ARAZKHA 9. | AZKHA DAN ILMU

296 17 0
                                    

NOTE : INI BAB BARU

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

NOTE : INI BAB BARU

Ada sebuah pepatah mengatakan, sebaik – baiknya ilmu adalah yang membawa manfaat bagi orang lain

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Ada sebuah pepatah mengatakan, sebaik – baiknya ilmu adalah yang membawa manfaat bagi orang lain.

Hal itu juga selaras dengan salah satu Hadits dalam Islam. Di dalam Hadits Riwayat Muslim nomor 1.631, Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, pernah berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya, kecuali tiga perkara. Sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan doa anak yang sholeh."

Azkha sudah sering mendengar bunyi Hadits itu dari Abah Rahman. Sejak kecil, Abah selalu menanamkan pemikiran bahwa seorang muslim wajib berilmu. Beliau juga membacakan beberapa potongan ayat suci Al – Qur'an dan Hadits agar Azkha lebih mudah memahaminya. Seiring berjalannya waktu, ia mulai menyukai ilmu. Entah karena terlalu sering mendengar pesan dari Abah atau memang Azkha terlalu suka mempelajari hal baru. Yang jelas, setiap tahunnya, Azkha selalu membuat target pengetahuan baru. Membuatnya semakin bersemangat untuk menggalih lebih dalam pengetahuan yang sedang ia pelajari.

Tumbuh di lingkungan pesantren tidak membuat Azkha kurang akan ilmu. Malah justru sebaliknya. Menurutnya belajar di pesantren seperti mendapat kesempatan emas. Semua kesempatan seolah terbuka dengan lebar. Tidak hanya mempelajari ilmu dunia, tapi juga ilmu agama—yang mana hal itu tidak akan didapatkan secara imbang ketika bersekolah di luar pesantren. Memang cukup melelahkan, ketika jam belajar yang seharusnya tidak lebih dari tujuh jam, di pesantren bisa lebih sampai sepuluh jam belajar. Saat Pagi waktunya sekolah umum, sedangkan Malam masih harus sekolah kitab atau biasa disebut Diniyah. Akan tetapi semuanya sebanding dengan ilmu yang ia dapat.

"Le, sampean jadi, toh, bantu mengajar di Pesantren? Abah dengar di MTS dan MA masih kurang tenaga pengajar. Nanti kalau mau, sampean juga bisa bantu di Diniyah," ucap Abah Rahman pada putra sematawayangnya.

"Nggeh, Bah. Azkha memang sudah berniat bantu mengajar di Pesantren ketika lulus."

Selain membantu mengelola pesantren, Azkha juga ingin mengembangkan usaha supplier buah milik Abah Rahman. Usaha milik Abah sudah berdiri sekitar dua puluh empat tahun. Beberapa bulan sebelum kedua orangtuanya menikah. Menjadi tangan pertama pemasok buah – buahan lokal untuk penjual di pasar. Hanya saja, penjualannya tidak pernah sampai ke luar kota. Abah juga bukan tipe orang yang ambisius dalam sesuatu. Bagi Abah Rahman, selagi masih diberi keuntungan yang cukup untuk keuangan pesantren dan menggaji para petani, berarti tidak masalah. Beliau mensyukuri segala rejeki yang diberikan oleh Allah SWT.

ARAZKHA (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora