17(+)

21K 928 16
                                    

Kami sampai di gerbang rumah dengan sangat kelelahan. Secepat apapun aku berusaha, Kristo lebih cepat dariku. Ia tertawa puas melihatku terengah-engah.

"Haduh, chapek. guhe chape, haaa..." Aku mencoba mengatur nafasku yang terengah-engah kelelahan. Kristo mengelus punggungku mencoba menenangkanku.

"Jhadi, lho mahu ahpa?" tanyaku kepada Kristo yang memandangiku dengan senyum hangatnya.

"Nanti aja aku mintanya, tapi janji harus kabulin ya!" serunya gembira.

Aku mengangguk, "Jahngan ahneh-anheh!" perintahku galak.

Ia hanya terkekeh dan mengangguk, tangannya terulur mencoba membantuku untuk berjalan. Aku menyambut uluran tangannya dan berjalan mengikutinya menuju teras rumah. Bokongku mendarat sempurna di tangga teras, menunggu Kristo mengambilkan air dingin dari dalam. Mataku melirik ke arah garasi yang kosong, hanya tersisa motorku dan motor papa. Papa dan Mama sudah berangkat rupanya.

Kristo membawakan dua gelas berisi air mineral dan es batu yang langsung aku sambar. Aku menegak segelas air dingin dengan lahap. Mereka bilang, jangan meminum air dingin setelah berolahraga. Aku tidak peduli dengan kata 'mereka', yang jelas aku membutuhkan air dingin ini sekarang.

Mataku melirik Kristo yang sedang menggulung lengan kausnya sampai ke bahunya dengan tidak beraturan. Otot di lengannya kelihatan jelas setelah ia duduk dan menopang tubuhnya dengan tangannya. Aku tidak yakin dengan diriku saat ini, tapi dia kelihatan seksi.

Kristo menaruh tangannya di depan mataku tanpa aba-aba, "Jangan menatapku begitu."

Aku menggeser telapak tangannya yang menutupi mataku dan terkekeh, "Lo malu ya? Malu banget yaa?" Tanganku menoel-noel pipinya mencoba untuk menggodanya.

Kristo berusaha menghentikan tanganku tetapi dengan sigap aku mengelak dan menoel-noel pipinya kembali. Aku tertawa puas saat ia tidak bisa menahan tanganku yang bergerak cepat menghindarinya.

Setelah tertawa puas dan merasa tenggorokanku mengering, aku mengambil gelas air putih yang masih setengah penuh milik Kristo dan meneguknya. Aku melirik Kristo yang tersenyum miring melihat ke arahku.

"Kenapa? Kalau lo mau bilang indirect kiss, bagus lo tahan deh, basi!" ejekku.

Kristo mengangguk tetapi senyumnya tidak hilang dari wajahnya. Ia mendekatkan wajahnya ke wajahku, "Let's have a direct kiss then," bisiknya. Ia mengambil gelas yang ada di tanganku dan berdiri lalu masuk ke dalam rumah.

A- apa katanya?

Mau ngapain tadi?

Kenapa dia tiba-tiba berubah kepribadian begini? Semalam dia benar-benar polos. Tidak hanya semalam, setiap kami bertemu juga dia tidak berani macam-macam denganku lagi. Siapa yang mengubah switch beruang ini menjadi cabul kembali?

Aku berdiri dengan ragu, namun tawarannya terdengar menarik mengingat Kristo yang sangat berhati-hati denganku sejak beberapa minggu lalu sekarang mulai kembali seperti Kristo yang aku kenal di hari pertama.

Suara pintu kamar yang tertutup, membuat pikiranku kembali terfokus dengan 'Kristo' yang ada saat ini. Kakiku melangkahi dua atau tiga anak tangga setiap naik, berharap aku lebih cepat sampai ke kamarku.

Namun, sesampainya aku di depan pintu kamar, aku tidak berani membukanya. Aku terlalu gugup dan merasakan darahku berdesir kencang. It's not a big deal, he must be playing with me this time. Kutarik nafas dalam sembari membuka pintu kamar.

Tangan Kristo langsung menarik badanku mendekat ke arahnya. Tidak ada jarak di antara kami berdua. Aku bisa mendengar degup jantungnya yang kencang. Kepalaku mendongak untuk melihat wajah Kristo. Ia tersenyum dengan licik.

I Love My Big Bear [ 18+ ; BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang