12. Buaya Darat

41 5 3
                                    

"Rata-rata cowok ganteng itu benalu, iya benalu. Banyak yang suka sama dia karna deketnya sama gue, gue yang kena imbasnya." ~Milenius

_0_

       Sekolah merupakan suatu tempat untuk menuntut ilmu, menambah wawasan dan pengetahuan, juga sarangnya membicarakan aib serta mengejek dan menghina orang lain, tentu saja sebagai penghilang stress dikala banyak tugas mereka.

Milen berjalan pelan menyusuri koridor sekolah yang mulai ramai, tidak terlalu lama Kenan datang menghampiri Milen sambil membawa sesuatu di tangannya, Milen melirik sekilas seperti sebatang bunga mawar putih.

"Len, nanti pulang gue anterin ya?" ajak Kenan pelan.

"Adek gue jemput," tolak Milen tegas.

"Yah, padahal pengen tahu rumah lo di mana," jelas Kenan dengan nada lesu.

Milen hanya diam sambil terus berjalan dengan langkah cepat, banyak pasang mata yang melirik mereka berdua membicarakannya sambil berbisik-bisik lalu tertawa.

"Len, kapan-kapan kita jalan bareng, yuk. Ke tempat-tempat yang seru," ajak Kenan mencoba untuk mendekati Milen.

"Gue enggak ada waktu," tolak Milen tegas.

"Yah. Nanti, deh kalau lo ada waktu senggang?" usul Kenan membuat Milen berhenti berjalan, sorot matanya tajam menatap wajah Kenan yang malah cengengesan.

"Bisa enggak, sih, lo jangan ganggu gue? Lo bisa ngajak cewek lain selain gue, kan? Pasti mereka mau kok!" bentak Milen dengan nada tinggi, sehingga banyak pasang mata yang menatap mereka berdua dengan perasaan kepo.

Lelaki buaya seperti Kenan yang memiliki bentuk tubuh dan wajah yang terbilang bagus dan ganteng, pasti banyak yang mau jalan dengannya akan tetapi kenapa dia malah mengganggu Milen yang jelas-jelas jauh dari kata cantik.

Milen hendak pergi tetapi pergelangan tangannya di cekal kuat oleh Kenan. "Gue tertarik sama lo!" ucapnya sambil menatap mata Milen dalam, berharap ia bisa melihat jika Milen juga menyukainya.

"Gue enggak!" jawab Milen dengan ketus.

"Beri gue waktu, buat ngisi hati lo!" pinta Kenan dengan nada memohon.

"Enggak bisa dan enggak akan pernah!" tekan Milen pada ucapannya.

"Kenapa?"

"Iya kenapa? Lo itu cakep, pinter, bisa dapetin yang lebih baik dari gue, tapi kenapa lo milih gue?!" ketus Milen sambil menghempaskan tangan Kenan lalu berjalan, pergi begitu saja.

Kenan hanya diam mematung tidak menerima penolakan dari Milen, harga dirinya sebagai lelaki merasa tercoreng, ia harus mendapatkan Milen apa pun yang terjadi.

Milen memilih pergi ke toilet bukan ke kelas, ia ingin menenangkan diri terlebih dahulu karna tidak mau bertemu dengan Kenan, Milen sudah tahu dari awal kalau Kenan tertarik padanya bukan karna menyukainya tetapi karna penasaran saja dan Milen tidak mau berurusan dengan yang namanya lelaki.

Milen tidak menyangka jika Kenan akan bertindak secepat itu, baru satu hari mengenal Kenan sudah bilang tertarik padanya, memang dasarnya buaya. Untungnya hati Milen sudah terbalut oleh baja, jadi tidak mudah untuk dihancurkan apalagi dimasuki seseorang.

"Emang gak tahu diri tuh orang!" gerutu seseorang di luar pintu, mungking sedang berkaca.

"Iya, di tembak cowok ganteng malah nolak," ledeknya lalu mereka tertawa.

"Iya, sok kecakepan bener!" ucap seseorang menghina.

"Iya. Yasudah, yuk keluar."

"Iya."

Milen mendengar suara-suara itu dari dalam toilet, membuatnya semakin kesal pantas saja kupingnya sedari tadi terasa panas ternyata dirinya menjadi bahan omongan di sekolah. "Ah, sial. Gara-gara Kenan sialan!" umpat Milen dalam hati lalu segera keluar menuju kelas. Ia akan menuntaskan apa yang Kenan mulai lalu sedikit bermain-main dengan buaya darat itu.


🍀🍀🍀

        Milen memasuki ruangan kelas setelah membolos mata pelajaran ketiga, semua pasang mata menatapnya dengan tatapan tajam, terlihat menilai sambil berbisik-bisik pelam membuat Mien bertambah muak.

"Dari mana saja?" tanya Kenan setelah Milen duduk di sampingnya.

"Bukan urusan lo!" jawabnya ketus.

"Lo kalo enggak suka sama gue ngomong, jangan bolos lagi, jangan ngerugiin diri lo sendiri! Biar gue pindah kursi saja kalo lo risih ada gue di sini," usulnya membuat Milen menoleh dengan sedikit senyuman di bibirnya.

"Tunggu!" cegah Milen sambil memegang tangan Kenan yang akan berdiri, bersiap untuk pindah tempat duduk.

"Ada apa?"

Milen menatap mata Kenan dalam, berharap ia memang sesosok pria yang selalu  mempermainkan perasan wanita, akan tetapi kali ini Milen tidak menemukan kebohongan di mata Kenan atau mungkin Milen sedang keliru mengartikan arti tatapan itu.

"Gue ... gue cuman mau bila—"

"Bilang apa? Lo mau suruh gue buat jauhin lo?" potong Kenan cepat.

"Bukan, bukan itu, gue mau mencobanya," ucap Milen sedikit ragu, sebenarnya ia memang sedikit menyukai Kenan.

Oh, ayolah siapa yang tidak menyukai cowok setampan Kenan, Milen tidak munafik, ia hanya takut akan menjadi korban PHP, itu saja. Milen juga sadar diri bahwa dirinya tidak sepintar Abila atau secantik Qirane, jadi apa yang membuat Kenan tertarik padanya? Milen takut, takut dipermainkan dan hancur dalam kenelangsaan oleh yang namanya cinta.

Banyak ketakutan yang membuat Milen tidak mau berdekatan atau bahakan membenci para pria. Jika ia jatuh cinta Milen takut, takut semua masa lalunya akan terbongkar, takut jika pria yang ia cintai malah pergi meninggalkannya karna mengethui masa lalunya yang kelam.

"Benarkah? Lo yakin?" tanya Kenan dengan mata berbinar menatap Milen. Itu yang Milen takutkan, takut jika nanti berbanding terbalik, takut jika nanti ialah yang akan menyukai Kenan dan jatuh dalam pesonanya.

"Pulang sekolah kita ke kafe deket sini, nanti kita bicarakan semuanya dari awal," ajak Milen dengan tatapan datarnya, mencoba untuk memahami pria seperti apa Kenan.

"Oke, semoga lo bisa segera menerima gue," terang Kenan dengan senyuman yang mengembang, menatap lekat wajah Milen.

"Tergantung jawaban lo, apa bisa gue pertimbangkan?" ketus Milen sambil tersenyum meremehkan.

"Lo jangan raguin ketulusan gue, gue bukan cowok berengsek yang suka mempermainkan hati seorang perempuan!" jelasnya dengan tegas.

"Kita lihat saja nanti, apa lo bisa bertanggung jawab atas ucapan lo sendiri?"

"Tentu," jawab Kenan dengan senyum merekah.

####

Haii, terima kasih sudah membaca, jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komentar^^

14/09/21

Milenius [END]Where stories live. Discover now