4 (+)

26.4K 1.3K 3
                                    

Aku membuka ruangan lab. kimia yang sudah lebih seminggu tidak aku kunjungi. Ah, aku harus membersihkannya sedikit agar bisa tidur disini.

Sembari membersihkan ini, aku akan beritahu kalian. Aku tidak melihat Lelaki Beruang itu akhir-akhir ini. Tidak di gerbang, kantin, toilet, ataupun parkiran. Mungkin dia cukup sadar tidak menampakkan diri di hadapanku.

Aku sekarang dalam posisi sedang menunggu beberapa perempuan yang sudah tidak sabar berhubungan denganku. Jangan iri, aku tau aku sangat mempesona.

Begitu aku selesai membersihkan sedikit tempat untuk bercinta yang sedikit berabu aku akhirnya bisa duduk dengan tenang. Tak lama berselang, pintu lab terbuka. Tapi, bukan salah satu dari perempuan yang memintaku menemani mereka yang datang.

Dia ngapain disini?

Lelaki beruang itu ngapain datang?

Dia menatapku dengan kaget, yang jelas aku lebih kaget disini. Tatapan kaget berganti amarah. Aku langsung berjalan ke arahnya. Pintu di belakangnya aku tutup dengan keras dan mengunci grendelnya dengan kasar.

"Mau ngapain lo disini?!" tanyaku dengan marah.

Lelaki beruang itu tidak menjawab pertanyaanku dan tersenyum lebar. Aku meraih kerah lehernya dan menariknya sehingga wajah kami berdua menjadi sejajar. "Kalau orang nanya, ya dijawab, tolol."

Ia menutup mulutnya dengan gugup, "Aku kira kau ga akan datang kemari lagi."

Ptass!

Putus sudah rasa kesabaranku. Aku langsung menarik kerahnya untuk mengikutiku dan mendorongnya ke sebelah tumpukan meja. Kutekan lenganku ke tenggorokannya, "Lo nyadar ga kalau lo yang buat gue malas kemari?!"

Pandanganku menangkap lelaki ini tersenyum tipis. Aku tidak bisa mendeskripsikan kemarahanku padanya. Sangat kesal seakan api akan keluar dari kepalaku, "Lo ngetawain apa?"

Ia menarik wajahku dan mencium bibirku.

Sekarang aku benar-benar marah. Tinjuku langsung melayang dengan cepat dan mengarah tepat ke pipinya. Namun, belum tinjuku sampai, ia sudah menahan tanganku dan memeluk diriku dengan lengan satunya.

"Rey, jangan sering marah. Wajah marahmu terlalu menggemaskan," bisiknya di telingaku. Daun telingaku merasakan hembusan nafasnya yang berat dan

Sial.

"Kau keras, hehe." Dia terkekeh pelan. Badanku diputarnya dengan gampang dan langsung mengunci kedua tanganku dengan satu tangannya. Sedangkan, tangan lainnya sedang bermain dengan penisku di luar celana.

Im going insane.

Aku meronta dengan usaha terakhirku, mencoba melepaskan diriku. Karena kelihatan culun, aku selalu lupa kalau dia sangat kuat. Tangannya dengan sigap membuka resleting celanaku dan langsung penisku yang menegang keluar.

"Woah, sudah basah!" serunya seperti anak-anak yang mendapat permen kapas berwarna-warni.

Tangannya langsung mengocok penisku dan bermain dengan puncak penisku yang penuh dengan cairan precum. Aku mulai mengeluarkan suara desahan seperti seorang wanita. Aku menggigit bibir bawahku mencoba menahan suara desahan yang menganggu ini.

"Keluarkan aja, suaramu seksi, kok!" Tangannya yang besar dan panas semakin cepat mengocok penisku membuatku sepertinya akan segera cumming.

Belum sempat aku mengeluarkannya, tangannya berhenti. Aku memutar kepalaku dan dapat melihat dengan jelas wajahnya yang ada di bahu sebelah kananku. Aku sangat ingin keluar, ini terlalu menyesakkan.

Dia tersenyum miring.

Aku mengernyit kesal dan aku tidak peduli lagi. Sakit sekali kalau ditahan seperti ini. Pinggangku bergerak maju mundur, aku sudah tidak punya urat malu sepertinya. Sentuhan telapak tangannya dengan kulit penisku membuatku kembali terangsang.

"Kau sangat nakal!" bisiknya lagi. Aku terbuai dengan bisikannya. Suara bass dan serak itu membuatku terlena. Tangan Kristo kembali bergerak sesuai irama gerakan pinggangku.

Belum saja aku 'cumming', Ia langsung berpindah tempat dan mengangkatku ke atas meja. Wajahnya menunduk dan mengendus penisku dan memasukkannya ke liang mulutnya. Lidahnya bermain dengan penisku.

"He- engghh, Khr- Krishh, hentikh- akkh!" Tanganku mendorong kepalanya untuk menjauhi wajahnya dari penisku.

Aku mengejang nikmat setelah ia memainkan kepala penisku dengan lidahnya. Dengan pandangan yang sedikit kabur, aku dapat melihat wajahnya yang sangat erotis dengan cairan putih keluar dari sisi mulutnya.

"Rasanya sedikit pahit." Senyuman nakal terukir di bibirnya.

Aku sudah tidak sanggup membalas perkataannya lagi. Kedua telapak tanganku menyembunyikan wajahku yang aku rasa mulai memanas. Sial. Wajahnya barusan terlalu erotis. Apa-apaan itu!

Belum sampai beberapa menit, gedoran di pintu membuat kami terlonjak. Ia langsung memakaikan celanaku kembali dan mengecup penisku dari balik celanaku. "See ya, Rey!"

Ia langsung meninggalkanku pergi. Badanku lemas, seakan semua energiku keluar tadi. Apa aku selalu selemah ini?

Suara pintu terbuka, suara langkah kaki Kristo terganti dengan suara langkah sepatu yang aku yakini perempuan.

"Lo siapa?" tanya perempuan itu. Yang pasti kepada Kristo.

Apa yang bakal Kristo jawab? Jangan rusak reputasiku dengan jawaban yang engg-

"Cuma kenalan."

Thump!

Aku mendadak tidak mood. Jantungku terasa tidak nyaman, sedikit sakit dan sulit untuk bernafas. Apa yang terjadi sekarang?

Aku terduduk dan melihat wanita yang rencana aku temui sudah bersiap membuka resleting celanaku, "Keluar. Gue lagi ga pengen!" ujarku pelan.

"Hah?"

"Gue. bilang. Keluar!" seruku dengan penuh penekanan.

Gadis itu menatapku kesal dan langsung berjalan menuju pintu lab. Ia menutup pintunya dengan sangat kencang.

Aku langsung menidurkan badanku dan memilih tidur, mencoba mengabaikan rasa tercekat di jantungku, "Kristo bangsat!" gumamku kesal.

I Love My Big Bear [ 18+ ; BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang