Prolog

20K 756 11
                                    

Winda menatap dirinya di cermin. Wanita itu mengusap perutnya yang masih datar. Air matanya mengalir deras kala menyadari kesalahannya dan yang lebih parah lagi, lelaki yang seharusnya bertanggungjawab, tak ia ketahui keberadaannya. Winda sudah lelah mencari keberadaan Arka. Kini ia tak tahu harus berbuat apa.

Wanita itu memejamkan matanya. Dia sepertinya harus menghadapi ini sendiri. Dia akan hidup seorang diri dan membesarkan anaknya sendiri. Tak peduli lagi bagaimana dunia akan menghujatnya nanti.

Suara dering telepon menyadarkan Winda dari segala kemelut dalam kepalanya. Winda segera meraih ponselnya dan menggeser tombol hijau di layar.

"Halo, ada apa, Mbak?" sapa Winda pada si penelpon.

"Kakak gue nunggu lo di coffee shop gedung apartemen lo."

"Aku nyerah buat nyari Mas Arka, Mbak," ujar Winda lemah.

Terdengar suara helaan napas di seberang sana. "Itu terserah lo. Sekarang lo temuin kakak gue, gih! Kasian dia nungguin lo."

"Iya, Mbak. Bentar lagi aku ke bawah."

Panggilan segera diputus oleh sang penelpon. Winda mengusap jejak air mata di pipinya. Winda harus segera menemui sesorang yang beberapa hari ini telah membantunya mencari Arka.

Winda segera menuju coffee shop di gedung apartemen tempatnya tinggal. Winda segera mencari sosok lelaki yang merupakan kakak dari temannya itu. Setelah berhasil menemukan sosok lelaki dewasa yang kini sedang mengenakan pakaian kasualnya.

Winda duduk di hadapan lelaki setelah melemparkan senyum. "Sudah lama, Mas?"

Lelaki itu mendongak menatap wanita yang sudah dikenalnya lebih dari seminggu ini. "Baru lima belasan menit."

Winda mengangguk dan memesan kopi. Lelaki bernama Prabaswara itu mengamati Winda. Wanita itu selalu berperilaku lembut, berbeda dengan mantan istrinya yang keras dan tegas. Windayu sangat baik, hanya karena cintanya berada di tingkat akut, wanita itu melemparkan tubuhnya pada lelaki yang tak bertanggungjawab.

"Bagaimana? Ke mana lagi kita harus mencari lelaki itu?" tanyanya pada Winda setelah Winda selesai memesan kopinya.

Winda menggeleng. Dia sudah menyerah mencari keberadaan Arka. Ia sudah bertanya ke Eksa, tapi lelaki itu sama tak tahunya keberadaan Arka. Winda sudah lelah dengan semua ini. Dia ingin berhenti berjuang untuk Arka, tapi faktanya, ia harus memperjuangkan demi sesosok makhluk kecil yang ternyata hadir di dalam perutnya.

"Saya capek, Mas. Kayaknya memang saya harus berjuang sendiri buat anak ini. Mungkin saya akan membesarkan dia tanpa sosok ayah," ucap Winda yang sudah putus asa.

Prabaswara hanya terdiam sambil menatap Winda tanpa memberi ekspresi yang berarti. "Nikah sama saya, Win!"

Winda mengangkat kepalanya, melihat lelaki itu dengan lekat. Ia benar-benar terkejut dengan perkataan lelaki di hadapannya. Winda terkekeh untuk menutupi segala perasaannya yang berkecamuk.

"Jangan bercanda, Mas! Ini bukan tanggungjawab kamu. Harusnya Mas Arka yang bertanggungjawab atas anak ini," ujar Winda dengan bergetar. "Kamu dan Mbak Meisya bantu saya sampai saat ini aja udah lebih dari cukup, Mas. Tanpa Mas dan Mbak Meisya, aku hanya diam tak berusaha nyari Mas Arka. Aku akan hidup berdua bersama anak ini, Mas. Terimakasih."

Lelaki yang merupakan kakak dari Meisya itu menatap Winda tajam. "Kamu pikir, kamu bisa menghidupi anak itu sendiri? Apa kata orang, Win? Belum lagi cari kerja dengan keadaanmu yang berbadan dua jelas akan sulit, apalagi di KTP kamu status kamu belum menikah? Pasti perusahaan akan berpikir dua kali. Kamu harus realistis, ini Indonesia, negara dengan adat ketimuran, sulit bagi masyarakatnya untuk menerima keadaanmu. Mereka akan menganggap itu aib."

Winda tertegun. Ia tak berpikir sejauh itu. Dia masih terpaku dengan perkataan lelaki di hadapannya.

"Saya akan bertanggungjawab, saya akan menerima segala konsekuensinya dan saya akan merawat anak yang kamu kandung sebagai anak saya sendiri, asal kamu juga bisa menerima anak saya. Kondisi kita itu sama, hanya saja status yang membedakan kita," ucap lelaki itu dengan tenang.

"Tapi nanti keluarga saya pasti marah besar ke kamu, Mas. Kamu padahal nggak melakukan itu," kata Winda masih bimbang.

Lelaki itu meraih tangan Winda. "Dia anak saya juga, kamu tenang saja, saya siap meski nanti saya harus sekarat dan babak belur karena mengakui anak itu sebagai anak saya."

Winda memejamkan matanya. "Lalu bagaimana soal cinta?"

Lelaki itu terkekeh. "Itu bisa tumbuh seiring waktu asal kita punya komitmen untuk saling mencintai. Percaya sama saya, kita berusaha untuk saling mencintai! Saya pernah menikah karena saling cinta, tapi pasangan saya yang tak bisa menjaga komitmen dan berkhianat, jadi yang terpenting untuk kita adalah komitmen kita. Saya akan berusaha selalu menghargai kamu, menyayangi kamu, setia dan membahagiakan kamu sebisa saya, Win. Percaya sama saya, Win!"

Winda bisa melihat tekad dari lelaki itu. Winda menatap lelaki itu sekali lagi. Dia memantapkan hatinya. Dia yakin dengan pilihannya kali ini.

"Saya mau menikah dengan kamu, Mas," kata Winda dengan sangat yakin.

Lelaki itu tersenyum. "Saya janji untuk berusaha membuat kamu merasa berharga dan bahagia. Kita berjuang sama-sama, Win!" Winda mengangguk. "Besok saya bisa bertemu dengan keluarga kamu?"

Winda melototkan matanya. "Orangtua saya di Klaten, Mas. Tapi kakak saya ada yang di Jakarta."

"Besok kita bertemu kakak kamu dulu, weekend ini langsung ke Klaten buat bicara dengan orangtua kamu. Semakin cepat semakin baik, Win. Semakin hari, perut kamu jelas akan semakin besar, kalau bisa, kita akad dulu dua minggu lagi dan untuk resepsi satu bulan dari sekarang sepertinya sanggup," kata lelaki itu yang membuat Winda tertegun. Lelaki itu bisa cepat mengambil keputusan.

Winda menghela napasnya. "Kalau memang bisa secepat itu ngurusnya, saya setuju, Mas. Memang lebih cepat lebih baik dengan kondisi saya yang sekarang."

Lelaki itu tersenyum, lalu mengecup tangan Winda. "Saya sudah memilih kamu, saya tahu kamu orang baik, Win. Saya yakin kita akan menemukan bahagia bersama."

***

Halo semua bertemu kembali dengan Winda dan Mas Praba (yang sudah baca sudut pandang pasti tahu ya wkwkw)

Kali ini aku bakal buat sequel cerita ini karena mungkin di cerita Windayu udah selesai, tapi masih kemungkinan terjadi konflik lagi wkwk..

Cerita ini aku janjiin bakal ringan-ringan aja... Cerita ini berfokus pada rumah tangga Winda-Praba... Bagi yang kangen Arka, dia bakal muncul, tapi cuma jadi cameo numpang lewat aja wkwkwk (karena bagaimanapun Winda masih ada sedikit masalah sama Arkadal)

Shay,
Selasa, 25/05/21

Windayu 2 : Bertahan Dalam Pilihan [End]Where stories live. Discover now