35. Istirahat?

17 2 0
                                    

"Takdirnya sangat buruk!"
~Milenius.

🦋

 

         Malam ini Milen harus memikirkan rencana untuk menyingkirkan Kenan, ia tidak tahan lagi jika terus mendunda-nunda, ini sudah terlalu lama baginya. Beberapa hari terakhir Milen mencari tahu siapa saja sahabat Kenan yang sudah menculiknya, meskipun mereka memiliki kehidupan masing-masing tetapi mereka lebih sering menghabiskan waktu bersama, membuat Milen harus berpikir keras untuk memecah belah mereka. Milen tidak cukup kuat untuk meleumpuhkan empat lelaki dan satu wanita sekaligus, ia tidak sehebat itu.

Saking kerasnya berpikir Milen sampai lupa makan dan sekarang ia merasa kelaparan, Milen pun pergi ke dapur untuk mengambil minuman dan cemilan. Milen membawa beberapa snak dan dua botol susu kotak rasa coklat. Saat hendak kembali ke atas Milen melihat ibunya menyimpan makanan di sudut ruangan, Milen yang penasaran pun bertanya, " Ibu lagi ngapain? Udah malem kenapa belum tidur?"

"Ah, kamu mengagetkan saja," Anis berucap sambil mengelus dadanya.

"Ini ada tikus, makannya Ibu taro makanan di sini, biar dimakan sama tikus-tikusnya terus mati."

Tiba-tiba ada sebuah lampu menyala terang di sudut kepala Milen, ia langsung tersenyum manis, lalu bertanya kepada ibunya sebagai bentuk basa-basi. "Ibu beli di mana?"

"Ouh, itu Bapakmu yang membelikannya. Sudah tidur, gih, besok sekolah kan," ucap Anis yang sedang membasuh tangannya.

Oh, iya Milen baru mengingat jika Hendra sudah bebas sejak empat hari yang lalu karena kekurangan bukti, jadi ia bisa dibebaskan dengan jaminan. Anis belum memafkan Hendra tetapi demi putrinya ia tinggal di sana, karna takut sesuatu hal buruk menimpa putrinya, lagi. Anis menempati kamar kosong yang berada di bawah, meskipun semuanya tampak baik-baik saja tetapi ia tidak bisa memaafkan suaminya Hendra, di waktu yang tepat ia akan menceraikan pria itu.

"Besok libur, Bu. Tapi ada kerja kelompok juga, sih. Milen berangkatnya pagi-pagi, tugasnya banyak," terang Milen agar Anis mengijinkannya untuk keluar besok pagi.

"Mau dianterin sama Kholid? Nanti Ibu bilangin sama dia," tanyanya yang dijawab gelengan singkat oleh Milen. Milen lalu pemit dan segera ke kamar untuk menyusun rencana, semuanya akan beres, bersih dan yang pasti Milen bisa melihat kematian mereka dengan jelas.

🦋🦋🦋

         Milen berangkat pagi, membawa ransel yang berisi beberapa buku dan peralatan yang sekiranya akan beguna. Hari ini ia akan mengikuti salah satu dari mereka, yang pertama Bento. Cowok gundul berbadan kekar, jika Milen berusaha melawannya langsung ia akan kalah telak karna tubuh Bento besar dan berotot sedangkan dia memiliki tubuh yang terbilang kecil.

Karna sudah mengikuti Bento beberapa hari yang lalu saat ia membolos, Milen menjadi tahu rumahnya, kebiasaannya, kemana dia pergi dan jam berapa Bento akan keluar rumah. Karena Bento tinggal di kos-kosan yang cukup kumuh itu mempermudahkan Milen untuk melancarkan aksinya, tidak ada CCTV yang terpasang di sekitar sana, penjagaannya pun tidak ada. Milen lalu memesan pizza dan menaburkan bubuk racun tikus ke dalam makanan itu dan menyuruh seseorang untuk mengantarkannya. Karna

Tok ... tok ... tok ....

Pintu di ketuk dan tak lama di buka, menampilkan seseorang yang terlihat seperti baru bangun tidur dengan mengenakan kaos oblong dan celana pendek.

"Ada pesanan Pizza untuk kamar nomor 202."

"Tapi gue gak pesen?" ucap Bento bingung, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Milenius [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang