08. Pelecehan

69 9 4
                                    

"Perempuan adalah sosok manusia perasa yang harus dijaga, bukan untuk dirusak apalagi dimanfaatin." ~Milenius

_0_

       Hari yang melelahkan bagi Milen karna ia harus melaksanakan piket kelas, membuatnya harus pulang terlambat. Milen berjalan pelan menyusuri lorong panjang yang terlihat mulai sepi, samar-samar telinganya mendengar seseorang yang sedang berbicara, Milen yang sedikit penasaran akhirnya mencari arah sumber suara itu dan menemukan seorang perempuan dan pria yang sedang berduan di dalam kelas yang sepi.

"Kak ... jangan nanti Mamah marah!" lirih gadis itu dengan suara kecil. Milen bisa melihat banyak keringat yang muncul membasahi dahinya, sedangkan pria itu terlihat memegang bahunya dengan sangat erat.

"Enggak papah, kok asal kamu enggak bilang sama Ibu kamu, yah ... yah ...," bujuk pria itu dengan suara yang berat dan serak.

"Jangan, Kak. Aku mohon ... hiks ...." Milen yang mendengar gadis itu mulai menangis segera membuka pintu dengan keras.

Blak.

Kedua orang yang berada di dalam pun tersentak kaget, pria itu langsung menoleh dan berucap dengan nada kesal, "Ngapain lo ke sini? Hah?"

"Gue mau ketemu sama cewek itu, apa ada masalah sama lo?" ketus Milen membuat pria itu menghela napas panjang.

"Sialan, emang dia siapanya kamu, sih, Qi? Berani-beraninya dia gangguin kita?" decak pria itu lalu menjambak rambutnya sendiri.

"Di—"

"Gue tetangganya dia, mau apa lo?" potong Milen dengan cepat.

"Emang iya?" tanyanya pada gadis itu.

"I ... iya, Kak dia tetangga aku, kita mau pulang bareng," jawab gadis itu dengan gugup, bahkan tangannya sampai bergetar.

Pria itu lalu menepuk pelan bahu gadis yang dipanggilnya Qi barusan, lalu berbisik, "Nanti kita lanjutin lagi."

Setelah berbisik pria itu menatap Milen tajam lalu pergi begitu saja tanpa sapatah kata pun. Milen mendekat dan mangajak gadis itu untuk segera pergi dari tempat ini, Milen membawanya ke taman terlebih dahulu sambil memberikan sebotol air agar gadis itu merasa lebih tenang.

"Makasih, ya Kak," ucapnya pelan sambil Menunduk.

"Untuk?"

"Untuk tadi, kalo Kakak enggak bantu aku a... aku udah enggak tahu lagi apa yang mungkin akan terjadi," cicit gadis itu dengan suara parau.

"Dia siapanya lo? Pacar?"

"Bukan ... dia itu Kakak osis yang baik sama aku, dulu dia suka ngasih coklak, permen, bunga bahkan makanan," jelasnya membuat Milen menghela napas panjang.

"Iya, baik, kamu suka sama dia?"

"Enggak," jawabnya singkat.

"Kenapa?"

"Awalnya aku emang suka sama dia, tapi lama-lama dia makin aneh," pikirnya sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Aneh? Aneh kenapa?"

"Dari dulu dia suka muji-muji kalau aku cantik, terus suka gandeng pinggang aku gitu, iya sih itu memang wajar tapi makin ke sini dia, tuh kayak gimana ya jelasinnya ... dia, tuh suka raba-raba perut, bokong, bahkan tadi dia mau raba dada aku, kan aneh, Kak," jelasnya terlihat bingung dengan ucapannya sendiri, Milen yang mendengar itupun memijit pelipisnya pelan. "Dia bodoh atau bego, sih," batinnya kesal.

"Serius?"

"Iya," jawabnya sambil mengagukkan kepala seperti anak kecil, sesekali meminum air yang berada di tangannya.

"Itu sudah termasuk pelecehan, lo tahu?"

"Aku sudah bilang begitu sama dia, tetapi dia bilang kalau pelecehan itu jika dia meraba kemaluan aku, Kak. Katanya begitu," jawabnya dengan polos.

"Astaghfirullah ... lo tuh bodoh atau bego, sih?" gerutu Milen, gadis itu menatap Milen dengan tatapan kesal.

"Ish, Kakak mah gitu," cicitnya sambil memanyunkan kedua bibirnya membuat Milen melongo. "Pantas saja dia mudah dibodohi orang kelakuannya saja seperti ini," batin Milen tidak percaya.

"Eh, kenalin, Kak namaku Qirane Alfian, Kakak bisa panggil aku Qira," ucap Qirane dengan senyuman yang mengembang, menghiasi wajah cantiknya yang mulai ceria, tangannya ter ulur ke arah Milen, dengan setengah hati Milen membalas uluran tangan itu.

"Milen," jawabnya singkat.

Qirane Alfian gadis manis dengan tubuh yang bisa dibilang seksy, tubuhnya tinggi dengan dada yang cukup berisi, bentuk wajahnya pun terlihat sangat cantik dengan mata belo dan alis yang tipis, membuatnya banyak dikagumi oleh para pria. Sayangnya kepolosan dan kebaikan hatinya selalu membuatnya berada dalam masalah.

🐝🐝🐝

       Setelah kejadian itu Qirane selalu mendekati Milen yang notabenya merupakan kakak kelasnya, dengan itu juga Qirane menjadi kenal dengan Abila dan Arvin, sekarang mereka lebih sering terlihat berempat.

Di kanti, Abila memulai percakapan karna tingkat keponya yang luar biasa dia menanyakan pria yang Milen ceritakan waktu pertama kali memperkenalkan Qirane padanya.

"Qi, memangnya cowok itu siapa, sih?"

"Namanya Kak Julian, nama panjangnya, sih Kenzo Julian anggota osis juga, dia kelas 12 IPS-1," terang Qirane, sambil sesekali ia menyeruput jus jeruknya.

"Masih suka ketemu?" tanya Abila ngasal.

"Udah jarang, sih, Kak. Tapi masih chattingan kok," jawabnya dengan polos.

Uhuk. Uhuk. Milen yang mendengarnya pun langsung terbatuk, tidak paham lagi bagai mana jalan pikiran gadis ini.

"Makannya kalo makan pelan-pelan, Kak," ucap Qirane pada Milen sambil menyodorkan segelas air putih, Milen langsung menerima dan meminumnya dengan sekali tegukan.

"Gue kira lo udah gak ada hubungan lagi sama cowok brengsek itu!" ketus Milen menatap tajam Qirane.

"Hehe ... malahan besok dia ngajak ketemuan," jawab Qirane sambil cengengesan, seperti tidak bersalah.

"Dan lo? Mau aja gitu?"

"Iya, Kak. Habisnya dia mau teraktir aku es krim. Tetapi anehnya, Kak, masa dia bilang gini, 'jangan bilang-bilang sama temen-temen kamu, ya.' Gitu katanya," jawab Qirane dengan wajah polosnya terlihat tidak memiliki dosa, membuat Milen, Abila dan Arvin melongo tidak percaya, ada ya orang sebego ini.

"Emang kamu diajak ke mana? Besok kan hari minggu?" tanya Abila.

"Itu ... ke rumah dia, katanya enggak ada siapa-siapa?" terangnya.

"Hah? Ngapain?" tanya Abila heran.

"Makan es krim."

"Di toko es krim gak bisa?" Kali ini Arvin yang bertanya, masa gadis itu tidak mengerti maksud terselubung cowok itu.

"Aku udah tanya gitu Kak Arvin, tapi katanya dia mau dirumah dia."

"Terus kamu mau?" tanya Abila.

"Iyalah, kan aku suka es krim hehe ...."

"Besok lo jangan pergi sama dia, sini ponselnya gue sita, senin gue balikin," ucap Milen tiba-tiba.

"Kenapa, Kak?" jawab Qirane terdengar lesu.

"Biar kamu enggak ke sanalah apalagi?" jawab Abila asal. Sedangkan Qirane hanya mengangguk mengerti, masa bodoh dengan ponselnya, toh enggak ada hal yang penting juga.

"Pulangnya lo dianterin sama Arvin, ya, nanti Arvin jemput ke kelas lo," ucap Milen seenaknya membuat Arvin yang dari tadi hanya diam menghela napas panjang, dia lagi yang dijadika sasaran babu oleh Milen.

####

Haii, jangan lupa tinggalkan jejak, vote dan komentar sebagai apresiasi dari kalian agar aku lebih semangat untuk melanjutkannya^^

Milenius [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang