27. Percobaan Gagal

18 2 0
                                    

"Jika tidak bisa dengan cara baik-baik aku bisa melakukannya dengan cara yang halus bahkan tidak terlihat."

~Kenan Melviana

_0_

        

                Suara kicauan burung memecah kesunyian, para siwa–siswi segera masuk ke kelas sebelum bel masuk dibunyikan, Milen yang sedikit terlambat berjalan dengan tersege-gesa sampai tidak sengaja menyenggol lengan orang lain.

Byurr ....

Minuman yang di pegangnya terjatuh ke tubuh Milen membuat Milen menoleh, ingin marah tetapi ia yang salah.

"Maaf, Kak enggak sengaja," tutur gadis itu.

Milen hanya menatapnya sekilas lalu berjalan kembali, sesampainya di kelas semua pasang mata menatap dirinya lalu mulai berbisik-bisik membicarakannya karna bajunya yang terkena air tadi membuat baju dalamnya kelihatan.

"Kenapa?" tanya Kenan saat Milen duduk.

Acuh, Milen tidak menjawab hanya mengibas-ngibaskan pakaiannya yang basah agar segera mengering, Kenan yang melihatnya segera menyodorkan tisu yang langsung di ambil oleh Milen.

"Ke toilet dulu, gih. Bersihin baju, lo," ucap Kenan memberi saran.

Milen hanya diam, masih fokus membersikan bajunya, Kenan akhirnya membuja jaket yang ia kenakan dan menyodorkannya kepada Milen, Milen pun menoleh dan segera mengambilnya. "Terima kasih," ucap Milen pelan.

Kenan hanya tersenyum, cewek ini sungguh susah untuk dijinakkan, tetapi Kenan tidak akan kehabisan cara untuk menaklukkan hati gadis itu agar bisa mempermalukannya seperti dahulu saat dia mempermalukan dirinya.

Bel istirahat berbunyi, Milen segera ke toilet untuk membersihkan kotoran di bajunya karena ia merasa tidak nyaman. Di kantin sudah ada Kenan yang duduk di tempat favoritnya, Milen mendengus, biasanya Kenan tidak berani mendekatinya jika berada di kantin sejak kejadia terkhir kali saat dirinya membentak Kenan diharapan orang lain.

Milen duduk, berhadapan dengan Kenan. Arvin dan Abila yang baru saja sampai ke kantin langsung melihat pemandangan yang lumayan langka, Kenan duduk berdua dengan Milen. Arvin hendak menghampiri Milen, tetapi Abila segera memegang tangan Arvin dan menggeleng pelan, syarat untuk tidak menganggu mereka berdua.

Milen menatap datar Kenan, menghembuskan napas lalu bertanya, "Ada apa?"

Kenan langsung berdiri, memegang kedua tangan Milen untuk ikut berdiri di hadapannya, semua pasang mata pun mulai menatap mereka. Ini kali kedua Kenan berlutut di hadapan Milen, memegang tangannya lalu mengeluarkan sebuah kotak yang berisi cincin. "Kamu mau jadi pacar aku?" Kenan dengan lantang mengucapkannya, berharap Milen malu dan akan menerimanya walaupun hanya terpaksa.

Tetepi harapan hanyalah harapan, Milen langsung pergi meninggalkan Kenan tanpa sepatah kata pun membuat wajah Kenan memerah karena malu, banyak pasang mata yang melihat dan membicarakannya, sekarang usahanya hanya mendatangkan malapetka.

Kenan yang malu segera pergi, menerobos kerumunan untuk pergi membolos untuk menenangkan amarah dan rasa malu di dalam dirinya, untuk kesekian kalinya Kenan dipermalukan oleh Milen, Kenan mulai berpikir jika tidak bisa dengan cara halus maka tidak ada cara lain selain cara kasar.

"Tunggu saja giliranku," dengus Kenan dalam hati.

🐞🐞🐞

                Arvin tersenyum sinis melihat kejadian di kantin tadi, Abila yang melihatnya segera menyenggol tangan Arvin, menggodanya.

"Kenapa?" kata Arvin pelan, membuat Abila tersenyum masam.

"Mikirin Milen, ya?" goda Abila, Arvin hanya tersenyum.

"Dia berani banget nolak Kenan secara terang-terangan, Kenan pasti malu banget," ungkap Abila merasa sedikit kasihan kepada Kenan, wajahnya langsung memerah saat ditinggalkan Milen begitu saja tanpa ucapan apapun.

"Iya, jarang banget ada cewek berani kayak, dia," gumam Arvin pelan.

"Kamu gak takut ditolak kayak gitu sama Milen?" tanya Abila keheranan karena melihat Arvin yang terus tersenyum saat Milen menolak Kenan dengan sangat kejam. Ya, itu terlu kejam menurut Abila.

"Em—"

"Arvin, Abila jangan ngobrol kalau Ibu sedang menerangkan, perhatikan!" teriak Guru matematika dengan keras membuat satu kelas menengok ke arah mereka berdua.

"Iya, Bu, maaf," jawab Arvin dan Abila bersamaan, sedikit kaget karena guru itu tiba-tiba menegur mereka berdua dengan berteriak.

####

Haiii, jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komentar^^





10 Mei 2023

Milenius [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz