27

8.9K 582 15
                                    

Aku masih menganga dan seakan-akan kehilangan akal, aku tidak dapat bergerak. Begitu Mama dan Papa menghampiri kami, aku hanya menatap mereka tepat di mata. Mencari tahu apa yang mereka pikirkan di balik wajah itu. Mereka hanya tersenyum dengan canggung, aku pikir?

"Halo Tante, halo Om!" Ucap Kristo memecahkan keheningan dan kecanggungan di antara kami.

Aku mengembalikan kesadaranku dan langsung menoleh ke arah Kristo. Tanpa berkata apa-apa ia mengangguk dan menurunkanku dengan perlahan seakan-akan aku adalah anak kucing terlantar yang baru saja ia pungut.

"Hai, Kristo! Kamu kok makin ganteng sih?" Tanya Mama sambil menepuk-nepuk lengan Kristo akrab.

"Kamu-" Papa mulai buka suara. Jantungku berdegup gugup, takut akan pertanyaan atau pernyataan yang akan dikeluarkannya.

Deg, deg, deg!

"-pakai baju apa?" Tanya Papa akhirnya.

Aku menelan ludahku lamat dan bernafas dengan normal kembali. Syukurlah ia tidak curiga, "Kelas kami pakai kostum ini."

Papa mengangguk mengerti sedangkan Mama bertepuk tangan dan mengulurkan kamera ponselnya ke arah kami, mengambil foto tanpa izin. Ia tersenyum lebar dan menyimpan ponselnya, "Kalian berdua lucu sekali!"

"Lalu, kenapa kamu digendong, Rey?" Tanya Papa.

Aku mengerjap sebentar sebelum akhirnya menjawab, "JaditadiKristomintatolonglaluakumembantunyajadikamibarusajalatihanuntukpertandinganjadidiabelumperegangandandialatihandenganngangkataku,"Aku menarik nafas, "pokoknya gitu deh!" Jawabku dengan sangat cepat, aku mungkin memiliki bakat sebagai Rapper.

Papa mengernyit bingung, "Gimana?"

"Saya minta tolong sama Rey untuk bantu saya peregangan untuk pertandingan nanti," jawab Kristo tenang. Papa mengangguk mengerti.

"Oh, gitu. Emang kamu nanti tanding apa, Nak?" Tanya Mama riang.

"Baca Puisi, Tan," ucap Kristo.

Aku menoleh dengan cepat ke arah beruang bodoh ini. Apa hubungannya peregangan ke baca puisi? Rasa ingin menangis sembari memukul kepala anak ini semakin tinggi.

"Canda, Tante! Saya nanti lomba estafet mewakili kelas saya," jawab Kristo sambil tergelak yang juga disambut gelak tawa oleh kedua orang tuaku.

Papa merangkul Kristo seperti sahabat karib sejak kecil sedangkan Mama tertawa dengan puas. Mereka pergi sembari tertawa terbahak-bahak meninggalkanku. Padahal aku anaknya.

"Rey, kamu ngapain bengong di sana? Sini!" Panggil Mama, mungkin menyadari aku tidak ikut dalam rombongan keluarga itu.

Aku tersenyum sedih, "Hehe, iya tante!"

"Kamu ini!" Balas Mama galak dengan mata membulat. Aku hanya terkekeh dan masuk menyelip di antar Kristo dan Mama.

Suara sorak sorai mulai terdengar di lapangan. Sepertinya ada lomba yang akan dimulai. Jadwal pertandinganku bukan hari ini, jadi aku tidak tahu akan ada lomba apa saja selain lomba estafet.

Pembukaan lomba berupa penampilan cheers tiap kelas akan dimulai. Mama dan Papa memutuskan untuk duduk sebentar bersama beberapa orang tua yang juga ada di sana. Aku dan Kristo memilih untuk duduk di tribun penonton. Edi melambaikan tangannya ke arah kami, namun, Kristo memilih menoleh ke arahku seolah ingin meminta persetujuan.

"Kenapa?"tanyaku seolah-olah tidak tahu.

Ia tersenyum gugup, "Edi, dia juga bagian dalam rencana kemarin, aku pikir kau mungkin-"

I Love My Big Bear [ 18+ ; BL ]Where stories live. Discover now