lutut—itu menoleh, lalu mengangguk singkat. Untungnya lagi – lagi ada Ulfa yang siap membantu Ara kapan saja. Mereka berdua berbagi tugas; Ara yang menguras air dan Ulfa menyiramkan sitrun—bubuk pemutih—ke setiap lantai supaya putih. Setelahnya mereka akan membilas larutan sitrun itu bersama.

Selesai menguras bak kamar mandi bilik terakhir, Ara menghampiri Ulfa. Temannya itu sedang duduk di depan salah satu bilik menggunakan gayung mandi.

Ulfa langsung menoleh begitu melihat kaki mulus Ara berdiri di hadapannya.

"Mbak, itu kerudungnya, kan, harusnya dipake. Nanti sampean kena masalah lagi, lho," peringat Ulfa.

"Are you fuckin kidding me?" Ara melotot ngeri.

Yang benar saja Ulfa menyuruh memakai kain kumal itu sebagai kerudung. Sudah jelas akan Ara akan menolak. Membayangkan kain kuning kumal itu menempel pada rambutnya saja Ara bergidik ngeri. Apalagi sampai benar – benar memakainya? Kalau kata orang jawa, Ora sudi!

ARAZKHA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang