1(+)

42.5K 1.7K 32
                                    

DISCLAIMER! Setiap Chapter yang memiliki tanda (+) harap tidak dibaca oleh anak dibawah umur 18! Dosa ditanggung sendiri oleh pembaca. JANGAN REPORT APAPUN YANG ADA DISINI, SAYA SUDAH BERI PERINGATAN!

Perabotan yang sudah berdebu, kursi-kursi yang disusun bertingkat, meja yang dirapatkan ke dinding-dinding dan disusun bertingkat, semua itu membuat ruangan lab kimia terlihat kosong. Ruangan lab ini tidak dipakai lagi sejak 5 tahun yang lalu. Sekarang hanya menjadi gudang tempat penyimpanan kursi atau meja yang sudah rusak. Masih banyak gelas-gelas kaca yang walaupun sudah terpotong sebagian atau masih bagus dan berdebu dibiarkan berantakan di dekat wastafel.

Kabarnya, terlalu bahaya membiarkan cairan kimia yang kapan saja bisa meledak untuk berada di tingkat 3 dan dekat dengan ruangan kelas. Maka, dibangunlah gedung lab baru khusus untuk lab kimia di depan gedung olahraga.

Beruntungnya, aku mempunyai cetakan kunci yang dahulu aku curi dari kantor penjaga sekolah. Aku bisa masuk ke ruangan kosong ini untuk menghindari razia, menghindari pelajaran sosiologi atau matematika yang membosankan, dan tentu saja bersenang-senang seperti sekarang.

"Anghh... Pelan-pelan!" racau perempuan yang vaginanya sudah menelan seluruh penisku. Aku mengeluar masukkan penisku dengan cepat berharap setidaknya aku bisa keluar.

Well, lubang perempuan ini sudah melar. Aku bahkan tidak bisa merasa nikmat lagi. Sudah berapa pria yang menggunakan wanita ini? Ckckckck.

"Di... Situ, iya disitu, hnggh!" dia mengejang merasa nikmat dan mengeluarkan pipisnya kemana-mana. Holy Shit! Aku bahkan belum keluar?

Dia tersenyum manis lalu bangun dari tidurnya. Segera merangkak dan meraup penisku dengan mulutnya. Ahhh, benar-benar nikmat. Lidahnya bermain-main dengan lincahnya di sekeliling penisku. Dia sudah terlatih.

Dengan kuluman di ujung penisku, cairan berwarna putih alias maniku langsung keluar menyembur ke tenggorokannya. Ia memuntahkannya ke tangannya dan tersenyum seperti orang bodoh. Aku menyunggingkan senyum miringku dan menepuk kepalanya.

"Sekarang keluar." Aku menaikkan celanaku dan langsung duduk di atas meja menunggu wanita itu merapikan dirinya.

Dia melambai dengan senyuman cerah di wajahnya, "Jumpa minggu depan, sweety!" Setelah itu dia langsung berjalan dengan riang keluar dari ruangan ini.

Aku turun dari meja dan berjalan menuju loker bekas penyimpanan peralatan lab. Pintu loker terbuka dan aku melihat seorang laki-laki di sana. Aku sudah menyadari ini sejak aku masuk ruangan ini di jam ketiga. Sampai 2 perempuan datang dan aku bercinta sampai 2 kali, dia tetap disana tidak keluar.

Kuhela nafasku dan menatapnya dari atas sampai bawah. Netraku menangkap celananya, tidak, tepatnya penisnya yang sudah menegang di balik celananya itu. Wait, bercak basah sudah ada disana?

"Lo masturbasi melihat kami?" selidikku.

Dia menggeleng.

"Tapi pria kecil ini sudah basah?" tanyaku sambil menunjuk bagian penisnya dengan dagu.

Dia tidak bergeming dan hanya menunduk. Aku baru menyadari, dia terlihat kesusahan berdiri di dalam loker itu. Aku mundur beberapa langkah, "Keluar dari sana."

Dia menatap netraku, astaga, matanya berwarna coklat sangat muda. Aku melihat jarinya memelintir seragamnya. Dan sekarang, setelah dia keluar dari loker itu, aku menyadari, dia sangat tinggi. Seperti beruang!

"What the hell, berapa tinggimu?!" tanyaku.

"190?" jawabnya pelan. Astaga, dia benar-benar tinggi. Bagaimana bisa dia bertahan hampir 3 jam di ruangan sesempit itu? Terserah, bukan urusanku.

"Lupakan. Sekarang, jawab. Lo masturbasi ngeliat kami tadi?"

Dia menggeleng pelan.

"Jangan bohong! Kontolmu sudah basah!" tukasku dengan galak.

Dia masih memelintir ujung seragamnya dengan gugup. Bentar dulu, jangan bilang...

"Lo ejakulasi hanya dengan liat doang?!" pekikku dengan mata membelalak lebar.

Dia mengangguk pelan. Astaga, aku benar. Tapi, tenang, itu mungkin terjadi kalau dia melihat orang yang disukainya mendesah. Dia pasti sangat menyukai perempuan tadi.

Aku merasa menyesal telah bercinta dengan perempuan itu. Yah, walaupun memang tidak ada yang bisa menolak pesonaku.

"Jadi, perempuan mana yang Lo suka? Yang terakhir? Cantik sih, tapi sasimo. Saran gue, cari yang lain," nasihatku prihatin.

Dia mulai menutup wajahnya dan menggumamkan sesuatu. Aku tidak bisa mendengar apa yang dikatakannya sama sekali. "Gue ga bisa denger. Lo bilang apa?" tanyaku.

Dia hanya menutup wajahnya dan menggumamkan sesuatu dengan cepat. Aku tersenyum dengan awkward, tidak pernah aku sesabar ini dengan orang. Aku memegang kedua pergelangan tangannya dan menarik tangannya turun. Dari jarak sedekat ini, aku bisa lihat dia sangat tampan, bahkan dengan kacamata bulatnya itu.

Bangsat!

Aku baru saja memuji dia?! Rey benar-benar sudah gila!

"Nah, Lo bilang apa tadi?" ujarku dengan lembut.

"Aku suka sama kamu!" pekiknya lantang.

Tanganku melepas pergelangan tangannya dan melihatnya dengan tatapan kosong. Dia bilang apa tadi?

Aku memukul bagian atas telingaku dan membuka tutup telingaku sembari berteriak. Pendengaranku tidak bermasalah. Lalu apa yang dikatakannya tadi?

"Hah?" tanyaku lagi meminta dia mengulangi.

"Aku suka Rey."

Jawabannya membuatku ingin berkata kasar.

"Gila ya lu, anjing!" teriakku dan tanpa sadar aku menamparnya. Aku langsung berjalan keluar dari lab.kimia dan berlari. Dia orang tersinting yang pernah aku temui!

Dont forget to check my other works "His Plaything". You could see it on my wall or my profile page<3 See you on there!

I Love My Big Bear [ 18+ ; BL ]Where stories live. Discover now