31

5K 526 13
                                    

+xxxxxxxx
Lo kenapa?
Halo?
Lo dimana?

+xxxxxxxx missed calls(3).

***

Aku sudah sampai di rumah. Aku tidak dapat pergi kemana-mana lagi. Sebenarnya bisa, namun aku memilih untuk tidak. Tidak ada gunanya aku melawan Papa. Hubungan kami sudah usai. Haha, dari awal kami memang sudah tidak ada hubungan. Kami tidak saling memiliki.

Dia mungkin mencintaiku, tapi dia tidak menginginkanku.

Aku membuka ponselku yang memiliki banyak panggilan tidak terjawab dari Papa, Mama, dan nomor tidak dikenal. Nomor ini tidak pernah menghubungiku, namun dia seakan-akan tahu masalah yang sedang terjadi akhir-akhir ini. Aku menyimpan nomor Dio, jadi tidak mungkin ini anak itu. Dan, tidak mungkin juga dia tahu permasalahan ini.

Ponselku bergetar, mataku melihat nama yang tertera disana.

My Bear is calling...

Aku mencabut baterai ponselku dan melempar ponselku jauh-jauh. Dia tidak punya hak menghubungiku. Si Bangsat itu tidak pantas ada di hidupku. Aku membencinya. Sampai mati aku akan membenci beruang bangsat itu.

Aku menelan lamat-lamat ludahku. Tenggorokanku terasa kering, aku tercekat dan dadaku terasa penuh oleh pasir saat memikirkannya. Aku harus berhenti memikirkan beruang bodoh itu.

Tok!

Suara ketukan pintu sekali itu membuatku menoleh, "Ey? Gue masuk ya?"

Aku menganga tak percaya. Ketukan pintu sekali, suaranya, dan cara ia memanggilku. Tidak mungkin! Ini tidak mungkin dia! Aku beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu. Dia disana.

Abangku.

Tanganku melayang dan meninjunya tepat di pipinya. Ia terhuyung ke belakang sembari memegangi pipinya yang perlahan membiru. Aliran darahku mengalir cepat membuat nafasku terburu-buru seolah aku baru saja berlari 100 meter selama 15 detik.

Intinya, aku marah.

"Aw, Ey! Youre being rude!" Rintihnya sembari memegangi sudut bibirnya yang berdarah.

Aku melirik dari ekor mataku, Papa baru saja keluar dari dapur. Tanpa basa basi, kutarik Kai, abangku, masuk ke kamar. Kubanting pintu kamar yang berhasil membuat suara gebrakan cukup kuat.

"Now, explain!" Perintahku malas.

Ia terkekeh, "Hehe, jadi... I arrived last night and here i am!" Jelasnya singkat. Sebenarnya informasi ini sangat tidak penting.

Aku menggeleng, "Gue capek. Lo kalau ada urusan langsung ngomong." Aku berbicara dengan sangat tidak sopan kepada Kai, tapi aku tidak peduli.

Ia akhirnya mulai berceloteh mengenai bagaimana dan kenapa ia kembali. Aku tidak terlalu mendengarkan perkataannya. Dengan gontai, aku masuk ke balik selimut dan merebahkan badanku di sana.

Suasana mendadak hening.

"Udah?" Tanyaku

"Ey ga dengerin?" Tanyanya. Ia masih memanggilku dengan nama kecilku, meskipun aku sendiri tidak merasa harus akrab dengannya.

Tanpa jawabanku ia kembali berbicara, "Abang udah denger cerita dari sisi Papa. Tapi, Abang pingin denger dari sisi Ey. Ey, mau cerita?" Tanyanya sembari mendudukkan dirinya di sisi tempat tidur.

Aku menghela nafas panjang, "Apapun yang diceritain Papa itu benar. Gue suka seorang laki-laki, gue ngelawan Papa, dan gue kabur," jelasku. Aku sebenarnya tidak tahu apa yang Papa ceritakan pada Kai, tapi intinya sudah pasti hal itu.

I Love My Big Bear [ 18+ ; BL ]Where stories live. Discover now