Bab 37

5.7K 418 13
                                    

Kehidupan rumah tangga Praba dan Winda beberapa bulan ini terus mengalami perkembangan dan membaik. Mereka saling terbuka dan komunikasi satu sama lain. Meski beberapa kali berdebat dan berbeda pendapat dalam beberapa hal, tapi hal itu bukan sebuah masalah besar.

Seperti saat ini, usia kandungan Winda sudah berjalan tujuh bulan dan akan mengadakan selamatan tujuh bulanan. Mereka sempat berdebat masalah acara tersebut. Praba menginginkan mengundang rekan-rekannya dan membuat acara cukup meriah, sedangkan Winda hanya ingin pengajian dengan mengundang orang-orang terdekat saja. Sampai pada akhirnya beginilah acaranya.

Mereka membuat acara sederhana dengan undangan beberapa rekan serta kerabat dekat saja. Pada akhirnya, Winda yang memenangkan perdebatan, karena ide Praba begitu berlebihan. Praba memang sering melakukan hal-hal berlebihan jika menyangkut anak dan istrinya.

"Win, udah pada datang tuh, keluar ya!" kata Praba sambil mengetuk pintu kamar sang istri.

"Bentar, Mas," teriak Winda dari dalam kamarnya.

Praba hanya berdiam dan menunggu istrinya di depan pintu kamar. Semalam mertuanya menginap di rumahnya dan memang seluruh keluarganya tahu jika Praba dan Winda berpisah kamar, sehingga Praba tak berani masuk ke kamar Winda sama sekali.

"Kamu ngapain di sini?" tanya seorang lelaki yang baru saja berjalan dari arah ruang tamu.

Praba menipiskan bibirnya. Kenapa dia harus bertemu lelaki ini dan berdua di depan kamar Winda. Untung saja, dia sedang tidak berada di dalam kamar Winda.

"Nunggu Winda," jawab Praba berusaha kalem.

"Sana kamu temuin tamu aja! Saya yang akan nunggu Winda," kata lelaki itu sambil bersedekap dada.

"Saya sama Winda harus bareng!" tekan Praba yang tak terima dengan perintak lelaki yang merupakan kakak ipar resenya.

"Nggak perlu. Nanti Winda sama saya," larang lelaki itu dengan tegas.

Praba mendengkus, lalu berjalan keluar untuk menyambut tamu. Lagi pula, mendebat Argiantara Dewangga itu hal yang melelahkan dan tidak penting.

Argi tersenyum penuh kemenangan saat melihat adik iparnya menjauh. Lelaki itu mengetuk pintu kamar sang adik.

"Win, ini Mas, boleh masuk nggak?"

"Masuk aja, Mas!" teriak Winda mempersilakan kakaknya masuk.

Argi masuk ke dalam kamar Winda. Ia melihat adiknya yang tengah duduk di meja rias. Wanita itu tampak sedang memakai pewarna bibir.

Winda melirik kakaknya melalui cermin di hadapannya. Lelaki itu duduk di kasurnya. Winda menutup lipstiknya dan menaruhnya di meja.

"Mas Praba mana, Mas?" tanya Winda pada sang kakak.

"Aku suruh nemuin tamu duluan," jawab Argi dengan santai.

Winda berdecak. Kakaknya pasti yang mengusir suaminya. Argi dan Praba memang tak bisa akur jika berdua.

"Bener kata Mas Praba, Mas Ian tuh kakak posesif," cibir Winda yang kini menghampiri kakaknya dan duduk di sampingnya.

Argi hanya tersenyum mendengarnya. Dia tidak menyangkal. Dia memang posesif pada Winda. Ia tak akan melakukan kesalahan lagi, melepaskan Winda dan membebaskan wanita itu begitu saja.

"Gimana kamu sekarang?" tanya Argi yang kini membaringkan tubuhnya.

Winda tersenyum bahagia. "Bahagia. Aku menemukan lelaki yang tepat."

Argi terkekeh. "Sekarang posisi Mas udah kegeser nih?"

Winda memeluk kakaknya yang berbaring itu dan menggeleng. "Mas Ian tetap sama, tetap kakak aku. Posisinya nggak pernah kegeser sama sekali. Mas Praba berada di posisi berbeda. Dia mengisi posisi yang dulu ya kosong."

Windayu 2 : Bertahan Dalam Pilihan [End]Where stories live. Discover now