11

10.3K 934 46
                                    

Ia menahan kedua pergelangan tanganku dengan salah satu tangannya sedangkan tangan lainnya menarik daguku dan mendekatkan bibirku ke bibirnya. Aku memejamkan mataku sebelum akhirnya bibir  kami bersentuhan. Ia melumat bibirku dan mengecup setiap inchi bibirku. Aku mengerang tertahan, beberapa kali mencoba mengambil nafas. Ia yang aku maksud disini memang seperti yang kalian duga, ia adalah Kristo.

Aku tahu kalian cukup penasaran mengapa bisa sampai di tahap ini. Biar aku putar kembali dan jelaskan.

***

Langkahku terasa berat ke sekolah. Sial sekali, motorku tiba-tiba mati, sama sekali tidak bisa dihidupkan. Aku berakhir harus naik bus karena paket dataku habis sekaligus wifi di rumah mengalami kerusakan. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan satu hari ini, tapi hari Senin memang tidak pernah bersahabat denganku.

Aku melihat seseorang dengan perawakan yang terlihat besar yang sangat familiar. Iya, itu Kristo. Aku ingin memanggilnya, tapi untuk apa? Untuk apa, untuk apa, untuk apa?

Teman! Iya, kami kan teman!

"Kristo!" Belum sempat aku memanggil Kristo, aku mendengar seseorang dari arah belakangku memanggil nama Kristo. Aku buru-buru memutar badanku agar Kristo tidak mengetahui keberadaanku.

Setelah beberapa saat, aku berbalik dan bisa melihat dirinya berjalan berdampingan dengan perempuan yang memanggil namanya tadi. Dari sini aku bisa melihat Kristo tertawa lebih lebar bersama perempuan itu. Perempuan berbadan kecil itu menggandeng tangan Kristo.

Mereka cocok sekali.

Suara murid di sekelilingku mendadak menghilang dari pendengaranku. Jantungku berdebar, namun tidak seperti biasanya. Terasa aneh dan sedikit sakit? Kedua jariku langsung menekan dada sebelah kiriku dan aku bisa merasakan detak jantungku yang cukup kencang.

Aku semakin benci hari senin.

Aku membalikkan badanku. Sangat tidak berniat untuk sekolah. Sepertinya Senin pun membenci diriku. Guru BK sudah berdiri di depan pagar dan mulai mengawasi murid yang tidak memakai seragam secara lengkap.

Jika kalian merasa sial, lihatlah diriku dan mulai bersyukur.

Aku berbalik dan berjalan gontai menuju kelas. Mungkin saja itu Elia. Kristo sudah bilang dia gay dan Elia cuma temannya. Tapi, pikiranku masih saja kusut. Saat melewati kelas Kristo aku bisa melihat Kristo tertawa dengan lebar, dengan perempuan yang sama. Sekarang aku dapat melihat wajah perempuan itu. Dia sangat menggemaskan dan polos.

Aku mengernyitkan dahiku dalam. Kenapa dadaku terasa terisi oleh pasir? Sangat menyesakkan. Aku mengalihkan pandanganku dari mereka dan melanjutkan jalanku dengan sedikit berat.

"Rey!" Aku menoleh dan melihat Kristo berdiri di ujung pintu sembari tersenyum. Manis sekali. Kemudian, dia melangkah keluar dari pintu kelasnya, hal ini justru membuatku panik. Aku memutar kepalaku dengan cepat kemudian berjalan dengan tergesa.

"Rey, tunggu!" Teriaknya bergema di lorong.

Aku panik sekali, aku tidak ingin menemui Kristo saat ini. Kenapa? Tidak tahu! Kenapa aku menjadi seperti ini? Kakiku melangkah panjang dan berbelok ke arah tangga tengah. Seorang perempuan langsung memelukku dan merapatkan badannya ke arah dinding. Aku terhenti dan menatapnya, "Lu mau ngapain? Gue lagi gak mau main-main sekarang." Tanganku mendorong tangannya mencoba melepaskan pelukannya.

Perempuan itu meletakkan telapak tangannya di pipiku dan mencium sudut bibirku. Aku mengerjapkan mataku. Cukup terkejut karena ini cukup aneh dan berani. Siapa perempuan ini?

"Re-" Suara Kristo terdengar sangat dekat. Mataku melirik dan melihat Kristo disana hanya berdiri, wajahnya memerah tetapi matanya menunjukkan semua emosinya. Ia terlihat kecewa?

I Love My Big Bear [ 18+ ; BL ]Where stories live. Discover now