ARAZKHA 40. | BERAKHIRNYA KISAH

1.8K 85 0
                                    


ISI BAB INI VERSI BARU YA BESTIE

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ISI BAB INI VERSI BARU YA BESTIE ... JADI YANG BELUM VOTE JANGAN LUPA VOTE, OCEEE<3

 JADI YANG BELUM VOTE JANGAN LUPA VOTE, OCEEE<3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ara kenek opo?" bisik Mbak Chom pada Putri.

Semalaman semua penghuni kamar A sukses dibuat bingung sekaligus penasaran dengan perubahan sikap Ara. Dari yang awalnya songong, tiba – tiba berubah seperti orang depresi—maksudnya duduk diam, melamun, tapi tahu – tahu menangis. Semuanya jadi ikut khawatir. Ditanya pun Ara hanya menggeleng, lalu menangis lagi.

Putri menggeleng. "Aku, yo, gak tau. Pas tanya Ulfa, katanya nanti dulu. Bukan waktunya cerita, ya wes aku diem."

Mbak Chom menatap Ara, cemas. Entah kenapa melihat kondisi Ara, Mbak Chom jadi ikut sedih. Meskipun Ara menyebalkan, tetapi ia juga bagian dari keluarga kamar A. Ada banyak cerita, suka dan duka yang sudah mereka lalui bersama. Oh ... satu lagi. Ara juga tidak pernah pelit untuk uang dan jajan.

"Mbak, jangan bahas masalah tadi lagi, ya? Minta tolong banget. Seenggaknya sampai kondisi Mbak Ara agak mendingan," tegur Ulfa yang tidak sengaja ikut mendengar gosipan mereka.

Mbak Chom dan Putri mendongak—karena posisinya Ulfa masih berdiri, sedangkan mereka berdua duduk bersila di lantai—lalu mengangguk. Bisa apa mereka kalau Ulfa sudah berpesan seperti itu? Diantara semua anak kamar, hanya Ulfa satu – satunya orang yang mengenal Ara lebih dalam. Bukannya mereka tidak ingin dekat dengan Ara, hanya Ara sendiri lah yang membatasi orang.

Tidak semua orang bisa berkesempatan dekat dan menjadi teman Ara.

Setelah mengantung handuk basah, Ulfa langsung menghampiri Ara. Sahabatnya itu masih melamun sembari menghadap luar jendela. Kepalanya juga menempel pada kaca.

"Mbak ... sampean mau makan ta? Makan, ya? Tak beliin gorengan di kantin. Atau ... mau makan roti aja?" bujuk Ulfa. Langkah kakinya perlahan mendekat.

Ara menggeleng. Air matanya tanpa dikomando kembali lolos dari pelupuk matanya.

"Jangan gitu, Mbak. Nanti kalau sampean sakit gimana? Bukan dia juga yang tanggung jawab, kan?" bujuk Ulfa lagi, tapi Ara masih tetap sama. Hanya gelengan kepala pelan sebagai jawaban.

ARAZKHA (END)Where stories live. Discover now