12

9.8K 940 14
                                    

Suasana hatiku sangat baik hari ini. Aku bisa merasakan kepalaku dipenuhi oleh hal-hal baik. Bukan Kristo, tentu saja. Hal lain seperti beruang? Aku memikirkan beruang, benar. Anggap saja aku jujur akan hal yang satu ini. Aku sedikit malu mengakui kepalaku mulai dipenuhi oleh Kristo si beruang cabul itu.

Aku menoleh, melihat Kristo yang sedang mengerjakan sesuatu di atas mejanya. Tidak hanya dia, seluruh murid juga mengerjakan sesuatu. Benar-benar kelas unggulan. Ia menoleh ke arahku dan tersenyum lebar. Tangannya bergerak-gerak mengisyaratkan ia sedang mengerjakan sesuatu jadi tidak bisa menemuiku.

Aku menganggukkan kepalaku, "Jam istirahat kedua, gue di lab!" teriakku yang memancing seluruh perhatian murid kelas. Mereka melihat ke arahku, namun dengan segera kembali mengerjakan tugas mereka. Benar-benar anak unggulan. Kakiku melangkah pergi setelah melihat Kristo menganggukkan kepalanya.

Well, sudah seminggu berlalu sejak kami memutuskan menjadi TTM. Kami setiap hari bertemu di dalam lab di waktu yang kami tentukan. Berbeda setiap harinya, tapi selalu di saat yang tidak menganggu jam pelajaran. Kami banyak bercerita dan belum pernah sampai ke tahap bercumbu.

Dia tidak seagresif saat kami pertama mengenal. Apa karena dia sudah hampir mendapatkanku? Tahu kan istilah PDKT lebih romantis. Dia bahkan tidak pernah berinisiatif memegang tanganku terlebih dahulu.

Kenapa gue bertingkah seperti janda yang jarang dibelai?

Setidaknya, aku bersyukur karena 'Rey'-ku sepertinya masih bagus, walaupun hanya saat bersama Kristo. Saat ini, aku sudah bisa menerimanya dengan lapang dada. At least, dia berfungsi.

"Rey, nanti ada ujian olahraga, jan telat ye." Ucap seseorang yang dari awal masuk sekolah selalu duduk  di sampingku. Dio. Aku mengangguk pelan dan tersenyum. Dia terlihat sedikit terkejut dan mengerjapkan matanya, "em, itu, gue duluan." ucapnya gagap lalu berlalu pergi bersama dengan temannya.

a lil bit weird.

Aku langsung melangkah menuju loker yang berada di bagian paling belakang kelas dan mengambil baju olahragaku. Keputusan untuk mulai ikut kelas olahraga ini karena tidak ada yang lain yang bisa aku kerjakan, mengingat aku sudah memutuskan semua hubunganku dengan perempuan-perempuan 'itu'.

Dengan segera aku mengganti seragamku dengan baju olahragaku. Setelah menyimpan seragamku, aku keluar dari kelas.

***

Aku berjalan ke sisi lapangan setelah melakukan pemanasan dan juga ujian lari sprint 100m yang diharuskan oleh guru olahraga kami. Kuletakkan bokongku di kursi penonton yang bertangga-tangga dan menyandarkan kepalaku menatap ke langit abu yang terbentang luas di atasku. Matahari masih bersembunyi di balik gumpalan awan gelap membuat hari ini tidak terlalu panas.

Murid lelaki lainnya langsung mengambil bola kaki dan bermain sepak bola di lapangan. Murid perempuan segera terbagi ke beberapa kelompok, beberapa berolahraga ringan dan beberapa duduk sembari berbincang. Aku tetap sendiri. 

It's okay.

Aku memejamkan mataku sejenak menikmati angin yang mungkin akan membawa awan hujan ke daerah ini. Aku mendengar suara langkah kaki seseorang berjalan ke dekatku. Sampai aku bisa mendengar ia duduk tepat di kursi penonton sebelahku. 

Aku menolehkan kepalaku dan melihat seorang perempuan berambut sebahu duduk di sebelahku. Dia bukan teman sekelasku. Tetapi karena ia memakai baju olahraga yang sama denganku, artinya kami seangkatan.

Mataku menjelajahi kembali lapangan, ada dua kelas yang berolahraga di jam ini. Tetapi, aku tidak tahu kelas mana yang satu lagi. Ia menatap lurus ke depan tampak tak ingin berbicara kepadaku. Aku  segera berdiri dari tempat dudukku. Kami sangat canggung.

I Love My Big Bear [ 18+ ; BL ]Where stories live. Discover now