28

5.8K 559 17
                                    

Sebelumnya, di sekolah.

Dengan cepat, aku mengecup pipi Kristo. Aku buru-buru berdiri dan ikut bersorak girang bersama penonton lainnya. Kulirik Kristo yang masih terbengong mengerjapkan matanya dan memegangi pipinya. Aduh beruang ini!

"...Ey! Rey!" Suara panggilan sayup-sayup membuatku menoleh. Aku melihat Papa dengan kening mengernyit dalam dan menatapku tajam.

"Pulang! Sekarang pulang!" Perintah Papa tegas. Aku meloloskan satu nafas setelah dadaku terasa sesak tadi,

Mati Aku!

***

Papa berjalan di depanku dengan cepat diikuti oleh Mama yang berusaha menenangkan Papa. Aku meloloskan beberapa helaan nafas, menyesali tingkah bodohku saat aku tahu ada orang tuaku di sini. Haha, bodohku sudah mendarah daging rupanya.

Kristo memanggilku dari belakang, aku menoleh sedikit dan tersenyum tenang. Tanganku segera mengisyaratkan 'Tenang-Gue-Gapapa'. Tapi, ia tidak berhenti, wajahnya semakin khawatir dan segera melangkah cepat berusaha mengejar langkahku.

"Rey! Masuk, cepat!" Ucap Papa dengan suaranya yang tegas.

Seumur-umur, Papa belum pernah marah seperti ini, walaupun nilaiku hancur, aku pulang malam, atau aku melakukan hal aneh lainnya. Tiba-tiba aku teringat akan abangku yang dipindahkan ke Korea Selatan secara tiba-tiba.

Ya Tuhan, apa yang akan terjadi berikutnya?!

Aku berbalik, menahan Kristo untuk tidak mengikutiku. Ia menatapku khawatir, "Aku ikut. Aku akan jelasin kalau-"

"Kris, gue bukan anak kecil," jawabku. Jantungku berdetak dengan sangat kencang, mati-matian aku menahan suaraku agar tidak bergetar, setidaknya di hadapan Kristo, "lo ada lomba kan? Kalau gue denger lo ga menang, gue gamau deket-deket sama lo," ancamku.

Ia masih menatapku memelas, aku menatapnya marah, "Gue serius loh ini!" Ucapku garang, namun air mukanya tak kunjung berubah membuatku terpaksa tersenyum dan meninju lengannya pelan, "gue kabarin nanti."

Tanpa memandang wajahnya lagi, aku masuk ke dalam mobil. Papa dengan segera melajukan mobil keluar dari pekarangan sekolahku. Aku memijat pelipisku, apa alasanku nanti? Mama menoleh sesaat ke arahku dan tersenyum dengan wajahnya yang menyendu. Aku membalasnya tipis dan segera menoleh ke arah jendela.

Aku mulai berpikir, aku udah ngecewain mereka. Seburuk-buruknya aku, serendah-rendahnya nilaiku, senakal-nakalnya tingkahku, mereka tidak pernah marah. Tapi, kali ini, apa aku salah untuk menyukai seseorang?

Aku tahu hal ini masih tabu, tapi bukan salahku atau salah siapapun untuk menyukai seseorang. Kristo membuatku hidup, aku jauh lebih bahagia, perasaanku campur aduk saat bersamanya, apa yang akan terjadi padaku kalau ini semua ditarik, diambil, atau dicuri dariku?

Tidak!

Aku tidak akan menyerahkannya, aku tidak mau ini diambil!

Katakan aku egois, tapi aku tidak akan rela seseorang menjauhkannya dariku!

"Pa, Rey-"

"Kamu diam, Papa lagi nyetir," tandas Papa yang membuatku terdiam.

"Pa..." Mama memegang lengan Papa mencoba menenangkan Papa.

Aku menutup mataku, mencoba menahan nafasku. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan atau apa yang bisa aku lakukan jika Papa semarah ini. Tanganku menggosok-gosok cemas. Perjalanan terasa sangat panjang. Suasana hening di mobil, AC yang membuat suasana semakin dingin membuat perasaanku tidak nyaman.

I Love My Big Bear [ 18+ ; BL ]Where stories live. Discover now