9

10.9K 997 10
                                    

"Rey, bangun, ayo sarapan!" 

Aku mendengar sayup-sayup suara Kristo. Aku membuka sedikit mataku. Arah mataku langsung menuju jam digital yang menunjukkan pukul 07:04 AM. Aku mendecak kesal dan menggulung seluruh tubuhku dengan selimut dan memilih menghadap ke arah dinding. Jenis manusia mana yang bangun pukul 7 di hari Sabtu? Hari ini dibuat khusus libur agar semua umat bisa mengistirahatkan badannya. 

"Rey..."

Aku terbangun dengan kaget karena merasakan suara itu sangat dekat dengan telingaku. Dengan sigap aku mendudukkan badanku dan melihat wajah Kristo sangat dekat di hadapanku. Kristo tersenyum manis, rambut bagian atasnya diikat kecil. Aku memperhatikan bajunya sekilas yang sudah rapi dengan kaus polo biru yang well-fit di badannya. 

Aku mengusap kasar wajahku dan memilih untuk beranjak dari tempat tidur. Aku menggeser badannya, "Ini hari sabtu, lo ngerti ga? Hari libur!" Aku berjalan menuju kamar mandi dan membasuh wajahku di wastafel. 

"Sikat gigi gue mana?" tanyaku dengan sedikit berteriak.

"Di lemari kecil itu." Suara Kristo terdengar dari luar.

Aku menggeser pintu lemari kecil yang tergantung di dekat kaca. Aku melihat beberapa sikat gigi baru, pasta gigi, dan berbagai peralatan mandi lainnya. Aku mengambil sikat gigi baru dan mulai kegiatan bersih-bersihku. Setelah 5 menit berlalu, aku melihat wajahku di cermin. Pantulan bayanganku terlihat menawan.

Hehe, aku memang sangat menawan.

Aku mengusap-usap daguku sombong. Segera, aku merapikan sikat gigiku dan meletakkannya di dalam cangkir. Mataku menangkap sebotol parfum di sebelah cangkir itu. Tanganku mengambil parfum itu dan menyemprotkan sedikit ke pergelangan tanganku. 

Hidungku mengendus aroma parfum itu yang sangat 'Kristo'. Parfum ini sangat khas. Kamar Kristo juga memiliki wangi begini. Aku menyukainya. Tapi, maksudku wanginya, bukan pemiliknya! Haish, dengan siapa aku berbicara!

Aku keluar dari kamar mandi sebelum aku semakin gila karena berbicara dengan diriku sendiri. Netraku menangkap Kristo yang baru selesai membereskan tempat tidur. Ia menoleh lalu berjalan ke arahku dengan baju yang tidak asing.

"Nih, udah kering dan udah disetrika juga." Ia menyerahkan baju dan celanaku.

Aku mengambil baju itu lalu segera kembali ke kamar mandi. Mendadak Kristo memegang pergelangan tanganku dan menahan langkah kakiku. Aku menggoyangkan tanganku mencoba melepaskan genggamannya, "Apalagi?! Gue mau ganti baju!"

Dia hanya diam tidak bergeming. Mengapa lelaki ini tidak melepaskan  tangannya?  Ia mendekatkan wajahnya ke badanku dan mengendus-endus seperti anjing pelacak. Kemudian ia menarik tanganku dan menempelkan hidungnya di pergelangan tanganku. Sentuhan hidungnya mengirimkan sengatan listrik yang membuat perutku tergelitik. Begitu aku menatapnya dengan pandangan aneh, ia menatap tepat di netraku dan tersenyum miring.

Deg!

Sial!

Aku buru-buru menarik tanganku dari genggamannya dan menyentil jidatnya hingga mengeluarkan suara yang sedikit kuat.

"Aww!!!" Ia meringis sembari mengusap jidatnya dengan wajah kesakitan.

"Lo ngapain nyium-nyium tangan gue gitu!" decakku dengan nada kesal. Ia masih tetap mengusap jidatnya dan meringis. Dia sedang berdrama ya? Ga mempan tau ga?!

Ia menurunkan senyumnya dan merengut. Aku jadi merasa bersalah. Aku menurunkan tangannya yang mengusap jidatnya. Jidatnya memiliki bekas merah disana. Aku kira sentilanku tidak akan sekeras ini. Jari jempolku segera mengusap lembut bagian yang memerah.

"Harus dicium disini, baru bisa sembuh," ucapnya manja menunjuk dahinya sambil tersenyum manis ke arahku.

Bisa-bisanya dia main-main!

Aku mendorong jidatnya dengan telunjukku, "Bodo amat!" ucapku kesal dan menginjak punggung kakinya dengan kencang. 

Berikutnya aku membanting pintu kamar mandi dan langsung menuju ke arah wastafel. Aku bisa melihat pantulan wajahku yang memerah. Jantungku berdetak kacau. Aku mendengar suara ringisan Kristo dari luar, kemudian ringisan itu berganti kekehan kecil dan ia mulai bersenandung. Tanganku otomatis memijat glabellaku, berharap aku tidak semakin gila karena Kristo.

Setelah selesai mengganti baju, aku keluar dari kamar mandi. Kunci motor, dompet, ponsel, dan sepatuku sudah ada di atas lemari sepatu kecil di dekat pintu keluar. Kristo tidak ada lagi di kamar. Kemana dia? Aku segera memakai sepatuku dan mengambil barang-barangku.

Kakiku melangkah keluar dari kamar dan menuruni tangga yang sedikit curam. Aku mengintip sedikit dan bisa melihat café dengan interior yang didominasi warna broken white.  Tidak ada orang namun beberapa lampu masih dibiarkan menyala.

Apa tidak apa-apa aku pergi begitu aja?

Terserah deh. Aku mau pulang.

Belum saja aku sampai di bawah, suara sapaan mengagetkanku.

"Pagi! Makan dulu sebelum pulang."

Aku menoleh ke arah sumber suara bariton yang bahkan lebih dalam dari suara Kristo. Seorang lelaki yang kira-kira sudah berumur 40-an duduk di salah satu meja café dengan hidangan khas sarapan pagi di hadapannya.

"Eng, anu om, gue, eh! Maksudnya saya pulang aja deh, takut gangg-"

"Makan dulu sini." Nadanya tidak terkesan memerintah, tapi aku tahu aku harus tetap tinggal dan menikmati hidangan itu.

Aku akhirnya memutuskan untuk duduk di kursi yang ada di hadapannya. Ia memandangiku cukup intens sembari mengangguk kecil. Mataku berusaha mengalihkan pandanganku dari pandangannya. Perasaan tidak nyaman macam apa ini?

"Jadi kamu pacarnya Kristo..."

Eh?!

Pernyataan macam apa ini?!

Singkat bgt loh ini?! Hadeh!

I Love My Big Bear [ 18+ ; BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang