33. Sebuah Pertanyaan?

24 2 0
                                    

"Aku pandai mencari tahu, mencari kesalahan orang lain, jadi jangan senang dulu jika aku belum mengetahui kebenarannya, karna itu akan segera datang menghampiriku."
~Milenius.


_0_


Tiga hari setelah kejadin itu Milen akhirnya masuk sekolah, ibunya sudah mulai membaik, jadi ia sudah bisa untuk meninggalkannya. Milen selalu berpikir untuk tidak bergantung dan menunggu kabar dari para polisi itu, ia harus bertindak dan mencari tahu sendiri, selain itu juga Milen sedikit mencurigai Kenan yang kebetulan malam itu lewat di sekitaran sana, Milen akan menanyakan untuk memastikannya.

"Milen?" sapa seseorang membuat Milen menoleh, ia melihat Arvin yang berjalan cepat menghampirinya, memeluk Milen dengan erat. Milen yang risih pun langsung melepas paksa pelukan Arvin.

"Ada apa?" tanya Milen dengan datar, dari belakang terlihat Abila menyusul Arvin lalu menanyakan kabarnya juga, "Kamu baik-baik saja kan, Len?"

Milen mengangguk singgkat, Arvin yang melihat perban di tangan Milen langsung bertanya, "Tangan kamu kenapa?"

"Enggak papah," jawab Milen singkat, lalu melanjutkan langkah kakinya menuju ke kelas.

Sepanjang koridor semua orang membicarakan dan menatap Milen dengan tatapan jijik, mencemooh dan sebagainya, walaupun mereka hanya berbisik tetapi Milen masih bisa mendengarnya dengan jelas.

"Dia tidak tahu malu!"

"Masih ada muka dia masuk sekolah!"

"Jangan deket-deket sama dia!"

Milen jadi mengingat kejadin di mana dia dibicarakan seperti itu karna Kenan, ia jadi memiliki pikiran buruk tentang cowok itu.

"Enggak usah di dengerin," bisik Arvin di sebelah Milen. Milen hanya mengacuhkannya, sesampainya di depan kelas mereka berpisah, Milen masuk kelas dan segera mencari Kenan, tapi sepertinya dia belum datang.

Milen lalu duduk dan memasang headseat agar tidak mendengar bisikan-bisik mereka atau mungkin lebih mirip sebuah teriakan untuk menyindirnya.

Tidak berselang lama Kenan datang menyapa Milen seperti biasa tatapannya pun sama seperti biasanya.

"Kenapa lo gak ngasih tahu gue?" ujar Milen ketus, melirik Kenan sekilas.

"Oh, itu. Gue takut lo khawatir," jawab Kenan singgat, lalu mengeluarkan buku dari dalam tasnya.

"Malam itu kenapa lo ada di sana?" tanya Milen karna waktu itu Kenan tidak memberikan jawaban.

"Gue kan udah bilang, gue baru pulang dari rumah temen dan kebetulan ketemu lo di sana, kenapa?" Kenan bertanya balik.

Milen hanya menggeleng, Milen tahu kalau Kenan sedang berbohong, ia akan menyelidikinya.

🐞🐞🐞


Di kantin semua orang masih terus membicarakannya membuat Milen merasa muak, apa untungnya membicarakan dan menjelek-jelekkan orang lain.

"Kakak, gakpapa?" Qirane datang menghampiri Milen yang sedang menyuapkan sesondok batagor ke dalam mulutnya. Milen hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Kami sempat cari kerumah Kakak, tapi Kakak gak ada," jelas Qirane Milen hanya mengangguk.

"Tapi syukurlah paginya Kak Arvin bilang kalau Kakak sudah pulang," lanjutnya sambil menyeruput es jeruk kesukaannya. "Kakak dari mana?"

"Dari apartemen Kenan."

Milenius [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang