34. Bimbang

20 2 0
                                    

"Sejujurnya aku bisa melakukannya dengan mudah, cuman ... membutuhkan terlalu banyak tenaga jiga harus seperti ini."

~Milenius

           Milen menjadi bingung mana yang harus ia selesaikan terlebih dahulu, balas dendam kepada Kenan atau memberi pelajara kepada Arvin. Tetapi, Arvin masih bisa ia manfaatkan untuk membantunya, jadi untuk sekarang Milen harus merencanakan sesuatu untuk Kenan. Polisi yang menangani kasusnya bahkan tidak ada kabar sama sekali, membuat Milen mandengus kesal.

Tetapi untungnya Anis tinggal bersamanya jadi ia merasa sedikit tenag, soal Hendra dia di tahan oleh polisi karna menjadi tersangka utama dan tentu saja kami tidak memperdulihannya, toh sebentar lagi ia akan bebas karna Hendra bukanlah pembunuhnya.

Milen turun ke bawah, melihat ibunya yang sedang mengerjakan tugas-tugas Hendra. Untungnya ibu pernah bekerja di kantor sehingga tidak kesulitan ketika dimintai untuk mengambil posisi Hendra untuk sementara waktu.

"Ibu sibuk, ya?" ucap Milen memijit pundak ibunya dengan lembut.

"Ada apa? Tumben kamu baik sama Ibu?" Anis bertanya sambil tersenyum lalu menyentuh tangan Milen dan menyuruhnya untuk duduk di sebelahnya.

"Enggak, Bu. Aku lagi bingung aja," ucap Milen terdengar lesu, punggungnya ia sandarkan ke sofa.

"Soal temen-temen kamu? Mereka mengejek kamu?" Milen hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu Anis melanjutkan perkataannya, "Mau pindah sekolah?"

"Enggak, Bu, enggak usah. Kalaupun pindah sekolah enggak ada jaminannya kalau di sekolah yang baru mereka tidak mengethui hal itu."

Anis menggenggam tangan Milen erat, berusaha untuk menguatkan putrinya itu. Walaupun vidionya hanya beberapa detik tetapi tetap saja ada wajah putrinya di sana, padahal kalau dilihat dengan teliti terlihat wajahnya Milen memiliki luka dan lembam-lebam.

"Ya, sudah kalau begitu kamu ke kamar aja, besok harus pergi sekolah, kan? Kholid aja udah tidur kayaknya."

Milen hanya megangguk lalu berjalan, sebelum benar-benar pergi Milen menoleh ke belakang lalu memanggil ibunya, "Bu."

"Iya?" jawab Anis.

"Semangat!" Milen berucap sambil mengayunkan kedua tangannya ke atas, membuat Anis tersenyum.

Anis pun berucap hal yang sama, "Semangat!" Sambil menirukan gaya Milen berusan, setelah melihat ibunya tersenyum Milen segera ke atas untuk tidur, ini merupakan hari yang sangat melelahkan bagi dirinya. Milen membuka ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Arvin sebelum ia benar-benar tertidur.

Me:
Vin, gue akan memikirkannya.

🐞🐞🐞

2 minggu setelah kejadian itu sekolah menjadi kembali normal bagi Milen, semua gosip tentang dirinya perlahan terlupakan, mungkin mereka merasa bosan membicarakan gadis itu. Sejak itu pula Arvin selalu mengganggu Milen untuk segera memberika jawaban cintanya, tetapi Milen selalu bilang bahwa dirinya membutuhkan waktu, ia juga belum menyusun rencana untuk membalas perbuatan Kenan. Untunglah Arvin mengerti akan situasi dirinya yang baru di terpa kabar tidak enak. Milen harus menyembukan dulu luka fisiknya, ia juga capek dengan masalah yang datang bertubi-tubi menghampirinya.

"Kak, kenapa, ya?" Qirane bertanya, menopang dagu dengan kedua tangannya, menatap Milen yang sedang memakan cimol.

"Apa?" Milen menautkan sebelah alisnya, menanyakan apa yang dimaksud Qirane.

"Jangan bilang-bilang tapi," lanjutnya, Milen hanya mengangguk singkat.

"Kak Arvin nyuru aku untuk dandanin Kak Abila," hebohnya, tetapi Milen hanya bersikap biasa saja.

"Bagus dong," jawabnya singkat.

Arvin tidaklah salah meminta Qirane untuk membantu Abila merubah penampilannya, toh Qirane termasuk cewek yang modis, bahkan di angkatan dan kakak kelasnya ia sangatlah populer. Cantik, manis dan entah apa sebutannya sedikit lugu atau memang bego.

Semenjak Qirane berteman dengan Milen dan rumor tentang kematian Kenzo setelah melecehkannya tersebar, banyak pria yang berhati-hati untuk mendekati Qirane dan Qirane pun menjadi sedikit lebih pintar karna sering dinasehati oleh Abila dan Arvin.

"Iya, Kak Abila sebenarnya cantik, cuman karna penampilannya begitu dia jadi terlihat kurang menarik," jelasnya lagi. Milen hanya berdehem sebagai jawaban, ia masih menikmati cimol yang ada di dalam mulutnya.

"Penampilan Kakak mau aku rubah juga?"

Uhuk, uhuk.

Milen tersedak mendengar ucapan Qirane barusan, Qirane yang sigap langsung memberikan segelas air minum. "Kakak gapapa?" tanyanya polos.

Dari belakang Arvin ikut menambahkan. "Iya, Qi, sekalian rubah penampilan Milen juga, biar gak kelihatan judes terus!" terang Arvin membuat Milen melotot tajam ke arahnya, tetapi Arvin tidak perduli dan menyimpan nampan yang ia bawa ke meja, terdapat empat mangkok bakso dan minuman es teh manis juga.

"Kok empat? Kak Bila kan enggak ada?" Qirane bertanya dengan polos.

"Abila cuman rapat PMR sebentar, enggak lama kok, ini udah datang," sahut Abila dari belakang lalu duduk di samping Qirane.

"Eh, Kakak udah dateng aja. Nanti sepulang sekolah aku mau langsung main ke rumah Kakak, ya?" pinta Qirane.

Abila yang sedikit heran pun bertanya, "Ada apa? Tumben."

"Aku mau main aja ke rumah Kakak, udah izin kok," jawab Qirane dengan cepat, Abila hanya mengangguk singkat.

Mereka pun mulai memakan baksonya dengan lahap, sesekali Qirane berceloteh tentang teman sekelasnya dan dijawab singkat oleh Abila terkadang Arvin pun menimpali, hanya Milen yang benar-benar fokus pada makananya.

####

14 Mei 2023

Haii, jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komentar^^

.

Milenius [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang