ARAZKHA 13. | BADAN SAKIT - SAKIT

267 13 0
                                    

Jangan lupa vote, komen, dan follow ya <3 Bab ini baru ya, belum ada di versi sebelumnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa vote, komen, dan follow ya <3 Bab ini baru ya, belum ada di versi sebelumnya

Jangan lupa vote, komen, dan follow ya <3 Bab ini baru ya, belum ada di versi sebelumnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ara menjatuhkan tubuhnya pada tumpukan kasur lipat dan bantal. Membuat susunan yang semula rapi, berakhir dengan ambruk dan merosot ke depan. Ia merasa tubuhnya pegal di beberapa titik, mulai dari kepala bagian belakang, leher, kedua sisi bahu, pinggang, sampai kedua betisnya. Mungkin kalau diibaratkan sudah seperti bekerja jaman belanda. Dari pagi sampai malam tidak pernah ada hentinya. Setidaknya itu bayangan Ara saat ini. Padahal kalau diingat kembali, Ara tidak banyak mengerjakan beban berat. Ara masih sering mangkir dari piket, entah itu piket asrama, kamar, atau piket pesantren. Ia juga tidak begitu aktif organisasi di sekolah umum. Apalagi sekolah Diniyah, Ara masih menduduki peringkat nomor satu tukang tidur di kelas. Lebih gampangnya, Ara hanya absen wajah menghadiri semua kegiatan pesantren.

"Gila! Baru juga berapa hari di pondok, tapi badanku udah kayak keluar dari rumah tukang jagal. Pegel sana – sini," keluh Ara lirih. Kemudian mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang.

"Astaghfirullah, Mbak Ara! Ini kitab, Mbak, gak ilok kitab di geletakin gitu aja di lantai," omel Ulfa ketika melihat kitab Ara berserakan di lantai dalam keadaan terbuka lebar. (Gak baik kitab dibiarin gitu aja, di lantai.)

Meski begitu Ulfa tetap memungut kitab berwarna cokelat milik temannya. Untuk beberapa saat Ulfa sempat merasa penasaran, bagaimana hasil maknai Ara selama sekolah Diniyah. Akhirnya Ulfa memilih untuk memeriksa hasil kerjaan Ara. Saat itu juga Ulfa hanya mampu menggelengkan kepala. Seharusnya dia sudah tahu, akan seperti ini jadinya.

"Ya ampun, Mbak Ara," ucap Ulfa.

Ditatapnya teman satu – satunya itu. Ulfa tahu Ara selalu tidur saat sekolah Diniyah. Namun ada beberapa Ustadz pengajar yang tidak mengijinkan Ara tidur, membuat Ara mau, tidak mau, terlihat seperti ikut memaknai kitab. Ulfa pikir Ara benar – benar ikut memaknai kitab, seperti teman kelasnya yang lain. Tapi ternyata ekspetasi Ulfa terlalu tinggi. Alih – alih ikut memaknai kitab, Ara justru mencoret – coret bagian belakang kitab. Sedangkan arab gundul di depan, tetap dibiarkan bersih, suci, dan tidak bernoda sama sekali. Benar – benar kosong seperti baru.

ARAZKHA (END)Where stories live. Discover now