25(+)

14.5K 699 6
                                    

Tanganku sibuk membolak-balikkan sosis yang ada di atas panggangan. Kelas kami mendirikan stan jualan sosis panggang jumbo dan berbagai macam gorengan lainnya. Melihat sosis jumbo ini aku teringat akan sesuatu yang berhasil membuat rahangku sakit.

That mf beast. Well, it's not completely his fault.

Setelah kami melakukannya selama 3 ronde... atau lebih jumat kemarin, aku mengalami demam tinggi dan Kristo dengan panik hampir menelpon ambulans untuk menjemputku.

Tentu saja aku memaksanya untuk tidak melakukannya, siapa yang menelpon ambulans hanya karena demam tinggi?!

Dengan paksaan untuk tidak membawaku ke rumah sakit, ia akhirnya merawatku. Aku pernah bilang, aku agak gila semenjak Kristo datang ke kehidupanku. Dan benar, kegilaan ini muncul di sabtu subuh.

"Kris... gue boleh minta tolong ga?" Tanyaku dengan lemah.

Ia langsung terbangun dari tidurnya di atas sofa milikku dan datang ke arahku. Tangannya memegang tanganku yang sedikit berkeringat dan mengusapnya pelan, "kenapa? Ada sakit di bagian mana?"

Aku mengelus tangannya dan menarik tangannya yang ada di genggaman ke pipiku. Dingin sekali.

"Tapi ini agak sulit, ngh... lo boleh nolak kok."

Ia mengernyitkan dahinya, "Hm? Gapapa, minta aja, aku bakal lakuin kok!"

Melihat matanya yang terlihat khawatir aku mengangguk pelan, "Please, lo boleh ga masturbasi di depan gue?" Tanyaku dengan memelas. Ia menganga lebar dan tidak berkedip untuk beberapa saat, "ngghh... yaudah kalau ga bisa. Gapapa kok, gue balik tidur lagi ya." Aku mengerucutkan bibirku dan berbalik ke arah lain untuk kembali tidur.

Kristo mengusap punggungku, "Demammu makin tinggi?" Tanyanya dengan khawatir.

Dengan lemah aku menoleh kembali dan mataku mulai berair, "G- gue mau liat lo masturbasi," aku tergugu, "d- di sini!" Aku menepuk tempat tepat di atas penisku.

Ia menggaruk alisnya dengan canggung dan naik ke atas tempat tidur, "Kau serius dan ga bercanda saat ini kan?" Ia berhenti sejenak dan menoleh ke arahku. Aku tidak menjawab dan hanya menatap matanya, ia menghela nafas panjang dan duduk di atasku.

Tangannya menurunkan celana trainingnya dan menunjukkan penisnya yang tetap terlihat besar walaupun belum tegang. Ia berlutut dan mengungkung pinggangku dengan kedua kakinya.

"Go on!" Perintahku lemah.

Ia tersenyum canggung dan menjilat telapak tangannya sebelum memijat penisnya dengan sensual. Aku menatap tepat di arah penisnya yang semakin besar ditiap sentuhan tangannya.

"Dhont lookh at me lhike that." Ia menunduk dan menggigit bibirnya.

"Tapi, lo suka kan?" Tanyaku.

Ia mempercepat kocokan tangannya dan menggeram lemah. Aku menahan tangannya untuk mengocok, membuatnya terbingung dan menatapku heran. "Disini, masukin!" Perintahku dengan lembut sembari menunjuk mulutku.

"Ha?!" Ia tercekat dan bingung akan apa yang terjadi.

"Siniin!" Rengekku sembari menarik tangannya dengan paksa.

Sebenarnya aku tidak tahu kenapa aku bertingkah seperti ini, tapi aku merasa sangat panas saat ini. Aku ingin penisnya berada di dalam mulutku.

"Kau belum pernah melakukannya kan?" Tanyanya, "jangan paksa dirimu, kau masih sakit."

Aku melepaskan tanganku dari tangannya dan kalian tidak akan menyangka kalau aku menangis.

IYA GUE NANGIS!

I Love My Big Bear [ 18+ ; BL ]Where stories live. Discover now