06. Toilet

68 11 8
                                    

"Lihatlah bahkan Tuhan mempermudah semua urusanku. Yap, membasmi hama di sekolah." ~Milenius

_0_

          Hari senin merupakan hari yang paling tidak disukai oleh para siswa/i karna harus berdiri kepanasan di bawah teriknya matari. Baru akan dimulai Yuan sudah mengajak Nadira pergi ke toilet.

"Nad, antar gue ke toilet dong, kebelet, nih," ajak Yuan pada Nadia.

"Yaudah, yuk. Sekalian mau ngadem bentar."

"Eh ... kalian berdua mau ke mana?" tanya Hana heboh, pasalnya dia tidak diajak, oh ayolah merekakan sahabat kenapa hanya dirinya yang tidak di ajak.

"Lo di sini saja, deh, cuman sebentar doang, kok," jawab Yuan lalu berjalan pergi menggandeng tangan Nadira.

"Ish, dasar," gerutu Hana pelan.

Keadaan di toilet sangat sepi bahkan matahari pun masih terlihat malu-malu untuk memamerkan cahayanya yang panas. Yuan masuk ke dalam toilet sedangkan Nadira memilih menunggu di depan kaca sambil membenarkan letak rambut dan makeup nya yang sedikit berantakan.

Brak.

Pintu toilet utama terbuka, memperlihatkan seoseorang dengan pakaian serba hitam, memakai masker, rabutnya yang diurai menutupi sebelah matanya, tangannya membawa balok kayu yang cukup besar, Nadira yang kaget terdiam beberpa saat.

Bruk.

Belum sempat Nadira bertanya, kayu itu sudah mendarat mulus di kepalanya, ia memegang kepalang lalu melihat tangannya yang berdarah, Nadira yang merasa syok langsung pingsang. Yuan yang mendengar kegaduhan dari luar segera membuka pintu, Yuan terdiam untuk sesaat, melihat Nadira yang sudah tergeletak di lantai.

"Lo siapa? Mau apa lo!" tanya Yuan panik, ini kali pertama dia berada di situasi seperti ini.

"Lo sudah buat gue malu sampe nyokap bokap marahin gue dan lo masih nanya apa mau gue?" jawaban sinis itu membuat bulu kuduk Yuan berdiri, Yuan mengenali suara itu.

"Milen? Lo berani-beraninya nakutin gue, hah!" bentak Yuan tidak percaya, gadis yang terlihat pendiam itu bisa melakukan hal yang senekad ini. Yuan hendak mendekat tapi Milen justru memukul kaki Yuan dengan sangat keras.

"Ahk ... lo apa-apaan, sih? Berani-beraninya lo pukul kaki gue, awas aja lo!" ancam Yuan dengan nada lantang, dia tidak mau kalah dengan bocah tengik seperti Milen.

"Haha ... emang gue takut sama lo? MIMPI AJA!" teriak Milen mengeluarkan sebilah pisau kecil yang ada di dalam jaketnya. Yuan yang melihat itupun belingsut mundur, Yuan tidak tahu kalau Milen bisa bersikap segila ini saat marah.

Milen mendekati Nadira yang tergeletak di lantai.

Srett ....

Pisau itu membentuk goresan panjang di pipi mulus Nadira membuat Nadira mengerjapkan matanya perlahan, belum sempat ia sadar sepenuhnya pisau itu sudah menancap tepat di jantungnya.

Jleb.

"Akh ...," Nadira merintih kesakitan, membuat Milen menekankan pisau itu lebih dalam, darah pun mulai bercucuran membasahi baju putih Nadira.

Milenius [END]Where stories live. Discover now