2

21.7K 1.4K 27
                                    

Sudah hampir seminggu aku terlihat seperti pelajar normal. Aku tidak lagi membolos —walau tetap tidur di kelas sosiologi dan matematika—, tidak lagi 'Having Sex' yang satu ini sangat mengesalkan. Dan kabar buruk lainnya, aku mulai membawa bento sejak 3 hari yang lalu. Aku tidak mau ke kantin, bisa jadi aku menemui pria random semalam. Ck.

"Rey~!" seorang perempuan dengan rok pendek yang jika dia melompat sedikit maka celana dalamnya akan kelihatan memanggilku manja. Aku memilih menenggelamkan wajahku dan memejamkan mata. Sudah ada 5 perempuan dengan jenis seperti itu mendatangiku hari ini. Mereka tidak ada habisnya, astaga!

Well, at least tidak ada satupun dari mereka yang datang untuk meminta pertanggungjawaban. Lagian, aku selalu memakai pengaman dan menyuruh mereka meminum pil KB sebelum bercinta denganku. So, itu mungkin tidak akan terjadi.

"Rey, jangan kacangi aku! Kapan kita main lagi hngg?" ia menggesekkan buah dadanya ke lenganku. Jika biasanya aku akan teransang dan menyerangnya, kali ini tidak. Aku tidak mood untuk itu.

Aku mendorong bahunya agar ia menjauh sedikit, "Siapa namamu?" tanyaku. Aku tidak melihat bet nama di depan tonjolan dadanya itu, jadi tentu saja aku tidak tahu. Masuk akal bukan?

"Ish! Aku Geisha!" pekiknya dengan suara yang sedikit menjijikkan itu.

Aku menghela nafasku panjang, "Oke Geisha, sekarang lo pergi sebelum gue masukkin lo ke blacklist gue."

Gadis itu berdiri dan menghentakkan kakinya kencang. Ia berjalan dengan langkah yang membuat sepatunya berdetum di tiap langkahnya. Orang-orang yang tadinya memperhatikan kami dengan intens akhirnya mengalihkan perhatiannya dengan hal lain ketika aku mulai menatap mereka dengan tajam.

"Gue mau keluar dari kelas!" gerutuku mengacak rambutku dengan kencang.

***

Aku berjalan dengan gontai menuju parkiran sekolah. Sekolah akan berakhir sepuluh menit lagi, beruntungnya kelas kami sedang tidak ada mata pelajaran terakhir karena gurunya cuti melahirkan. Aku mau segera pulang sebelum murid-murid lainnya menghambur keluar gerbang nanti.

Wah, sialan! Motorku dihalangi motor lainnya. Benar-benar bukan hari yang baik ya? Aku menendang batu kerikil di hadapanku dengan kesal. Sampai akhirnya, aku merasa ditarik oleh energi yang besar yang memaksaku mengikuti sumber energi itu.

Aku melihat badan besar di hadapanku yang tampak familiar. Sangat familiar bahkan.

"LEPASKAN ANJING!" Teriakku galak karena setelah aku meronta mencoba melepaskan pegangannya pun, pegangan itu malah mencengkram makin erat.

Fyi, dia beruang dalam loker yang menyukaiku.

Aku mengikuti langkahnya yang panjang itu sampai kami masuk ke kamar mandi pria dan masuk ke salah satu biliknya. Dia mendorongku duduk di atas toilet duduk dan mengunci pintu bilik kamar mandi tersebut.

"Lepasin! Sakit goblog!" pekikku sembari memukul tangannya yang memegang pergelanganku.

Ia buru-buru melepas genggamannya dan menggosokkan kedua telapak tangannya satu sama lain dengan buru-buru. Ia kelihatan panik dan gusar, tapi bodoh amat!

Sekarang, aku hanya perlu berpikir jernih. Tenangkan pikiranmu Rey. Dia mungkin ingin memperkosamu. Anjing, itu bukan pikiran positif.

Tidak, Dia anak pemalu, pasti dia ingin sesuatu yang lain. Tapi apa? Apa yang dia mau, sialan!

"R-rey..." panggilnya dengan suara bergetar.

Aku menatap wajahnya dengan jantung yang bertalu. Aku benar-benar kalah dalam kekuatan dengan lelaki ini, jadi aku harus tenang agar dia tidak memperkosaku.

Baru kali ini terlintas di kepalaku akan diperkosa laki-laki.

"Aku minta maaf," cicitnya. Aku mendengar permintaan maaf darinya? Tapi, aku yang menampar saat itu?

Jangan bilang dia minta maaf untuk sesuatu yang akan dilakukannya setelah ini?

"Untuk apa?" tanyaku penuh kecurigaan.

"Karena se-esee... Eng, suka samamu!" pekiknya kencang.

Astaga, syukurlah, aku kira aku bakal diperkosa.

Tiba-tiba suara bel berbunyi dengan kencang, tanda pulang sekolah. Dewi fortuna berpihak padaku, aku sudah sangat ingin pulang dan beristirahat sekarang, bodoh amat sama permintaan maafnya deh. "Gue maafin," ujarku sembari mengelap keringat sebutir jagung di pelipisku. Sia-sia saja aku ketakutan.

Aku melihatnya masih diam berdiri, tidak ada tanda-tanda ingin bergeser atau membiarkanku pergi. Aku berdiri di hadapannya, "Gue mau pulang. Geser!" perintahku. Tapi tetap saja, dia tidak bergeming. Malahan, jarinya masih saja memelintir ujung seragamnya.

"Huft, Oke, siapa namamu?" tanyaku.

"Hah?" dia akhirnya menaikkan kepalanya yang sedari tadi menunduk dan menatapku. Aku tidak suka mengakui ini, tapi dia benar-benar ganteng.

"Siapa namamu?" tanyaku lagi.

"Kristo. Namaku Kristo," ujarnya gugup.

"Nah, Kristo," ucapku lembut sembari tersenyum semanis mungkin, "gue mau pulang. Tolong geser," pintaku sebaik mungkin.

Aku bisa melihat pipi sampai telinganya memerah. Ia menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Kenapa lelaki ini?

Dia menekan bahuku membuatku kembali duduk di kursi toilet. Badannya membungkuk sedikit dan langsung mencium bibirku.

Gimana?! Sepertinya otakku yang sangat kecil dan tidak ada isinya ini sangat lama memproses kejadian ini.

Aku kembali ke kesadaranku. Aku langsung meronta mencoba mendorong badannya menjauh, namun dia sangat kuat hingga bisa mengunci kedua tanganku di belakang punggungku. Ciumannya semakin panas membuat kepalaku mulai terasa pusing, aku tidak bisa bernapas.

"Hngg... Gu-" Aku tidak memiliki kesempatan berbicara. Aku benar-benar akan mati karena ciuman.

Sekarang telingaku dipenuhi dengan suara kecupan basah, aku merasakan salivaku mengalir keluar dari sudut bibirku. Aku tidak ingin masuk koran sebagai pemuda yang mati karena ciuman di sekolah!

Suara murid laki-laki terdengar memasuki kamar mandi membuatku mau tidak mau memberontak sekuat tenaga dan mendorongnya cukup kencang. Dia mungkin cukup sadar untuk mendengar tawa para laki-laki yang datang sampai ia melepas ciumannya, wajahnya sangat memerah, benang saliva kami masih menyatu. Aku rasa, aku terlihat sangat kacau saat ini. Sialan, apa karena aku sudah lama tidak berhubungan seks? Aku.

Aku... Keras. Goddammit!

I Love My Big Bear [ 18+ ; BL ]Where stories live. Discover now