11. Cowok Ganteng

47 8 4
                                    

"Ganteng saja tidak cukup, apalagi banyak bacot kayak cewek." ~Milenius

_0_

       Masih terlalu pagi untuk menggosipkan seseorang bahkan mata hari pun masih terlihat malu untuk memancarkan cahaya panasnya, akan tetapi di kelas Milen sudah di panaskan oleh berita tentang kedatangan siswa baru yang katanya kegantengnya melebihi dewa Yunani. Kelas ini begitu aneh memang banyak gosip bertebaran datang dan pergi begitu saja, membuat Milen berdecak pelan, kelas ini tidak pernah hening seperti apa yang diinginkanya.

Cowok itu juga digosipkan pindah sekolah karna memiliki beberapa kasus di sekolahnya, diantaranya; membully; bertengkar; tawuran; bahkan sampai berani mencuri kertas ujian.

Milen duduk di kursinya dengan tenang, pelajaran pertama merupakan pelajaran kesukaannya yaitu bahasa Indonesia. Guru berjalan masuk dengan diekori seseorang di belakangnya, tubuhnya telihat tinggi dengan gaya rambut ala korea, berponi, wajahnya putih bersih terlihat satu lesung di pipi saat dia tersenyum, membuatnya terlihat begitu manis, jangan lupakan juga hidungnya yang mancung seperti perosotan anak TK, membuat hampir seisi kelas menatapnya dengan tatapan kagum dan iri.

Bisik-bisik mulai terdengar riuh, membicarakan sesosok orang yang berada di hadapan mereka, sebagian cewek menatap dengan tatapan mengagumi sedangan para cowok terlihat sebaliknya, mengejek tidak terima karna kalah ganteng bahkan beberapa orang merasa iri dengan bentuk tubuh dan wajahnya yang nyaris sempurna.

"Asalamualaikum," ucap guru itu memberi salam.

"Wa'alaikumsalam, Bu," jawab murid serempak, terdengar begitu bersemangat.

"Anak-anak perkenalkan ini murid baru. Silahkan, Nak, perkenalkan diri kamu," ucap guru mempersilahkan.

"Selamat, pagi," ucapnya terdengar ramah.

"Pagi ...," teriak penghuni kelas terutama para cewek dengan penuh semangat.

"Nama gue Kenan Melviana, kalian bisa manggil gue Kenan."

"Panggil sayang boleh?" celetuk seorang cewek berambut pendek di belakang, membuat Kenan tertawa pelan sedangkan cewek yang bertanya terus tersenyum dengan wajah memerah, Milen yang melihatnya merasa kesal. Oh, ayolah harga dirinya sebagai wanita ke mana? Lihat cowok bening dikit saja langsung meleleh.

"Wohhh ...," sorak siswa lain membuat cewek itu terlihat makin malu.

"Sirik bilang, Bos!" ledeknya membuat para cowok menatap dirinya kesal.

"Sudah-sudah, kalian semua diem. Kenan kamu duduk di samping Milen saja, ya, dia duduk sendiri di sana, enggak ada bangku kosong lagi selain itu," titahnya sambil menunjukan tempat duduk di sebelah Milen.

"Makasih, Bu," ucapnya lalu pergi menuju tempat duduknya.

"Alasan yang bagus, Bu," batin Milen kesal. Bukan tidak ada orang yang mau duduk di sebelahnya akan tetapi Milen selalu mengusir orang yang ingin duduk di sana, alasannya apalagi kalo bukan menggagu dirinya.

Kenan tersenyum sebelum duduk, semetara Milen dia hanya melihat sekilas dengan eksperi datar membuat Kenan tersenyum kecut, ada yang menarik dari cewek di sebelahnya di mana banyak cewek lain yang jelas-jelas tertarik dan mengejar-ngejar dirinya akan tetapi cewek ini malah terlihat cuek dan tidak memperdulikannya.

Bel istirahat berbunyi nyaring, membuat Milen menghembuskan napas lega, perutnya sudah keroncongan meminta untuk diisi. Niat hati ingin langsung pergi tetapi sebuah kerumunan datang mengepung dirinya, lebih tepatnya Kenan, banyak yang meminta untuk berkenalan dan sebagainya. Sialnya Milen, dia tidak bisa keluar karna terhimpit, di sebelah kirinya terdapat dinding kelas yang keras dan di sebelah lainnya Kenan yang terlihat begitu sibuk menjabat satu-persatu tangan cewek-cewek sialan itu.

Milenius [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora