ARAZKHA 30.| SI PALING ADA TERUS

733 68 1
                                    


Adegan di bab ini baru, ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Adegan di bab ini baru, ya ... yang belumvote jangan lupa vote bestiee!!

 yang belumvote jangan lupa vote bestiee!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

 Mereka baru saja tiba di kelas. Seperti biasa, sekolah Diniyah tetap berlangsung setiap ba'da sholat Isya sampai nanti jam sembilan malam. Ara pikir tidak masalah hadir kelas Diniyah, toh nantinya ia akan tidur di kelas. Sayangnya Ara baru sadar kalau hari ini jadwal mengajar Azkha. Bagaimana ia tetap tidak masalah, disaat penyebab masalahnya justru ada di hadapannya?

"Aku bolos aja, ya?" celetuk Ara. Mumpung dia belum dateng, begitu pikirnya.

"Pasti gara – gara abis ini pelajarannya Gus Azkha, kan?" tebak Ulfa, sudah pasti seratus persen benar.

Ulfa bisa melihat Ara langsung memalingkan wajahnya ketika suara Azkha mulai tertangkap indera pendengaran mereka—disusul dengan tubuh tegap dan jangkung itu. Ulfa menghela napas kasar. Tidak banyak hal yang bisa Ulfa lakukan selain menepuk punggung Ara dua kali, seolah memberikan semangat supaya bisa bersabar dan bertahan sampai akhir.

"Wes sampean tidur ae. Biar nanti aku yang bikin alasan," ucap Ulfa yang langsung dituruti oleh Ara.

Terkadang Ulfa sampai malu sendiri saking seringnya mengijinkan Ara sakit pada Guru dan Ustad. Tapi mau gimaa lagi, dipaksa pun percuma. Ara mempunyai sifat keras kepala dan tidak suka diatur – atur. Sekelas pengurus pusat seperti Atul saja dilawan, apalagi santri klemar – klemer seperti Ulfa? Seandainya Ulfa dikunya, pun, bakalan dikunya Ara sampai habis tak tersisa.

Kalau di Jawa Timur istilahnya diuntal gak atek gedang.

Jadi Ulfa main aman saja.

"Ara kenapa, Ul?" tanya Azkha dari meja guru yang ada di depan. Pria itu melihat Ara menidurkan kepalanya di atas lipatan tangan.

Seperti biasa, Ulfa langsung memasang ekspresi nelangsa dan berkata, "Sakit, Ustadz. Kepalanya pusing, katanya."

Azkha mengangguk singkat, lalu melanjutkan pembelajaran. Sedang Ara langsung tersenyum miris, mengasihani dirinya yang mengharapkan pria kaku seperti Azkha. Apa yang mau diharapkan? Lihat, dia saja tidak peduli lagi kalau Ara sakit.

ARAZKHA (END)Where stories live. Discover now