24. Curiga

21 2 0
                                    

"Semuanya omong kosong, banyak membicarakan tanpa tahu keadaan."
~Milenius

_0_


             Setelah kepergian Arvin, Milen bergegas pergi ke atap dan membakar semua pakaian termasuk sapu yang ia bawa. Ia meringis kala melihat luka di kaki dan punggungnya, sungguh mengejutkan lukanya ternyata cukup banyak membuat Milen sedikit meringis kesakitan.

"Sial, wanita itu kejam sekali," umpatnya sambil melihat luka yang ada di sekujur tubuhnya.

Milen pun berusaha untuk mengobati lukanya sendiri, lalu kembali berpakaian dan bersiap untuk tidur, ia harus ke sekolah besok.

🦋🦋🦋🦋


           Pagi-pagi sekali saat Milen sedang sarapan ia melihat ayahnya–Hendra pergi dengan terburu-buru, Milen yang melihatnya tersenyum dengan bahagia apalagi saat melihat wajah Hendra yang terlihat panik dan bersedih.

Sesampainya di sekolah, Milen melangkahkan kakinya dengan pelan sambil mendengarkan seriap orang yang sedang membicarakan tentang pembunuhan sadis yang menimpa seorang perempuan bernama Wika.

Sampainya di dalam kelas Kenan langsung menghampiri Milen.

"Lo tahu tentang kematian perempuan itu?" tanyanya.

"Siapa?" tanya Milen bersikap solah-olah tidak tahu.

"Namanya Wika, dia asisten Bokap, lo kan?" Sekali lagi, Kenan bertanya.

"Mana gue tahu, kenapa emang?"

"Dia dibunuh ... kepalanya dipenggal bahkan kapak yang memenggal lehernya masih ada di tempat kejadian, tetapi pelaku masih belum ditemukan, kamera cctv enggak menemukan rekaman seseorang masuk ke dalam sana, pelakunya masih berkeliaran," jelas Kenan dengan panjang sedangkan Milen hanya diam sambil mendengarkan dengan teliti, walau pun dia tahu dia tidak akan membuat kesalahan apapun.

"Lo hati-hati, ya." Kenan berkata dengan lembut.

Milen hanya tersenyum tipis lalu mengangguk, tidak berselang lama pelajaran pun dimulai.

Di kantin, Milen duduk dengan tenang sambil memakan mie bakso kesukaannya. Arvin datang bersama Abila dan duduk di sebelah Milen sedangkan Qirane masih mengantri membeli makanan.

"Kamu gakpapa?" tanya Arvin membuat Milen melirik sekilas lalu menggelengkan kepalanya.

Abila yang penasaran pun mulai bertanya, "Emangnya kenapa?"

"Semalem aku enggak sengaja nabrak dia sampai jatuh, bahkan bajunya sampai berdarah-darah," jelas Arvin membuat Abila meringis pelan.

"Kok bi—"

"Apa?" Qirane datang menyela perkataan Abila, dia lalu menyimpan nampan ke atas meja dan melihat Milen dengan teliti, tetapi hanya kakinya saja yang diperban, selebihnya terlihat baik-baik saja.

"Kakak enggak papa? Itu kakinya gapapa? Ada luka di perut gak? Udah ke dokter belum?" Qirane terus bertanya dengan cepat dan panik.

Milen lalu berdiri dan menyuruh Qirane untuk duduk dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja, sedangkan Abila menatap Milen dengan tatapan yang datar.

"Tapi bener, tuh kata Qirane, kamu harus pergi ke dokter, kayaknya parah, deh buktinya semalem baju aku juga ketempelan darah kamu."

Uhuk. Uhuk.

Kali ini Abila terbatuk, dengan cekatan Arvin memberikan segelas air dan Abila meminumnya dengan sekali tegukan.

"Kamu gakpapa?" tanya Arvin sedikit panik.

Milenius [END]Where stories live. Discover now