07. Kabar Burung

63 10 6
                                    

"Ada temen ada masalah, tapi yang bener, tuh ada temen ada pelindung." ~Milenius

_0_

          Siangnya Milen membakar semua pakain yang telah ia pakai untuk bermain-main tadi, hatinya sedang berbunga-bunga sekarang, seulas senyum bahagia terpancar di wajah cantiknya. Tidak berselang lama ibunya–Anis datang menghampiri.

"Kak, kok bajunya dibakar?" tanya Anis dengan lembut, seulas senyum selalu hadir di wajah yang mulai menua itu.

"Iya, Bu. Milen sudah bosan dengan baju ini, kepengen beli yang baru, hehe ...," jawab Milen diakhiri kekehan.

"Kebiasaan, deh dulu kamu sering bakar-bakar baju terus nanggis minta digantiin padahal kamu sendiri yang bakar. Aduh, ada-ada saja, deh kelakuan anak Ibu yang satu ini," ucap Anis sambil menghela napas panjang kala kenangan masa kecil itu kini terulang kembali diingatannya.

"Ah, Ibu. Jadi malu, hehe ...," ucap Milen lalu memeluk ibunya.

"Eh, iya. Di bawah ada temen kamu, tuh mau ketemu," ucap Anis sambil mengelus rambut Milen.

"Siapa?" Milen bertanya sambil mendongkak, sedikit penasaran kenapa ada orang yang ingin menemuinya.

"Sepertinya cowok yang mirip sama foto itu," jawab Anis pelan, memberitahu Milen yang terlihat kebingungan.

Yap, sekolah telah memanggil kedua orang tua Milen maupun Arvin agar mereka bisa lebih diawasi lagi oleh ke dua orang tua di rumah masing-masing, sekolah seperti melepaskan tanggung jawab dan membebankannya kepada orang tua di rumah.

"Hah? Mau ngapain dia ke sini? Milen nyamperin dia dulu, Bu," ucap Milen dengan tergesa-gesa lalu pergi meninggalkan Anis sendirian di teras atas.

Milen sungguh tidak percaya, benar dialah orangnya, Arvin duduk manis dengan ayahnya–Hendra yang terlihat sedang berbincang-bincang sambil sesekali tertawa. Semua masalah tentang foto itu sudah selesai, kedua orang tua masing-masing mempercayai kalau foto itu tidak sama dengan apa yang digosipkan, mereka sama-sama percaya dengan karakter anaknya masing-masing, tetapi kepala sekolah tetap menghukum Arvin dan Milen.

"Arvin, ngapain lo ke sini?" Milen bertanya dengan ketus.

Arvin dan Hendra menoleh, lalu Hendra memilih untuk pamit pergi meninggalkan Milen dan Arvin berdua.

"Len, aku mau minta maaf sama kamu," ucap Arvin dengan nada lembut.

"Gue udah maafin lo, kok sekarang lo bisa pulang!" jawab Milen sinis, ia tidak menyukai cowok lembek seperti Arvin otaknya saja yang cerdas tetapi kelakuannya tidak mencerminkan itu. Oh, ayolah dia seorang lelaki masa kalah sama cewek tiga biji, kalau saja waktu itu mereka tidak langsung datang dan mengikat tangannya, pasti sudah Milen habisi saat itu juga.

"Iya, itu ... sekalian mau ngasih tahu, kalo Yuan sama Nadira udah mening—"

"Kok bisa?" potong Milen tiba-tiba, mukanya terlihat sangat terkejut, seolah-olah dia tidak tahu apa yang telah terjadi. Milen pun duduk di sebelah Arvin untuk membicarakannya.

"Katanya ada yang bunuh, Len," gumam Arvin pelan.

"Gak heran, sih merekakan orang jahat," sindir Milen.

Milenius [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن