13

9.3K 823 3
                                    

"Rey, besok kan sabtu, mau olahraga pagi ga?" Tanya Kristo sesaat setelah dia naik ke atas motorku. Aku yang baru saja menurunkan kaca helmku langsung segera menaikkannya lagi.

Keningku berkerut heran, seluruh raut wajahku pun menunjukkan perasaan heran yang sunggu mendalam, "Lo mau gue bangun pagi? Di hari sabtu?"

Ia menjawab hanya dengan mengangguk cepat berulang kali sampai helm yang dipakainya turun sampai ke matanya.

"Gue sih mau, tapi kayaknya untuk seumur-umur gue hidup, hanya sama lo doang yang kemaren aja gue bangun cepat. Di hari sabtu." Ucapku.

Aku melajukan motorku membelah lautan murid dan seperti sudah terbiasa, aku tidak terlalu peduli dengan pandangan mereka. Benar saja, sehabis pulang sekolah setelah aku mencium pipi Kristo, seluruh jagat sekolah berkecamuk hebat.

Rey, seorang player, tidak lagi memperluas jangkauannya ke perempuan tetapi lelaki juga.

Aku jadi gay ternyata tidak lebih menghebohkan dibanding aku menjadi player di segala gender. Dan, targetku seorang Kristo yang merupakan salah satu seorang jenius yang ada di sekolahku membuat rumor itu semakin panas. Tetapi, walaupun beberapa tampak masih membicarakan hal buruk mengenai hal itu, cukup banyak juga yang mendukung hubungan kami ini.

"Yaudah aku yang bangunin," sambung Kristo setelah cukup lama terdiam.

"Lo mau dateng gitu? Bibi gue ga kerja di sabtu pagi, bonyok gue juga besok subuh langsung cao ke luar kota, gada yang bukain pintu," jelasku sembari membawa motor dengan kecepatan rendah dikarenakan suaraku akan ikut terbawa angin kalau aku membawa motor dengan cepat.

"Maksudku, aku nginap."

Hah?!

"HAH?!" Karena terlalu kaget aku berbicara dalam hati dan mulutku sekaligus. Aku menolehkan kepalaku dan melirik ke arah Kristo yang tersenyum lebar.

"Liat jalan, lampu merah!" perintahnya sembari menepuk punggungku. Aku kembali mengalihkan pandanganku ke arah jalanan.

Aku melepaskan salah satu tanganku dari stang motor dan memegang paha Kristo lalu mencubitnya, "Kris, lain kali kalau ngomong yang bener-bener ya."

"Ahahahaa!!!" Ia tertawa dengan kencangnya, "duh duh sakit sakit! Rey, aw aw!" tawanya berubah menjadi rintihan karena cubitanku yang semakin kuat.

Ia mencoba melepaskan tanganku dari pahanya dengan menarik tanganku. Selesai mencubit aku langsung menarik tanganku dan menaikkan tanganku kembali ke atas stang motor. Anak ini suka ngomong yang rancu, tapi tidak pernah serancu ini.

"Sakit?"

"Hnn..." Kristo meletakkan kepalanya ke bahuku. Perbedaan tinggi kami, memungkinkannya melakukan hal ini.

Jalanan tampak padat, mobil dan motor dari arah perempatan yang di sisi kiri memacu kecepatannya takut kalau-kalau lampu sudah berubah jadi merah dan mereka harus menunggu lagi. Percayalah, kota ini sangat sibuk terkhusus di hari Senin dan Jum'at.

Namun, berbeda dari hiruk pikuk dan suara berisik di sekeliling kami, sejak aku mencubitnya, Kristo hanya diam, dari kaca spion wajahnya terlihat memikirkan sesuatu, aku bisa merasakan tangannya mengusap-usap pahanya yang baru saja aku cubit. Aku tidak mengira cubitanku sekeras itu.

Lampu lalu lintas sudah berubah jadi hijau, giliran ruas jalan kami yang berjalan. Aku memacu motorku kencang. Melewati perempatan, Kristo buka suara, "Tapi, aku serius mau nginap."

Haish! harusnya gue mencubit lebih keras!

***

Aku menurunkan Kristo di depan gedung lesnya. Ia terlihat merengut karena ia tidak berhasil membujukku untuk membiarkannya menginap. Aku sebenarnya tidak masalah kami berolahraga besok, tapi mengingat besok adalah sabtu dan olahraga dilakukan pagi, itu adalah masalah. Aku tidak mau mengorbankan hari liburku yang sangat berharga.

I Love My Big Bear [ 18+ ; BL ]Where stories live. Discover now