29. Penculikan

21 2 0
                                    

"Sesuatu yang mengerikan akan terjadi, maka bersiaplah ...."
~Kenan Melviana

_0_


             Milen tidak suka keluar malam-malam jika tidak ada urusan yang sangat penting, akan tetapi baru saja ada seseorang yang mengirimnya sebuah pesan singkat, katanya ingin membicarakan suatu hal penting mengenai adiknya, tentu saja Milen merasa khawatir dan langsung pergi ke tempat tujuan karna ponsel Kholid tidak bisa dihubungi, termasuk ibunya.

Sebuah gedung tua berjulang tinggi di hadapannya tidak ada cahaya sedikit pun di dalam sana membuat gedung itu terlihat begitu menyeramkan dan juga banyak semak belukar yang menjulang tinggi mengelilingi gedung itu, terlihat seperti di film horor. Gedungnya memang bersebelahan dengan jalan besar akan tetapi memang sudah terlihat kalau gedung ini sudah ditinggalkan sejak lama.

Merapatkan jaket, tanpa merasa curiga Milen segera melangkah masuk dan menyalakan senter ponsel untuk melihat sekitar. Milen terus berjalan menuju lantai dua, tempat yang dijanjikan pengirim pesan.

Siluet seseorang terlihat dari kejauhan membuat Milen sedikit panik, di tengah sana dengan pencahayaan yang tamaram terlihat seseorang yang diikat di sebuah kursi dan kepalanya ditutupi oleh kain hitam. Karna sejak perjalanan tadi ponsel Kholid tetap tidak terhubung membuatnya berpikiran negatif tentang seseorang yang berada di hadapannya sekarang, cahaya yang tamaran membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas, membuatnya sedikit ragu jikalau itu adalah adiknya tetapi hatinya juga menghawatirkan adiknya–Kholid.

Milen mendekat, berjalan dengan sedikit tergesa-gesa, tanpa Milen sadari sebuah benda tumpul memukul keras punggungnya, membuat Milen kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur ke lantai, punggungnya sakit, dengan secepat kilat beberapa orang yang tidak Milen sadari datang dan segera memegang tangan milen lalu mendudukannya di kursi dan mengikatnya.

Seseorang yang tertutup kain itu bukan Kholid tetapi orang lain yang sudah menipunya, ia menjadi sedikit lega bahwa Kholid ternyata baik-baik saja.

"Siapa kalian?" Milen membentak, karna mereka menipu dirinya dengan menggunakan nama adiknya.

Semua orang di sini tertawa dengan nyaring membuat Milen mendengus pelan. Tidak lama seseorang berbadan kekar mulai bertanya, "Harus kita apakan dia?"

Seseorang lalu menepuk punggungnya dengan keras dan menjawab, "Sesuai rencana, haha ... haha ...."

"Lepaskan!" Milen menjerit, menggoyang-goyangkan kursi sampai ia terjatuh, ikatannya terlalu kuat bahkan tangannya tidak bisa menggapai saku hoddienya.

Seorang cewek dengan pakaian mini datang, roknya yang pendek membuat Milen memincingkan mata. Cewek itu membawa nampan berisi alat pembedahan, Milen pun menatapnya dengan tatapan datar. "Itu hanya untuk menakut-nakutinya saja," batin Milen menengkan diri sendiri.

"Sini, Gita sayang," ucap seorang pria yang mengenakan pakaian kemeja kota-kota, cewek bernama Gitu itu pun langsung menjawab, "Uh, Seta sayang."

Jawaban itu membuat telinga Milen mendengung, muak, kenapa tidak langsung ke intinya saja, terlalu membuang-buang waktu.

Cowok bernama Seta itu langsung memeluk Gita mesra, sepertinya mereka adalah sepasang kekasih.

"Gue serahin ini semua sama lo!" ucap Gita sambil memeberikan nampan itu pada seorang pria berambut panjang, seperti wanita saja, batin Milen mendengus.

"Fiktor yang paling ahli," katanya membanggakan diri sendiri sedangkan Gita tidak menghiraukannya malah asyik menggelayut manja di tangan Seta.

Fiktor lalu mendekati Milen, mengambil alat bedah itu dan menatap Milen tajam. "Mau dibagian mana, Sayang?"Fiktor bertanya seperti sedang meminta saran, sedangkan Milen membalasnya dengan senyuman sinis, membuat Fiktor menjadi kesal.

Fiktor merobek hodie Milen, menyisakan baju lengan pendek yang terlihat longgar di tubuh gadis itu.

"Lumayan juga," celetuk Seto membuat Gita menoleh dan merenggut manja, memanyunkan kedua bibir merahnya ke depan. "Tetapi tetep kamu, kok yang paling bagus dan cantik!" godanya yang berhasil membuat Gita tersipu malu, sedangakan seseorang di sebelahnya menatap jijik pemandangan itu termasuk Milen.

Tangan Fiktor pun mulai menyayat tangan Milen dengan perlahan membuat goresan yang mengeluarkan warna merah di sana, darah segar mulai merembes keluar menyebabkan bau anyir yang begitu kuat. Milen tersenyum sinis atas perlakuan Fiktor padanya membuat pria itu marah dan mencekik leher Milen tiba-tiba, seperti tidak ingin membuang waktu lagi untuk membunuh gadis ini.

"Uhuk ... Uhuk ...." Milen terbatuk, tenggorokannya tercekat susah untuk bernapas, tidak lama seseorang berbadan besar berucap, "Sadar, Fik. Kalau dia mati kitu juga yang kena masalah."

"Gue tahu, gue tahu, To," dengusnya lalu melempas cengkraman dari leher Milen.

Milen tertawa, membuat Fiktor mendesis hendak mencecik Milen kembali tetapi kali ini Bento mencegahnya dan mengambil alih untuk menyiksa gadis di hadapannya.

Plak

Satu tamparan mendarat sempurna di pipi kanan Milen, wajahnya pun memerah, tak puas dengan sekali tamparan cowok berbadan kekar itu menampar Milen terus menerus sampai sudut bibirnya berdarah. Tanpa ampun Bento langsung menonjok perut Milen sampai Milen terjatuh dari kursi dan meringis kesakitan, beberapa pukulan terus Bento layangkan sedangkan gadis itu terlihat menahan ringisannya tanpa berteriak.

Seta yang melihat Milen sudah lemah segera melangkah, menepuk pundak Bento lalu berucap, "Sudah, bro. Giliran gue."

Bento mundur dan Fiktor segera mundur, meninggalkan mereka bertiga untuk merokok di sudut ruangan. Gita segera membuka ponselnya dan merekam Seta yang akan melakukan aksinya. Karna terlihat sudah babak belur Seta akhirnya membenarkan kursi itu dan membuka ikatan tangan Milen lalu mendorongnya hingga jatuh tergeletak die lantai. Seta pun tersenyum menggoda, tangannya mulai ngegerayangi tubuh Milen, tanpa sepengetahuan Seta dibalik kepasrahan Milen tangannya berusaha meraih hodie yang tidak jauh dari tangannya. "Dapat!" batin Milen lalu meraba-raba saku hodienya.

Dengan sekuat tenaga Milen mengayunkan pisau itu dan menancapkannya ke punggung Seta.

Jleb.

"Aah ...," jerit tertahan Seta. Gita yang melihatnya langsung menjatuhkan ponselnya dan mencoba untuk membantu Seta tetapi Milen kalah gesit dengn mendorong tubuh Seta ke arah Gita membuat mereka terjatuh bersamaan kesempatan itu membuat Milen segera berlari sebelum mereka mengerjarnya.

"Woy, dia kabur!" ucap Seta, Bento dan Fiktor pun segera berlari mengejar gadis itu.

Milen berlari dengan sekuat tenaga sampai saat ingin akan menyebrang sebuah klakson membuatnya terperanjat kaget. Milen pun langsung mengetuk kaca mobil itu dan meminta tumpangan kepadanya, dengan senang hati dia memberikan tumpangan.

"Lo kenapa? Lo gakpapa?" tanyanya terdengar khawatir.

"Ada orang gila yang ngejar, gue!" desisi Milen menengok kebelakang, takut mereka mengikuti dirinya.

"Ke apartemen gue dulu aja, ya. Lihat, tanggan lo berdarah, gue gak ada obat P3K di sini."

"Boleh, lagian gue juga males pulang ke rumah," jawab Milen sambil sesekali meringis, karna sudut bibirnya terluka. Tanpa Milen sadari orang itu tersenyum sinis di balik wajah kekhawatirannya itu.


####

Haii, jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komentar^^




11 Mei 2023

Milenius [END]Where stories live. Discover now