ARAZKHA 12. | MUSUH BARU ARA

238 13 0
                                    

ini bab baru ya gais, versi revisi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ini bab baru ya gais, versi revisi. versi sebelumnya bab ini gak ada

Ada banyak perbedaan antara sekolah umum dan pesantren, salah satunya, pengelompokkan murid berdasarkan gender

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ada banyak perbedaan antara sekolah umum dan pesantren, salah satunya, pengelompokkan murid berdasarkan gender. Tidak diperbolehkan dua lawan jenis, laki – laki dan perempuan, berada di dalam satu ruangan yang sama. Mungkin beberapa pesantren masih menggunakan metode tersebut. Tidak ada yang salah apabila menggunakan metode tersebut, itu adalah hal wajar. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, ada perubahan metode yang dinamakan metode pesantren modern, dimana, beberapa kegiatan memperbolehkan mereka—laki – laki dan perempuan—belajar bersama di dalam satu ruangan yang sama, asalkan dengan pemisahan tempat duduk. Metode itulah yang saat ini diterapkan di pesantren Ar – Rahman.

Khusus untuk sekolah umum, pihak kantor Yayasan memperbolehkan pria dan perempuan belajar di dalam ruangan yang sama, dengan catatan, khusus santri pondok pesantren tidak boleh duduk bersama murid lawan jenis di satu bangku yang sama. Oleh sebab itu—entah sejak kapan—santri pondok pesantren selalu membagi tempat duduk mereka berdasarkan gender; baris satu dan dua, paling dekat dengan tembok, adalah tempat duduk untuk murid perempuan. Sedangkan baris tiga dan empat, adalah tempat duduk untuk laki – laki.

"Mbak, kita duduk dimana?" tanya Ulfa pada Ara.

Sedang Ara masih mengedarkan pandangan, mencari tempat kosong untuk tempat duduk mereka yang baru. Sebelumnya mereka menempati bangku paling belakang, posisinya dekat dengan tembok. Akan tetapi, entah bagaimana ceritanya, bangku dan kursi mereka tiba – tiba hilang. Membuat mereka mau, tidak mau, mencari tempat duduk yang baru.

"Kita duduk di sana aja." Ara langsung melangkahkan kaki ke arah bangku paling belakang, baris tiga.

"Tapi itu baris tiga, Mbak. Tempatnya anak – anak cowok."

"Terus? Kamu mau duduk ngemper di lantai? Sorry, kalo aku gak mau." Ara melepas tas ranselnya, lalu meletakkan di meja, dan duduk dengan santai. Tidak peduli dengan tatapan dari teman perempuannya.

Mau, tidak mau, Ulfa terpaksa mengikuti Ara. Dia duduk disebelah Ara dengan takut – takut.

"Ra, itu kan tempat anak cowok!" tegur Ela, "kan udah tau gimana peraturannya."

ARAZKHA (END)Where stories live. Discover now