Bab 16

5.2K 468 10
                                    

Setelah melakukan wawancara hampir tiga minggu yang lalu, Winda kini sudah mendapat panggilan untuk bekerja. Wanita itu akan mulai bekerja empat hari lagi, tepat di hari Senin depan. Winda kini mulai mempersiapkan apa yang akan ia perlukan saat bekerja nanti.

Winda mulai menata baju-baju formal yang ia kenakan untuk bekerja dahulu. Winda sudah lama tak memakai baju-baju itu karena dia sudah sekitar tiga bulanan tidak bekerja. Winda rindu kegiatan melelahkan dan memusingkan angka yang harus balance antara debet dan kredit.

Winda mengambil setelan kemeja dan celana panjang, tak lupa blazer warna krem yang ia punya. Winda mencobanya. Wanita itu berdecak kesal saat pakaiannya kini terasa sempit di badannya.

"Ini kenapa baju ini jadi nggak muat sih? Perasaan badanku nggak nambah gemuk yang berlebihan," gerutu Winda sambil menatap dirinya di cermin. "Baju-baju rumahanku aja masih bisa dipakai kok. Masa setelan formalku nggak muat?"

Winda melepas pakaiannya dan berganti ke pakaian yang lain. Hasilnya tetap sama, terasa sempit. Wanita itu kesusahan bergerak jika memakai pakaian itu, meski masih bisa dikancingkan dan tampak bagus jika dilihat melalui cermin, tapi tetap saja, ada perasaan khawatir pakaian itu akan sobek jika dipakai bergerak.

Winda mengganti kembali pakaiannya dengan pakaian rumahan. Sepertinya ia memang perlu membeli lagi pakaian untuk bekerja. Winda melihat penunjuk waktu di ponselnya, sudah pukul lima sore. Wanita itu segera keluar dari kamarnya menuju kamar Alindra.

Baru saja keluar dari kamarnya, Winda berpapasan dengan Praba yang baru saja pulang dari kantor. Wanita itu memandang suaminya heran karena sangat jarang suaminya itu berada di rumah di jam-jam seperti ini.

"Mas Praba udah pulang?" Pertanyaan yang terlontar dari Winda setelah menyalami tangan Praba.

Lelaki itu mengangguk. "Iya, lagi nggak banyak kerjaan tadi."

"Ya udah, bersih-bersih sama istirahat dulu, Mas! Aku mau ke kamar Alindra dulu," ucap Winda yang kemudian berlalu menuju kamar Alindra.

Winda mengetuk pelan pintu kamar Alindra yang sedikit terbuka. Di dalam kamar itu ada Alindra bersama Ana, pengasuh Alindra. Ana berdiri dan membuka pintu untuk Winda, wanita yang usianya kisaran pertengahan dua puluhan itu mengangguk sopan pada Winda.

"Saya ke belakang dulu ya, Bu," pamit Ana yang diangguki Winda.

Winda berjalan mendekati Alindra. "Alindra sudah mandi belum?"

Alindra mengangguk semangat. "Tadi Alin udah mandi sendiri, Ma Win."

Winda mengacak rambut Alindra. "Pintar banget sih anak Mama."

Terdengar suara ketukan pintu yang membuat wanita beda usia itu menoleh. Di ambang pintu, Praba berdiri sambil tersenyum. Lelaki itu berjalan mendekat. Winda melihat penampilan Praba, sepertinya lelaki itu belum mandi.

Praba bergabung dengan Winda dan Alindra. Lelaki itu mencium kening Alindra. Lelaki itu menatap Winda sejenak, lalu ia mendaratkan kecupan di kening wanita itu.

"Belum mandi, Pa?" tanya Winda dengan tampang cemberut.

"Belum. Masih malas saya," jawab Praba yang kini berbaring dengan berbantalkan paha Winda. "Kamu tadi nggak mual lagi, 'kan?" tanya Praba sambil mengusap perut Winda. Sudah seminggu ini wanita itu sulit makan karena mualnya menjadi-jadi saat makanan masuk ke mulutnya.

"Masih susah makan, Pa."

Praba berdecak. Lelaki itu menatap anaknya. "Mama tadi nggak makan, Lin?"

Alindra menggeleng. "Tadi pas makan, Mama langsung muntah, Pa."

Winda menekuk wajahnya saat Praba menatapnya tajam. "Sabtu atau Minggu kita ke dokter!"

Windayu 2 : Bertahan Dalam Pilihan [End]Where stories live. Discover now