35

9.9K 603 24
                                    

"Tarik nafas," perintahku pada Kristo sembari menarik nafasku, "lalu buang," suruhku lagi padanya.

Ia menggenggam tanganku erat sekaligus memilin ujung kemejanya dengan tangan satunya. Aku bisa mendengarnya menelan ludah beberapa kali. Aku sadar akan ketakutannya pada Papa dan Mama. Tapi, sejujurnya tidak ada yang perlu ditakutkan.

"Kris... dengerin aku," panggilanku membuatnya menoleh dan menatapku. Kukecup punggung tangannya lama, "Aku mencintaimu. Dan itu tidak akan berubah, oke?"

Ia mengangguk. Dari hidung, pipi, bahkan sampai ke telinganya berubah merah merona.

Aku tergelak melihat tingkahnya yang tidak cocok dengan wajahnya yang seperti Papa muda, "Jadi, ketika aku memutuskan untuk mencintaimu, itu berarti aku siap untuk kehilangan orang-orang yang tidak benar-benar mencintaiku," lanjutku.

Ia mengerjapkan matanya cukup cepat.

"Artinya, ketika Papa tidak menerimaku yang mencintaimu, aku akan meninggalkannya suka atau tidak. Ia tidak bisa melarangku untuk mencintaimu," lanjutku lagi.

Kristo tersenyum tipis, "Thanks, Rey. Tapi, aku ingin Papa menerimamu."

Aku menggeleng, "Aku tahu, menurutku mencintaimu tidak salah. Tapi, mungkin menurut Papa, hubungan sesama jenis itu tidak normal. Dan menurutku, ketika aku memilih jalan yang mungkin dianggap sebagian orang adalah jalan yang salah, i have to be ready to lose them."

Ia menghela nafasnya panjang, "Maaf, aku jadi merepotkanmu."

"Kristo!" Panggilku dengan suara meninggi satu oktaf.

Ia menatapku dengan takut, "A- apa?" Tanyanya dengan gugup.

Aku memukul lengannya, "Aish! Gue harus sejelas apa lagi supaya lo ngerti gue yang milih jalan ini! Gue yang suka sama lo! Kenapa lo harus minta maaf?" Repetku.

Ia kemudian mencium pipiku secepat kilat dan menundukkan kepalanya, "Maaf."

Aku menggelengkan kepalaku, beruang bodoh ini tidak akan berhenti minta maaf.

"Yasudah, sekarang turun?" Tawarku.

Kristo mengangguk mantap. Kami berdua keluar dari mobil. Aku menatap rumah yang sudah tiga tahun tidak aku kunjungi. Panas terik dan suara damai di lingkungan ini membuatku optimis dengan apa yang akan terjadi.

Kami melangkahkan kaki kami sampai ke depan pintu. Aku menoleh ke arahnya, ia menatap gugup pintu rumah kami sembari memegang keranjang buah dan bunga sekaligus di satu tangannya. Tangan lainnya menggenggam tanganku erat.

"Ma! Pa! Rey pulang!" Panggilku dari luar.

"Iya sayang! Tunggu!" Sahut Mama dari dalam.

Suara langkah kaki Mama terdengar mendekat. Berikutnya, pintu terbuka dan menampilkan seorang perempuan paruh baya yang sudah lama tidak aku lihat secara langsung wajahnya. Ia berdiri dan menoleh beberapa kali ke arah Kristo dan Aku.

"Ini pacar yang Rey bilang mau Rey bawa," ucapku tanpa basa basi.

"Pacar kamu? Kristo? Kalian?" Tanya Mama berulang kali.

"Halo, Tante!" Sapa Kristo.

Aku mengangguk mengiyakan pernyataaan Mama, "Iya, Ma!" Senyum sumringah tercetak di wajahku. Aku menoleh ke arah Kristo yang masih gugup.

Mama menatapku sendu dibarengi dengan senyum tipis di bibirnya, "Mama rindu senyum kamu, Rey."

Aku tersenyum senang mendengar perkataan Mama dan langsung memeluk Mama erat. Ia membalas pelukanku dan suara tangisan mulai terdengar.

I Love My Big Bear [ 18+ ; BL ]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz