23. Rencana Terlaksanakan

22 2 0
                                    

"Ini bukanlah apa-apa dibandingkan dengan rasa sakit yang telah kamu perbuat kepada kami!"
~Milenius

_0_

           Hari ini Hendra pulang ke rumah, yang disambut tatapan sinis oleh Milen, sesaat ia berpikir, mungkin rencananya akan berjalan dengan mudah, semuanya akan terlaksanakan dengan cepat dan lancar.

Malamnya Milen terbangun, menyiapkan semua barang-barang yang ia butuhkan, mengenakan jaket hitam yang menjadi warna kesukaannya. Milen berjalan perlahan, meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan Hendra, Milen selalu memikirkan apa yang pantas Hendra dapatkan atas semua kesalahannya, ini harus lebih menyakitkan daripada sebuah kematian, mungkin Milen akan memikirkannya setelah ini.

Tiba di tempat tujuan Milen segera mengetuk pintu dengan hati-hati, tidak berselang lama pintu terbuka, memperlihatkan seorang wanita cantik dengan gaun tidur berwarna putih, tampak begitu anggun dan cantik.

"Eh, lo ngapain di sini?" tanyanya, masih terdengar nada halus dari perkataannya, jika saja dia tidak menghancurkan keluarga Milen mungkin Milen akan mengagumi sosok perempuan cantik di hadapannya ini

Sebelum menjawab pertanyaan Wika, Milen segera masuk dan duduk di ruang tamu Wika pun menghela napas panjang, "Dasar anak gak punya sopan santun," gerutunya pelan, lalu menutup pintu kembali.

Walau pernah di ancam oleh gadis itu Wika tidak punya perasaan curiga padanya, Wika malah merasa iba atas apa yang telah ia lakukan kepada keluarga gadis itu. Wika pun segera ke dapur untuk memberikan segelas air, lalu duduk di hadapan Milen.

"Kenapa kamu ke sini malam-malam? Hendra tidak ada di sini." Wika memulai percakapan, karna Milen hanya menatapnya dengan tatapan tajam, terkesan sedang mengintimidasi.

"Ya, gue tahu."

"Lalu kenapa? Kalo ada yang perlu diomongin, biar saja jelaskan, saya sudah tidak ada hubungan lagi dengan Hendra, jadi-Akh ...," jerit Wika dengan suara nyaring, Milen tersenyum sinis, saat pisau yang ia tancapkan ke paha Wika membuat perempuan itu menjerit kesakitan.

Wika dengan sigap mendorong Milen, ia tidak habis pikir dengan gadis ini, sungguh tidak manusiawi, dengan insting bertahan hidupnya ia berlari ke arah pintu keluar tetapi naasnya sebuah meja melayang tepat di hadapannya membentur pintu dengan keras, Wika peralih ke dalam kamar, jantungnya berdebar dengan sangangat kencang.

Milen tersenyum bahagia, akhirnya ia bisa bermain-main dengan perempuan ini. Milen berusaha untuk mengejar Wika, tetapi sayang pintunya sudah dikunci dari dalam.

"Tante, buka pintunya, Tante!" panggil Milen dari luar sambil menyayat-nyayat pintu kamar.

Di dalam kamar Wika menangis dengan histeris, ia membalut lukanya dengan kain dan mengikatnya dengan kencang, sedangkan di lusr Milen terus berteriak sambil menggedor-gedor pintu dengan sangat kencang. Wika panik, ia lalu mencari ponselnya akan tetapi tidak ditemukan, kali ini Wika hanya bisa berharap pada Tuhan dan kekuatan dirinya sendiri, mencari alat untuk melawan Wika hanya menemukan sapu di dalam kamar, sungguh sial sekali nasibnya sekarang.

Milen yang lelah terus menggedor dan berteriak mencari cara lain untuk membuka pintu, Milen pun mencari sesuatu yang bisa ia gunaka dan menemukan beberapa perkakas di dalam dapur, ia pun tersenyum.

Membawa kapak yang lumayan besar, Milen mengayunkannya ke arah pintu dengan sangat kencang sampai terdengar bunyi yang nyaring.

Brak. Brak.

Untunglah apartemen ini cukup luas dan kedap suara sehingga Milen tidak perlu repot-repot membawa Wika ke tempat lain untuk memulai aksinya.

Perlahan tapi pasti pintu itu mulai retak dan akhirnya bisa terbuka, Milen melihat wajah Wika yang memegang gagang sapu dengan tangan gemetar membuat Milen merasa semakin bahagia dan bersemangat.

Milenius [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang