32. Kekhawatiran Seorang Ibu

18 2 0
                                    

"Sesuatu yang buruk telah menimpa diriku, aku akan lebih waspada sekarang."
~Milenius

_0_


Setelah selesai makan akhirnya Milen diantar pulang oleh Kenan, Milen masih bersikap seperti biasa karna belum mengetahui gosip miring yang menimpa dirinya, ponselnya hilang karena kejadian kemarin jadi ia tidak tahu apa pun ataupun menelpone siapapun.

Sesampainya di depan rumah, Kenan tidak ikut masuk ke dalam dengan alasan ia memiliki janji temu dengan orang lain, padahal dahulu selalu meminta untuk mampir sekarang sudah diajak mampir malah menolak, membuat Milen sedikit heran. "Ah, mungkin karna kejadian di kantin kemarin," batinnya berpikir.

Dengan langkah lesu Milen mengetuk pintu, tak lama seorang pria membukanya dengan perlahan terlihat raut wajah khwatir dan senang di sana, pria itu memeluk Milen.

"Ada apa, Dek?" tanya Milen dengan nada khawatir, mengelus punggung Kholid untuk menenangkannya, pria ini menjadi cengeng semenjak ibunya pergi dari rumah.

"Siapa?" tanya seseorang muncul dari balik pintu. Anis, dengan mata yang berair langsung memeluk putrinya dengan sangat erat membuat Milen bisa merasakan rasa sakit yang sedang dialami oleh Anis-ibunya.

"Sudah ... sudah, Ibu jangan menangis," protes Milen mengelap air mata ibunya, Anis hanya menggeleng, memeluk anaknya dengan sangat erat, ia begitu ketakutan akan kehilangan putrinya.

Milen yang tidak bisa menengkan ibunya pun mengajaknya untuk segera masuk ke dalam rumah, menanyakan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Ada apa sebenarnya ini?" tanya Milen dengan serius, penasaran mengapa ibunya terlihat sangat berantakan begini bahkan memeluk dirinya dengan rasa khawatir dan lega. Kholid yang mulai tenang pun akhirnya mulai menceritakannya.

"Kami ... ke sini, untuk ... menanyakan sesuatu-"

"Ya, ada apa?" potong Milen dengan cepat, adiknya itu seperti ragu untuk memberitahunya.

"Ada vidio tak senonoh, hiks ... di ... di sana ada wajah Kakak," ucap Kholid dengan ragu-ragu.

"Apa maksudmu?" Milen bertanya tidak percaya mana mungkin ia bisa melakukan hal serendah itu.

"Len, putri Ibu ... itu tidak benar, kan?" Anis menangkup wajah putrinya, mencari kebenaran dari mata coklat tua itu.

"Tentu saja itu tidak benar, Bu! Bagaimana mungkin aku bisa melakukan hal seperti itu," jelas Milen, ia jadi teringat kejadian dimana ia dijebak semalam. Milen akan mengutuk semua orang yang telah membuat ibu serta adiknya menangis seperti ini.

"Lalu Kakak ke mana saja? Dari mana? Kami mencari Kakak dari tadi, ponsel Kakak kenapa tidak bisa dihubungin? Kenapa Kakak tidak pulang semalaman? Kenapa, Kak, kenapa?" tutur Kholid seakan tidak mempercayai perkataan Milen barusan.

Anis yang mendengarnya menjadi histeris, menangis dengan kencang membuat Milen dan Kholid merasa cemas dan kasihan secara bersamaan.

"Kamu ngomong apa sih, Dek? Kamu gak kasihan sama Ibu?" bentak Milen membuat Kholid terdiam, kakanya ada benarnya juga.

"Bu, sudah jangan nangis lagi, ya ... itu semua gak bener, Milen semalem di culik ter-"

"Di culik? Kamu gakpapa, kan?" tanya Anis dengan khawatir, ia baru menyadari jika banyak lembam di wajah putrinya dan tangan yang diperban.

"Gakpapa, Bu. Alhamdulilahnya Milen bisa kabur dan ada orang yang menolong Milen, karna kasihan dia membawa Milen ke apartemennya untuk mengobati luka Milen, tapi karna sudah kemalaman Milen jadi menginap di sana, lal-"

"Lalu kenapa pulang sore, Nak? Kamu tidak khawatir dengan Ibumu?" potong Anis cepat, tidak habis pikir dengan kelakuan anaknya ini.

"Tadi Milen bangun kesiangan, apartemennya kekunci dan yang punya lagi sekolah jadi Milen gak bisa pulang, ponsel Milen juga hilang," jawab Milen dengan sedikit berbohong agar ibunya tidak mememikirkan hal yang aneh-aneh karna dirinya bangun ke siangan, jadi tidak cepat-cepat pulang.

"Lalu vidio itu, Kak?" tanya Kholid dengan penasaran, ia masih belum menemukan jawaban atas pertanyaanya tadi.

"Penculik itu mau melecehkan Kakak, tetapi syukurnya Tuhan masih menyelamatkan Kakak," gumam Milen pelan.

"Milen, anak Ibu ...," cicit Anis lalu memeluk putrinya untuk kesekian kalinya.

"Ibu ... istirahat di atas, ya. Ibu pasti cape, ayo Milen antar," ajak Milen karna menghawatirkan kondisi ibunya yang sangat berantakan, mata yang bengkak dan wajah yang murung.

Anis menggeleng lemah, Milen yang mengerti tersenyum simpul. "Tidur di kamar Milen, ya, Bu."

Tanpa menunggu persetujuan Anis, Milen segera memapahnya untuk ke atas menyuruhnya untuk segera beristirahat. Di bawah Milen langsung menghampiri Kholid untuk menanyakan soal vidio itu.

"Mana, Dek, Kakak mau lihat vidio itu?" tanya Milen lalu duduk di sebelah Kholid.

Setelah melihat vidionya Milen langsung mengepalkan kedua tangannya sampai jemarinya memutih, dengan kesal ia merebut ponsel Kholid dan beranjak pergi.

"Mau ke mana, Kak?" tanya Kholid dengan berteriak.

"Kantor polisi, tolong jaga Ibu, ya!" jawab Milen berteriak, ia tidak akan membuat ibunya kepikiran lagi tentang hal ini. Milen tidak akan membiarkan orang-orang itu hidup dengan tenang, orang itu telah membuat ibunya menangis ia akan terus mencari dan memberikan harga yang pantas untuk orang-orang itu.

####

Haii, jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komentar^^





13 Mei 2023

Milenius [END]Where stories live. Discover now